Lisendra Marbelia
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Jl Grafika No 2 Kampus UGM, 55281 Yogyakarta

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Optimasi Biaya dalam Proses Pemurnian Metanol untuk Mengurangi Resin sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di PT Kaltim Methanol Industri Reno Imam Arthapersada; Muhammad Kurniawan Adiputra; Indra P Hakim; Imam Karfendi Putro; Asep P Zainuddin; Lisendra Marbelia; Ahmad Tawfiequrahman Yuliansyah
Jurnal Rekayasa Proses Vol 14, No 2 (2020)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.59553

Abstract

Purification process of raw methanol from its impurities to produce pure methanol at PT. Kaltim Methanol Industri (PT KMI) is carried out by several steps, including degassing, distillation, and adsorption. One of the impurities, tri methyl amine (TMA), could be removed by adding NaOH. Another method to remove TMA is conducted by adsorption process on ion exchange resin on the vessel called TMA catchpot. The TMA catchpot performance is very crucial in methanol purification process. Thus, monitoring and optimization are required to be performed regularly. Once the TMA catchpot resin has exhausted, the performance will be drop and methanol purification could not be done efficiently. Furthermore, the ion exchange resin should be replaced with new resin. This study evaluates the performance of the TMA catchpot during the charge of 2010, 2012, and 2016, calculates the NaOH consumption during operational time, and optimizes the cost. Resin regeneration option was introduced and compared with the conventional method (i.e. resin replacement). Economic evaluation shows that the lowest annual cost could be obtained by fresh resin replacement every 4 years and resin regeneration every 2 years. Resin regeneration option gives not only annual cost reduction, but also positive impact to the environment, by decreasing the amount of hazardous waste (i.e. spent resin) significantly.Keywords: ion exchange resin; methanol purification; regeneration; tri methyl amineA B S T R A KProses pemurnian metanol mentah (raw) dari pengotornya untuk menghasilkan metanol murni di PT. Kaltim Methanol Industri (PT KMI) dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain degassing, distilasi dan adsorpsi. Salah satu zat pengotor adalah tri methyl amine (TMA) yang dapat dihilangkan dengan penambahan NaOH. Metode lain untuk menghilangkan TMA adalah dengan proses adsorpsi menggunakan resin penukar ion di dalam tangki yang disebut TMA catchpot. Performa TMA catchpot sangat penting dalam proses pemurnian metanol. Oleh karena itu, pemantauan dan optimalisasi perlu dilakukan secara berkala. Setelah resin pada TMA catchpot jenuh, performanya akan menurun dan pemurnian metanol tidak dapat dilakukan secara efisien. Selanjutnya, resin penukar ion harus diganti dengan resin baru. Artikel ini mengevaluasi kinerja catchpot TMA pada penggantian resin (charge) 2010, 2012 dan 2016, menghitung konsumsi NaOH sebagai fungsi waktu operasi, dan mengoptimasi biaya pemurnian. Selain itu, disimulasikan opsi regenerasi resin, sebagai pembanding metode konvensional (penggantian resin). Evaluasi ekonomi menunjukkan bahwa biaya tahunan paling rendah didapatkan dengan penggantian resin baru setiap 4 tahun, dan regenerasi resin setiap 2 tahun. Selain biaya tahunan yang rendah, regenerasi ini berdampak positif terhadap lingkungan dengan mengurangi timbulan limbah B3 (resin bekas) secara signifikan.Kata kunci: pemurnian metanol; regenerasi; resin penukar ion; tri metil amin 
Evaluasi Manfaat Penggantian Chemical Amine N1800 menjadi N1805 dalam rangka Pengurangan Jejak Karbon Wahyu Widiyantara; Muhammad Kurniawan Adiputra; Eka Wijayanto; Lisendra Marbelia
Jurnal Rekayasa Proses Vol 15, No 2 (2021)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.68814

Abstract

Inovasi berkelanjutan pada alat dan atau proses di dalam industri kimia untuk mencapai efisiensi dan industri yang ramah lingkungan wajib dilakukan. Dalam mendukung hal ini PT. KMI melakukan modifikasi proses dengan mengganti bahan neutralizing amine yang digunakan pada sistem boiler feed water. Penggantian amine dilakukan pada pertengahan tahun 2017, dari amine N1800 menjadi N1805. Data konsumsi amine dan air pelarut tahun 2015-2020 digunakan sebagai dasar evaluasi. Estimasi jumlah emisi juga dilakukan dengan menghitung kebutuhan air pelarut, drum kontainer bahan amine dan juga transportasi bahan dari produsen ke PT. KMI. Dari hasil perhitungan, dapat disimpulkan bahwa penggantian bahan amine dari N1800 ke N1805 memberikan benefit yang baik, yaitu: (1) menurunkan biaya tahunan untuk konsumsi amine, (2) menurunkan kebutuhan air pelarut dan beban pencemar air dan (3) menurunkan emisi secara signifikan. Penurunan emisi sebagian besar berasal dari penghematan penggunaan drum kontainer dan transportasi, sedangkan dari penurunan penggunaan air kurang signifikan.
Optimasi Biaya dalam Proses Pemurnian Metanol untuk Mengurangi Resin sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di PT Kaltim Methanol Industri Reno Imam Arthapersada; Muhammad Kurniawan Adiputra; Indra P Hakim; Imam Karfendi Putro; Asep P Zainuddin; Lisendra Marbelia; Ahmad Tawfiequrahman Yuliansyah
Jurnal Rekayasa Proses Vol 14, No 2 (2020)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.59553

