Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Tangkapan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus) di Perairan Semak Daun, Kepulauan Seribu Rahmat Kurnia; Kadarwan Suwandi; Ismudi Muchsin; Mennofatria Boer
Buletin PSP Vol. 19 No. 3 (2011): Buletin PSP
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.203 KB)

Abstract

Penelitian ini mengkaji hasil tangkapan dan pola pertumbuhan ikan kerapu macan di perairan Semak Daun. Rata-rata hasil tangkapan ikan kerapu macan di perairan Semak Daun adalah 38.3 kg/bulan dengan simpangan baku 15.9 kg atau 0.098 kg/hari/perahu. Parameter pertumbuhannya adalah K = 0.27 per tahun, L∞ = 97.48 cm, dan to = -0.44, dengan hubungan panjang dan bobot mengikuti bentuk hubungan: W=0.008L3.16. Kajian ini pun menemukan bahwa di perairan Semak Daun sudah terjadi recruitment overfishing sehingga memerlukan langkah proteksi induk atau restocking.
PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI PULAU TERLUAR BERBASIS KESESUAIAN LAHAN DAN DAYA DUKUNG (Studi Kasus Pulau Lingayan Sebagai Pulau Terluar di Kabupaten Tolitoli, Provinsi Sulawesi Tengah) Gladys Peuru; Mennofatria Boer; Ismudi Muchsin; Yusli Wardiatno
Buletin PSP Vol. 20 No. 3 (2012): Buletin PSP
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research was conducted in Lingayan Island, Tolitoli Regency, center of Sulawesi Province, from January until December 2011. This research was aimed to analyze the suitability and carrying capacity of Lingayan Island Tolitoli Regency. The method used was survey method, analysis of  carrying capacity with Ecological Footprint Analysis and indepth interview. Marine tourism activities in Lingayan Island is suitable for diving (56.02 ha), snorkeling (121.67 ha) and beach tourism (13.18 ha). The ecology, physical and water carrying capacity of the island is 86 people/day, 2.5 ha and 1.7, repectively. The results show that the potential ecologically productive area of the island is  still enough to accommodate the number of coming tourists. Key word: carrying capacity, Lingayan Island, marine tourism 
Model Sea Ranching Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Perairan Semak Daun, Kepulauan Seribu (Sea Ranching Model of Brown- Marbled Grouper (Epinephelus Fuscoguttatus) in Semak Daun Island, Seribu Islands) Rahmat Kurnia; Kadarwan Suwardi; Ismudi Muchsin; Mennofatria Boer
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 4 No. 1 (2013): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.23 KB) | DOI: 10.29244/jmf.4.1.59-66

Abstract

Sea ranching merupakan pelepasan ikan ke laut untuk ditangkap setelah mencapai ukuran konsumsi. Sea ranching biasanya diterapkan ketika rekrutmen alami rendah atau bahkan tidak ada dikarenakan sangat intensifnya penangkapan atau rusaknya habitat yang mendukung hal tersebut. Penelitian ini mengkaji daya dukung berdasarkan produktivitas primer. Selain itu juga mengkaji model restocking dalam sistem sea ranching.  Kajian ini menemukan bahwa perairan Semak Daun sudah mengalami tangkap lebih rekrutmen (recruitment overfishing).  Untuk itu perlu dilakukan restocking dengan sistem sea ranching. Daya dukung perairan bagi ikan kerapu macan, yaitu antara 0,703-1,06 ton/th dengan rata-rata 0,88 ton/th. Tebar sebaiknya diterapkan setiap bulan dan penangkapan pun dilakukan setiap hari sepanjang bulan. Pola tebar yang optimal adalah panjang benih 11 cm dengan  padat tebar 14.000 ekor pada mortalitas tangkapan 0,5 atau panjang benih 13 cm dengan padat tebar 13000 pada mortalitas tangkapan 0,4.Kata kunci: daya dukung, Epinephelus fuscoguttatus,restocking, sea ranching
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JAWA BARAT Didik Wahju Hendro Tjahjo; Mennofatria Boer; Ridwan Affandi; Ismudi Muchsin; Dedi Soedarma
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 11 No. 2 (2004): Desember 2004
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.705 KB)

