Yoyos D. Ismiarto
Departemen Orthopaedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

EFEKTIVITAS MEMBRAN AMNION LIOFILISASI (HANDMADE TUBULAR) SEBAGAI NERVE CONDUIT PADA PERBAIKAN CEDERA SARAF PERIFER TIKUS DENGAN GAP 5 MM G. Gandadikusumah, R. Dadan; Rasyid, Hermawan N.; Hidajat, Nucki N.; Ismiarto, Yoyos D.
Majalah Kedokteran Bandung Vol 45, No 3 (2013)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1789.678 KB)

Abstract

Cedera saraf perifer dengan gap sekitar 5?30 mm baik akibat cedera langsung (87%) maupun iatrogenik (12%) mendapat perhatian khusus karena dapat mengakibatkan kecacatan di kemudian hari. Untuk itu dibutuhkan metode perbaikan saraf dengan tanpa menambah morbiditas penderita, salah satunya dengan metode entubulasi berbahan alamiah atau sintetik. Penelitian berupa eksperimental hewan coba dengan rancang acak sederhana telah dilakukan di Laboratorium Departemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran Bandung periode Mei 2012. Sampel tikus Wistar dewasa dengan jumlah 14 dibagi menjadi 2 kelompok. Setelah dibuat gap pada saraf iskiadikus, pada kelompok perlakuan dilakukan pemasangan nerve conduit dengan bahan membran amnion liofilisasi yang telah dibuat secara manual sebelumnya (handmade tubular). Pada kelompok kontrol tanpa pemasangan nerve conduit. Setelah observasi selama 21 hari, dilakukan uji konduksi dan pemeriksaan histopatologi. Data diolah dengan analisis statistik nonparametrik sign test. Semua hewan coba selamat tanpa ada yang mengalami komplikasi pascaoperasi. Hasil penelitian didapatkan perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol, uji konduksi sebesar 0,016 (p<0,05), pertumbuhan saraf hingga distal gap sebesar 0,063 (p<0,05), arah pertumbuhan saraf yang tidak radier sebesar 0,031 (p<0,05). Pada reaksi peradangan tampak minimal dan tidak terdapat perbedaan antara kedua kelompok. Simpulan, membran amnion liofilisasi (handmade tubular) efektif untuk digunakan sebagai nerve conduit dalam perbaikan cedera saraf perifer tikus dengan gap 5 mm. [MKB. 2013;45(3):192?9] Effectivity of Handmade Tubular Lyophilized Amnion Membrane as a Nerve Conduit in Repairing of Peripheral Nerve Injury with 5 mm Gap in RatsPeripheral nerve injury with 5?30 mm gap which is caused by direct injury cases (87%) or iatrogenic (12%) become a special concern because it could cause a serious disability in the future. Therefore, we need many kinds of nerve repair methods without adding morbidity to the patient. One of the methods is entubulation method, by using natural or synthetic material. This was an animal experimental research by using simple random design in Departement Pharmachology Laboratory, Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran Bandung in May 2012. The samples were used 14 Wistar rats, divided into 2 groups. After creating gap on sciatic nerve, nerve conduit was installed on case group by using handmade tubular lyophilized amnion membrane. Nerve conduit was not installed in control group. After 21 days observation, conduction test and histopathology examination were done. Data were analyzed by using non-parametric statistical analysis sign test. All animals survived without any serious surgical complication. Result showed a significant difference between groups; the conduction test=0.016 (p<0.05), nerve growth to distal gap=0.063 (p<0.05), no radier direction of nerve growth=0.031 (p<0.05). Reaction of inflammation was minimum and there was no difference between two groups. In conclusion, handmade tubular lyophilized amnion membrane is effective as nerve conduit in repair of peripheral nerve injury with 5 mm gap. [MKB. 2013;45(3):192?9] DOI: http://dx.doi.org/10.15395/mkb.v45n3.150
Perbandingan Penanganan Clubfoot Metode Kite-Lovell dengan Ponseti Primadhi, Andri; Ismiarto, Yoyos D.
Majalah Kedokteran Bandung Vol 41, No 4
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Clubfoot banyak terjadi pada bayi baru lahir dan akan menghambat anak untuk berjalan. Bila kelainan ini tidak ditangani dengan benar, akan menetap sampai dewasa dan mempengaruhi kualitas hidupnya. Umumnya penatalaksanaan inisial clubfoot menggunakan cara konservatif, walaupun pemilihan metode manipulasi masih menjadi kontroversi. Penanganan clubfoot di RS Hasan Sadikin Bandung (RSHS) menggunakan metode Kite-Lovell dan Ponseti, yang berbeda dalam teknik manipulasinya. Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa penatalaksanaan clubfoot dengan metode Ponseti lebih baik dibandingkan Kite-Lovell. Penelitian ini membandingkan hasil penanganan clubfoot menggunakan kedua metode tahun 2001-2005. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan data yang diambil dari rekam medis pasien clubfoot di RSHS, terdiri dari karakteristik pasien, metode, serta kemajuan pasien tersebut, diukur menggunakan skoring Dimeglio. Jumlah pasien ada 64 anak, atau 103 kaki karena tidak semua anak memiliki kelainan bilateral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pasien laki-laki lebih dominan yaitu 36 anak (56%). Bila digolongkan menurut usia saat pertama kali berobat, persentase terbanyak ialah pada kelompok usia paling dini, yaitu 0-3 bulan (34 anak). Sebanyak 71 kaki (69%) ditangani dengan metode Kite-Lovell sedangkan sisanya dengan metode Ponseti. Dengan skoring Dimeglio, tidak ditemukan perbedaan yang bermakna pada hasil penanganan antara kedua metode, tetapi angka keberhasilan akan lebih tinggi bila penanganan dilakukan pada usia lebih dini.Kata kunci: Clubfoot, metode Kite-Lovell, metode PonsetiComparison Between Kite-Lovell Method and Ponseti in ClubfootTreatmentClubfoot is anomalies frequently seen in the newborns. This limits the child's walking ability. Without adequate treatment, it will interfere the patient's living. Treatment consists of conservative and operative. Conservative treatment is initial choice, with controversies about its methods. Conservative treatment consists of Kite-Lovell and Ponseti methods. There is difference between them in the matter of manipulation. Numbers of study said that the Ponseti methods gave better result than Kite-Lovell. This study was to compare about the two methods performed in Hasan Sadikin General Hospital in the year of 2001-2005. The design was cross sectional. Data collected from the medical records from 2001 to 2005, including characteristic, methods used, and clinical improvement that measured by Dimeglio scoring system. This research included 64 children, or 103 foot, due to not all the children had bilateral clubfoot. The results showed that male patients were dominant (56%). According to age at initial treatment, the most common was 0-3 years, i.e. 34 children. Seventy-one feet (69%) were treated with Kite-Lovell methods, and the rests by Ponseti methods. Using Dimeglio scoring, we measured the initial and final scores, and there was no significant difference between them, but the results are better if done at younger age. Key words: Clubfoot, Kite-Lovell method, Ponseti method DOI: http://dx.doi.org/10.15395/mkb.v41n4.255