Abstract

Purification process of raw methanol from its impurities to produce pure methanol at PT. Kaltim Methanol Industri (PT KMI) is carried out by several steps, including degassing, distillation, and adsorption. One of the impurities, tri methyl amine (TMA), could be removed by adding NaOH. Another method to remove TMA is conducted by adsorption process on ion exchange resin on the vessel called TMA catchpot. The TMA catchpot performance is very crucial in methanol purification process. Thus, monitoring and optimization are required to be performed regularly. Once the TMA catchpot resin has exhausted, the performance will be drop and methanol purification could not be done efficiently. Furthermore, the ion exchange resin should be replaced with new resin. This study evaluates the performance of the TMA catchpot during the charge of 2010, 2012, and 2016, calculates the NaOH consumption during operational time, and optimizes the cost. Resin regeneration option was introduced and compared with the conventional method (i.e. resin replacement). Economic evaluation shows that the lowest annual cost could be obtained by fresh resin replacement every 4 years and resin regeneration every 2 years. Resin regeneration option gives not only annual cost reduction, but also positive impact to the environment, by decreasing the amount of hazardous waste (i.e. spent resin) significantly.Keywords: ion exchange resin; methanol purification; regeneration; tri methyl amineA B S T R A KProses pemurnian metanol mentah (raw) dari pengotornya untuk menghasilkan metanol murni di PT. Kaltim Methanol Industri (PT KMI) dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain degassing, distilasi dan adsorpsi. Salah satu zat pengotor adalah tri methyl amine (TMA) yang dapat dihilangkan dengan penambahan NaOH. Metode lain untuk menghilangkan TMA adalah dengan proses adsorpsi menggunakan resin penukar ion di dalam tangki yang disebut TMA catchpot. Performa TMA catchpot sangat penting dalam proses pemurnian metanol. Oleh karena itu, pemantauan dan optimalisasi perlu dilakukan secara berkala. Setelah resin pada TMA catchpot jenuh, performanya akan menurun dan pemurnian metanol tidak dapat dilakukan secara efisien. Selanjutnya, resin penukar ion harus diganti dengan resin baru. Artikel ini mengevaluasi kinerja catchpot TMA pada penggantian resin (charge) 2010, 2012 dan 2016, menghitung konsumsi NaOH sebagai fungsi waktu operasi, dan mengoptimasi biaya pemurnian. Selain itu, disimulasikan opsi regenerasi resin, sebagai pembanding metode konvensional (penggantian resin). Evaluasi ekonomi menunjukkan bahwa biaya tahunan paling rendah didapatkan dengan penggantian resin baru setiap 4 tahun, dan regenerasi resin setiap 2 tahun. Selain biaya tahunan yang rendah, regenerasi ini berdampak positif terhadap lingkungan dengan mengurangi timbulan limbah B3 (resin bekas) secara signifikan.Kata kunci: pemurnian metanol; regenerasi; resin penukar ion; tri metil amin 
Evaluasi Manfaat Penggantian Chemical Amine N1800 menjadi N1805 dalam rangka Pengurangan Jejak Karbon Wahyu Widiyantara; Muhammad Kurniawan Adiputra; Eka Wijayanto; Lisendra Marbelia
Jurnal Rekayasa Proses Vol 15, No 2 (2021)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.68814