Abstract

Evaluasi keberhasilan penebaran udang galah (Macrobrachium rosenbergii) di Waduk Darma yang memiliki luas genangan 400 ha telah dilaksanakan berdasarkan penebaran dari April 2002 sampai Maret 2003. Udang galah yang ditangkap dengan jaring lempar mencapai 57 - 624 ind/bulan atau sama dengan 1.3 - 35.0 kg/bulan. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan penarikan contoh acak berlapis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas perairan di Waduk Darma baik fisika maupun kimia mendukung pertumbuhan udang galah. Pada kondisi tersebut laju pertumbuhan udang galah cukup tinggi dengan koefisien pertumbuhan K antara 0.88 - 1.59 dan L∞ sama dengan 36.2 cm untuk jantan, K antara 0.87 - 1.55 dan L∞ sama dengan 25.9 cm untuk betina. Kondisi makanan yang tersedia cukup untuk pertumbuhan. Interaksi dengan komunitas ikan lainnya relatif rendah. Keberhasilan penebaran mencapai 10.5% dengan laju eksploitasi antara 0.06 sampai 0.80.Kata kunci: Macrobrachium rosenbergii, penebaran, pertumbuhan, penangkapan, waduk.
Pembangunan Perikanan Pada Pembangunan Jangka Panjang II (PJPT II) Kardiyo Praptokardiyo; Ismudi Muchsin
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 1 No. 2 (1993): Desember 1993
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1581.208 KB)

Abstract

Sub-sektor perikanan merupakan bidang yang paling komplek diantara subsektor-subsektor pertanian yang lain. Hal ini antara lain disebabkan karena dimensi sumberdaya yang dinamis dengan batasan-batasannya yang sangat relatif. Oleh karena itu pembangunan sub-sektor perikanan memerlukan pemikiran yang spesifik. Berbagai pemikiran telah banyak dicurahkan untuk penyusunan strategi pembangunan perikanan, antara lain pemikiran yang paling baru adalah hasil Workshop on Fisheries Policy and Planning oleh Dirjen Perikanan dan Fisheries Forum I dan II oleh Litbang Perikanan, serta Fisheries Forum III oleh Ditjen Perikanan dan Badan Litbang Pertanian. USAID mensponsori pertemuan-pertemuan tersebut. Dari hasil pemikiran-pemikiran terse but hampir semua aspek kpennasalahan bidang perikanan dan strategi telah tertuang.Demikian luas cakupan aspek dan permasalahannya, sehingga dalam penyusunan strategi pembangunan perikanan sulit untuk dipadukan dalam salu fokuspembangunan yang sentral. Di dalam tulisan ini akan dicoba memilah-milah dankalau mungkin dengan introduksi pola pemikiran yang baru untuk menghasilkan pola pembangunan perikanan yang efisien. .untuk tllk mencari pola yang efisien salah satu langkah yang harus ditempuh adalah melalui usaha pengelompokan permasalah yang ada kemlldian diikuti dengan penyusunan prioritas-prioritas yang nantinya merupakan bahan bagi penyusunan strategi pembangunan. Strategi pembangunan yang akan dipakai hendaknya harus dapat dijabarkan ke dalam suatu program pembanguan yang sistematis dan mantap yang mengarah pada pemenuhan tujuan yang telah digariskan dalam tujuan nasional pembangunan perikanan antara lain adalah menghasilkan bahan pangan protein hewani bagi masyarakat, menciptakan lapangan kerja, mendorong pertumbuhanagro-industri di dalam negeri melalui penyediaan bahan baku, menghasilkan devisa melalui kegiatan ekspor hasil perikanan, serta meningkatkan pendapatan petani/nelayan dalam rangka memberantas kemiskinan yang melilit mereka .
Gulma Air :Permasalahan dan Penanggulangannya Ismudi Muchsin; Zairon .
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 2 No. 1 (1994): Juni 1994
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (10.661 KB)

