Isdradjad Setyobudiandi
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK-IPB, Bogor

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

DENSITY AND THE COVERAGE OF SEAGRASS ECOSYSTEM IN BAHOI VILLAGE COASTAL WATERS, NOTRH SULAWESI Muh. Fahruddin; Fredinan Yulianda; Isdradjad Setyobudiandi
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 9 No. 1 (2017): Elektronik Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.615 KB) | DOI: 10.29244/jitkt.v9i1.17952

Abstract

Physical seagrass ecosystem damage have been reported in various regions in Indonesia. Seagrass ecosystem damage is caused by human activity such as trampling seagrass and boats that muddy the waters and reduced the density and seagrass cover. This study aims to provide information about the density and the coverage of seagrass. The method used in this research is the transect method measuring 50x50 cm squared at three different locations by considering coastal ecosystems Bahoi village that already exist. Station 1 is near to mangrove habitat, station 2 is right on seagrass habitats, and station 3 is near to coral reef habitat. The results indicated there is six seagrass species that found in the Bahoi village which is Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, Halophila ovalis, and Halodule uninervis. The density and seagrass cover is shows that the station 1 has the highest density and seagrass cover percentage compared with the other stations. The highest density of seagrass species located in station 1 with 955 individuals/m2, and the lowest was located at station 3 with 699 individuals/m2. While the highest cover percentage is located at station 1 with 270% and the lowest located at station 3 with 229%. Keyword: seagrass ecosystem, density, coverage, Bahoi
ESTIMASI CADANGAN KARBON PADA LAMUN DI PESISIR TIMUR KABUPATEN BINTAN . Khairunnisa; Isdradjad Setyobudiandi; Mennofatria Boer
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 10 No. 3 (2018): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (860.334 KB) | DOI: 10.29244/jitkt.v10i3.21397

Abstract

ABSTRAKSalah satu upaya untuk mengurangi emisi gas karbon pemicu pemanasan global adalah dengan memanfaatkan vegetasi pesisir seperti lamun yang dikenal dengan istilah blue carbon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stok karbon pada padang lamun di Pesisir Timur Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau sebagai upaya dalam mengurangi pemanasan global. Penelitian dilakukan di Berakit, Malang Rapat, dan Teluk Bakau mulai Januari – Juli 2017. Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah biomassa, kandungan karbon, dan stok karbon pada lamun. Analisis biomassa diukur dari berat kering lamun per satuan luas yang dibagi atas bagian atas dan bawah substrat, kandungan karbon diukur dengan metode Walkley and Black, stok karbon diukur dengan memperhatikan kandungan karbon dan biomassa lamun. Hasil penelitian menunjukkan ekosistem lamun di pesisir timur Kabupaten Bintan ditumbuhi oleh C. rotundata, C. serrulata, E. acoroides, H. uninervis, H. pinifolia, H. ovalis, T. hemprichii, T. ciliatum dan S. isoetifolium dengan kondisi yang relatif baik.  Persentase biomassa dan karbon yang berada di bawah substrat lebih besar dibanding biomassa yang berada di atas substrat, sehingga ketika bagian pelepah dan daun lamun lepas baik karena tindakan manusia ataupun alam lamun masih tetap mampu menyimpan karbon. Padang lamun di pesisir sebelah timur Kabupaten Bintan memiliki potensi dalam menyerap dan menyimpan karbon yakni sebesar 2431.33 ton C dengan E. acoroides sebagai spesies yang mampu menghasilkan biomassa terbesar dan kandungan karbon tertinggi, meski jumlah tersebut tidak dapat dijadikan acuan apakah lamun memiliki potensi yang tinggi ataupun tidak karena hingga saat ini belum ada nilai standardnya. ABSTRACTOne of the solutions to reduce carbon gas emissions that triggered global warming is to utilize coastal vegetation such as seagrass that known as blue carbon. This research was aimed to determine stock carbon on seagrass in the east coast of Bintan Regency, Kepulauan Riau Province as an effort to reduce global warming.  The research was conducted in Berakit, Malang Rapat, and Teluk Bakau from January to July 2017. The parameters measured in this research were biomass, carbon content, and carbon stock on seagrass. The anylisis of the biomass was obtained from the dry weight per unit area, the carbon content was obtained by Walkley and black method, the carbon stock was obtained by the measurement of the biomass and carbon content. Based on the observation, seagrass ecosystem in east coast of Bintan was palnted by C. rotundata, C. serrulata, E. acoroides, H. uninervis, H. pinifolia, H. ovalis, T. hemprichii, T. ciliatum, dan S. isoetifolium. The below ground biomass and carbon percentation were higher that the aboveground parts so when the leaves are released either because of human or natural actions, seagrass is still able to store carbon. Seagrass beds on the east coast of Bintan Regency have the potential to absorb and store carbon which is equal to 2431.33 tons C as E. acoroides being the species which capable of producing the highest biomass and highest carbon content, although this number cannot be used as a reference whether seagrass has high potential or no because until now there has been no standard value. 
KONDISI DAN STATUS KEBERLANJUTAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN PULO PASI GUSUNG, SELAYAR Waode Siti Cahyani; Isdradjad Setyobudiandi; Ridwan Affandy
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 10 No. 1 (2018): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (768.006 KB) | DOI: 10.29244/jitkt.v10i1.21672

Abstract

Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem penting di wilayah pesisir. Terumbu karang memiliki nilai penting bagi masyarakat pesisir dan keberadaannya sangat rentan terhadap gangguan baik yang berasal dari alam maupun kegiatan antropogenik. Penetapan suatu perairan menjadi kawasan konservasi sangat penting untuk melindungi terumbu karang dari eksploitasi berlebihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kondisi tutupan karang dan status keberlanjutan ekosistem terumbu karang di Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Pulo Pasi Gusung, Selayar. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan rekomendasi bagi pemerintah daerah dalam penentuan kebijakan terkait pengelolaan yang lebih baik untuk meningkatkan pengawasan terhadap ekosistem terumbu karang di KKPD Pulo Pasi Gusung. Pengambilan data tutupan karang menggunakan metode line intercept transect (LIT) pada kedalaman 3 meter dan 10 meter. Status keberlanjutan terumbu karang dianalisis menggunakan metode Multi Dimensional Scaling (MDS) dengan tehnik Rap Insus COREMAG (Rapid Appraisal-Index Sustainability of Coral Reef Management) dengan membandingkan pengelolaan sebelum terbentuknya KKPD (Tahun 2010) dan setelah terbentuknya KKPD (Tahun 2015). Penilaian dilakukan terhadap 5 dimensi yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan infrastruktur serta dimensi hukum dan kelembagaan. Hasil analisis dari 5 dimensi dalam penilaian status keberlanjutan terumbu karang di Pulau Pasi setelah terbentuknya KKPD rata-rata mengalami peningkatan indeks berkelanjutan dibandingkan sebelum terbentuknya KKPD.