Muhammad Fajar Ismail
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

A COMPARATIVE ASSESSMENT OF FRAUD RELATED AUDITING STANDARDS: SA 316 VERSUS ISA 240 Muhammad Fajar Ismail; Yeney W. Prihatiningtyas
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Vol 2, No 1: Semester Ganjil 2013/2014
Publisher : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.637 KB)

Abstract

The purpose of this study is to describe fraud related auditing standards that applicable in Indonesia, SA 316, and fraud related auditing standards that applicable worldwide, ISA 240. Understanding the similarities and differences of these standards are important for accountants or candidate of accountants who may be assigned to carry out the job related to fraud in various countries.  This study is a descriptive one.  The findings show that although both standards have similarities almost in all aspects of the main themes, the presentations are slightly different, particularly in term of “the tone of the language” (the rhetoric). The rhetoric used by ISA 240 are more straight forward, assertive, and clear than that of SA 316. ISA 240 explicitly emphasized in one of the sub themes about the urgency of professional skepticism, while SA 316 revealed it in a discussion on different sub themes, but both standards are emphasized the importance of professional skepticism.  ISA 240 unequivocally stressed the importance of discussion among team members before and during the audit process; whilst SA 316 did not explicitly and clearly stated similar things.  Finally, ISA 240 stressed the importance of management to carry out its role in the prevention and detection of fraud, while the SA 316 did not clearly state it. Keywords: fraud, auditing standard, SA 316, ISA 240
ANALISIS TATANIAGA PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN MADIUN Ismail, Muhammad Fajar; Setiawan, Iwan; Yusuf, Muhamad Nurdin
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH Vol 12, No 2 (2025): Mei 2025
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/jimag.v12i2.9193

Abstract

Proses tataniaga cukup transparan dan sederhana, tetapi kenyataanya banyak ditemukan berbagai macam permasalahan di dalam tataniaga pupuk bersubsidi di Kabupaten Madiun, seperti kelangkaan pupuk yang dialami oleh petani, hal ini ditandai dengan Harga Eceran Tertinggi pupuk bersubsidi yang ditetapkan pemerintah melonjak naik ditingkat petani. Oleh karena itu peneliti tertarik mengkaji tataniaga pupuk bersubsidi, margin tataniaga pupuk bersubsi dan efisiensi tataniaga pupuk bersubsidi di lokasi penelitian Kabupaten Madiun. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui proses, menganalisis margin dan efesiensi tataniaga pupuk bersubsidi organik dan anorganik di Kabupaten Madiun. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan metode pendekatan. Berdasarkan hasil penelitian, tata niaga pupuk bersubsidi dari distributor hingga ke petani di Kabupaten Madiun.Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat satu pola penyaluran tata niaga pupuk bersubsidi yaitu distributor ke kios resmi penyalur pupuk bersubsidi kemudian ke kelompok tani dan dijual kepada petani sebagai konsumen akhir. Margin tertinggi pada tata niaga pupuk bersubsidi terdapat pada pupuk Phonska, lalu pupuk Urea, dan pupuk ZA sebesar Rp.100,-/kg. Tingkat efesiensi tertinggi pada distributor pupuk organik dengan perolehan nilai efesiensi sebesar 2,5. Dalam rangka menunjang efektifitas tata niaga pupuk bersubsidi, perlu kiranya pemangkasan alur agar (1) Guna efektifitas mendapatkan pupuk bersubsidi, petani yang telah tergabung di kelompok tani dapat menjemput langsung jatah pupunya ke penyalur yang ditunjuk, (2) Kelompok tani lebih proaktif berkomunikais dengan kios penyalur, terutama disaat menjelang musim tanam, (3) Dipertahankannya subsidi pupuk untuk petani, (4) Ditambahkannya angka subsidi pupuk untuk petani, dan (5) Untuk efektifitas tanam dan mengurangi keperluan pupuk, petani dapat bercocok tanam dengan pola tumpangsari.