Abstract

Pada perairan umum seperti waduk, rawa, danau dan situ, adanya tumbuhan air dapat berfungsi sebagai tempat berlindung ikan-ikan kecil dari serangan predator, menaikkan kandungan oksigen terlarut dalam air, sebagai makanan ikan dan tempat pemijahan. Tetapi apabila tumbuhan tersebut tumbuh meluas di sebagian besar volume air akan menimbulkan kerugian, karena telah berubah menjadi tumbuhan pengganggu (gulma air). Tumbuhan air yang menutupi pennukaan air tersebut akan mengurangi proses penetrasi cahaya matahari dan difusi oksigen ke dalam air; juga menimbulkan pendangkalan pada badan air, mengganggu transportasi air, menurunkan nilai estetika, dan dapat menimbulkan gangguan bau serta rasa air.Pada umumnya gulma air yang penting mempunyai cara berkembang biak yang sangat eepat. Hal ini merupakan sebab utama mengapa dalam waktu yang sangat singkat dapat terjadi pertumbuhan massal yang eukup besar sehingga dapat menimbulkan persoalan yang lebih pentingjika dibandingkandengan tumbuhan air yang lain (Slamet et al., daLam Maulina, 1989).
PENGENTASAN KEMISKINAN DI SUB-SEKTOR PERIKANAN Ismudi Muchsin
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 2 No. 2 (1994): Desember 1994
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (10.661 KB)

Abstract

Sasaran utama Pembangunan Nasional Jangka Panjang Keduaadalah menciptakan kualitas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia. Sehubungan dengan sasaran tersebut, maka dalam memasuki Pelita VI, kata KEMISKINAN menjadi isu nasional, khususnya dalam menghadapi masalah kemiskinan dari 27 juta penduduk Indonesia, di antaranya dari kelompok nelayan/petani ikan (Pidato Presiden tanggal 14 April 1993 dihadapan Rapat Kabinet Pembangunan VI). Kualitas hidup masyarakat  nelayan/ petani ikan sebagai sumberdaya pembangunan merupakan faktor penting dalam tahapan pembangunan perikanan. Oleh karenanya, kemiskinan masyarakat perikanan tersebut perlu diatasi melalui program-program pembangunan secara menyeluruh. Program Inpres Desa Tertinggal (IDT) 5/93 kemungkinan merupakan salah satu program pengentasan kemiskinan dari masyarakat nelayan/petani ikan (Nasution, 1993). Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada, mencari pemecahannya dalam bentuk program-program serta  sasaran dalam upaya pengentasan kemiskinan masyarakat, khususnya nelayan.
DAYA DUKUNG PERAIRAN DANGKAL SEMAK DAUN, KEPULAUAN SERIBU, BAGI PENGEMBANGAN SEA RANCHING IKAN KERAPU MACAN (EPINEPHELUS FUSCOGUTTATUS) Rahmat Kurnia; Kadarwan Soewardi; Mennofatria Boer; Ismudi Muchsin
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 17 No. 1 (2011): Juni 2011
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (176.875 KB)

Abstract

Daya dukung perairan dangkal Semak Daun dikaji secara keseluruhan melalui pendekatan beban P dan produktivitas primer. Kajian tersebut didasarkan pada dua bagian penyusun perairan yang berbeda batimetrinya, yaitu reef flat (281,89 ha) dan goba (9,9 ha). Selain itu, daya dukung perairan juga dikaji berdasarkan kelayakannya bagi budidaya keramba jaring apung/KJA (9,9 ha), sistem sekat (2 ha), sistem kandang (40,7 ha), dan sea ranching (262 ha). Daya dukung bagi pengembangan perikanan secara total adalah 652 ton/th. Daya dukung ini bagi daerah reef flat adalah 389,52 ton/th dan bagi daerah goba 262,94 ton/th. Dilihat dari jenis aktivitas perikanannya, daya dukung perairan Semak Daun bagi pengembangan KJA sebesar 78,17 ton/th, sistem sekat daya dukungnya 2,94 ton/th, sistem kandang sebesar 59,79 ton/th, dan daya dukung bagi pengembangan sea ranching sebesar 589,32 ton/th. Sementara itu, berdasarkan daya dukung perairan bagi sea ranching maka daya dukung bagi ikan kerapu adalah 5,112 ton/th. Dengan kata lain, kepadatan optimal kerapu macan (Epinephelus fusgoguttatus) di perairan sea ranching Semak Daun adalah 0,02 ton ha-1.Kata kunci: Epinephelus fusgoguttatus, daya dukung, sea ranching, Semak Daun
This research to study relation between environment parameter, plankton abundance and primary productivity with abundance of tiger prawn post larvae and milk fish fry, calculates plankton predating rate speed by tiger prawn post larvae and milk fish fry and other larva and studies plankton population dynamics, tiger prawn post larvae and milk fish fry before, at the time and after peak season.  Result of research indicates that some environment parameters significant differs according to observa Nur Asia Umar; Richardus F. Kaswadji; Ario Damar; Ismudi Muchsin; I Wayan Nurjaya
Forum Pasca Sarjana Vol. 32 No. 2 (2009): Forum Pascasarjana
Publisher : Forum Pasca Sarjana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research to study relation between environment parameter, plankton abundance and primary productivity with abundance of tiger prawn post larvae and milk fish fry, calculates plankton predating rate speed by tiger prawn post larvae and milk fish fry and other larva and studies plankton population dynamics, tiger prawn post larvae and milk fish fry before, at the time and after peak season.  Result of research indicates that some environment parameters significant differs according to observation period and season.  Highest abundance of tiger prawn post larva, milk fish fry and other larva reaches to 29067, 7733 and 54400 ind/1000 m3. Highest grazing rate to population of phytoplankton and plankton (phytoplankton + zooplankton) found when predator consisted of tiger prawn post larva, milk fish fry and other larva with grazing rate up to 125 cells/liter/hour and 129 plankter /liter/hour respectively.  Highest predating rate to zooplankton population when predator consist of tiger prawn post larva and milk fish fry and there is phytoplankton as their prey up to 12 individual/liter/hour.  The certain plankton species significant correlation and estimated as natural food of tiger prawn post larva and milk fish fry that is some types of diatom and crustaceae from zooplankton.  Plankton population dynamics especially controlled by predator by tiger prawn post larva, milk fish fry and other larva, while influence of environment parameter is small relative. Abundance of each phytoplankton and zooplankton ranged from 583-28563 cells/liter and 22-3413 ind/liter.  Average abundance of phytoplankton and zooplankton significant differs higher at peak season compare  before and after tiger prawn post larva and milk fish fry season. Predator-prey relation between phytoplankton and zooplankton shows phase change which succession between phytoplankton controls to zooplankton phases with zooplankton control to phytoplankton.  Abundance of plankton influences abundance of population of tiger prawn post larva and milk fish fry especially after peak season.  There is concordance of time between peak abundance of tiger prawn post larva and milk fish fry and other larva with peak abundance of phytoplankton and zooplankton.   Key words : population dynamics, predating, predating rate, predator, prey, phytoplankton, zooplankton, tiger prawn post larva, milk fish fry, other larva, Pinrang
DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL IKAN PEPIJA Harpadon nehereus (Hamilton, 1822) DI PERAIRAN PULAU TARAKAN, KALIMANTAN UTARA Asbar Laga; Ridwan Affandi; Ismudi Muchsin; Muhammad Mukhlis Kamal
ZOO INDONESIA Vol 24, No 1 (2015): Juli 2015
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v24i1.476

Abstract

Ikan pepija merupakan ikan demersal dengan penyebaran di perairan estuaria dan laut dangkal. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji distribusi spasial dan temporal ikan pepija di perairan P. Tarakan. Penelitian dilakukan dari Februari 2013 sampai dengan Februari 2014. Penangkapan ikan dilakukan dengan menggunakan pukat hela (trawl) dengan ukuran panjang sayap 7 meter dengan besar mata jaring pada sayap, badan dan kantong masing-masing berukuran 2,2 dan 1 inch. Pengoperasian jaring trawl pada masing-masing lokasi stasiun dilakukan “zig zag” dengan 2 kali masa penarikan pukat hela (towing) selama 30 menit. Ikan yang tertangkap ditimbang seluruhnya. Hasil tangkapan bervariasi saat waktu pengamatan dan antara satu stasiun dengan stasiun lainnya. Laju tangkap tertinggi pada bulan Desember dan Januari sebesar 75.56 dan 77.37 kg/jam dan terendah pada bulan April sebesar 7.41 kg/jam. Ikan pepija melakukan migrasi harian dari Tanjung Simaya (tanggal 7 kalender Hijriah), tanggal 8 di perairan Tanjung Selayu, tanggal 9 antara perairan Tanjung Selayu dan Tanjung Juata, dan tanggal 10 pada penanggalan Hijriah di perairan Tanjung Juata. Berdasarkan data tangkapan tersebut terungkap bahwa distribusi ikan pepija di perairan Pulau Tarakan berkaitan dengan pasang surut, ikan ini hanya ditemukan pada saat pasang perbani pada tanggal 7, 8, 9 dan 10 bulan Hijriah.