Abstract

Inovasi berkelanjutan pada alat dan atau proses di dalam industri kimia untuk mencapai efisiensi dan industri yang ramah lingkungan wajib dilakukan. Dalam mendukung hal ini PT. KMI melakukan modifikasi proses dengan mengganti bahan neutralizing amine yang digunakan pada sistem boiler feed water. Penggantian amine dilakukan pada pertengahan tahun 2017, dari amine N1800 menjadi N1805. Data konsumsi amine dan air pelarut tahun 2015-2020 digunakan sebagai dasar evaluasi. Estimasi jumlah emisi juga dilakukan dengan menghitung kebutuhan air pelarut, drum kontainer bahan amine dan juga transportasi bahan dari produsen ke PT. KMI. Dari hasil perhitungan, dapat disimpulkan bahwa penggantian bahan amine dari N1800 ke N1805 memberikan benefit yang baik, yaitu: (1) menurunkan biaya tahunan untuk konsumsi amine, (2) menurunkan kebutuhan air pelarut dan beban pencemar air dan (3) menurunkan emisi secara signifikan. Penurunan emisi sebagian besar berasal dari penghematan penggunaan drum kontainer dan transportasi, sedangkan dari penurunan penggunaan air kurang signifikan.
Kajian Tingkat Pencemaran pada Efluen Air Limbah IPAL - IPAL Domestik Komunal Ditinjau dari Parameter COD, BOD, Amonia dan Total Coliform di Sleman, Yogyakarta Muhammad Luthfi Nugroho; Johan Syafri Mahathir Ahmad; Lisendra Marbelia
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil UMS 2023: Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil UMS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pencemaran air limbah di Kabupaten Sleman merupakan dampak dari permasalahan sanitasi. Saat ini IPAL – IPAL Domestik Komunal di Sleman menjadi alternatif untuk pengolahan air limbah domestik. Setidaknya terdapat 56 IPAL Domestik yang memiliki efluen air limbah yang tidak memenuhi baku mutu. Efluen IPAL ini diduga menjadi kontribusi terhadap peningkatan tingkat pencemaran perairan di Sleman. Oleh karena itu, penelitian terkait tingkat pencemaran efluen IPAL diperlukan. Penelitian menggunakan metode analisis konsentrasi polutan, analisis kinerja penyisihan dan analisis indeks pencemaran. Hasil penelitian didapatkan bahwa >50% IPAL untuk kualitas efluen COD, BOD dan Amonia masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Namun, 56 IPAL (100% jumlah total IPAL) masih belum memenuhi baku mutu untuk Total colifrom. Kedua, 56 IPAL masih memiliki kinerja penyisihan polutan COD, BOD, Amonia dan Total coliform yang rendah (<80% efisiensi). Terkakhir, kenaikan tingkat pencemaran IPAL cenderung signifikan tiap tahunnya dan secara rerata kumulatif dari tahun 2017 sampai tahun 2022 terdapat 52 IPAL tercemar berat.
Efisiensi air di gas conditioning tower untuk mengurangi kadar SO2 pada emisi industri semen Osvaldo Zulbedia Sitohang; Suryana Suryana; Erna Listianingrum; Lisendra Marbelia
Jurnal Rekayasa Proses Vol 17, No 1 (2023)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.78193

Abstract

Industri kimia dan juga termasuk di dalamnya, industri semen, menghadapi tantangan untuk dapat terus melakukan perbaikan proses untuk melakukan efisiensi sumber daya dan meminimalkan beban pencemaran ke lingkungan. Salah satu hal yang penting di industri semen adalah kandungan SO2 pada emisinya. Kandungan emisi ditentukan oleh proses pengolahan gas, yang dilakukan dengan penyemprotan air di gas conditioning tower (GCT) dan bag filter sebelum dikeluarkan ke lingkungan melalui cerobong. Di sisi lain, konsumsi air di GCT merupakan salah satu titik penggunaan air yang tertinggi di industri semen. Studi ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi penggunaan air di GCT dengan menggunakan seven tools mulai dari analisis masalah hingga pembuatan usulan standard operating procedure (SOP) baru. Dari analisis ini didapatkan bahwa tergantung pada kadar SO2 dan SO3 di emisi dan bahan baku, maka dapat dilakukan pengendalian temperatur inlet bag filter yang selanjutnya akan mengendalikan volum air di GCT. Hasil pengembangan/inovasi ini menunjukkan bahwa SOP baru dapat menghemat air di GCT secara signifikan.
Efisiensi air di gas conditioning tower untuk mengurangi kadar SO2 pada emisi industri semen Osvaldo Zulbedia Sitohang; Suryana Suryana; Erna Listianingrum; Lisendra Marbelia
Jurnal Rekayasa Proses Vol 17, No 1 (2023)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.78193

Abstract

Industri kimia dan juga termasuk di dalamnya, industri semen, menghadapi tantangan untuk dapat terus melakukan perbaikan proses untuk melakukan efisiensi sumber daya dan meminimalkan beban pencemaran ke lingkungan. Salah satu hal yang penting di industri semen adalah kandungan SO2 pada emisinya. Kandungan emisi ditentukan oleh proses pengolahan gas, yang dilakukan dengan penyemprotan air di gas conditioning tower (GCT) dan bag filter sebelum dikeluarkan ke lingkungan melalui cerobong. Di sisi lain, konsumsi air di GCT merupakan salah satu titik penggunaan air yang tertinggi di industri semen. Studi ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi penggunaan air di GCT dengan menggunakan seven tools mulai dari analisis masalah hingga pembuatan usulan standard operating procedure (SOP) baru. Dari analisis ini didapatkan bahwa tergantung pada kadar SO2 dan SO3 di emisi dan bahan baku, maka dapat dilakukan pengendalian temperatur inlet bag filter yang selanjutnya akan mengendalikan volum air di GCT. Hasil pengembangan/inovasi ini menunjukkan bahwa SOP baru dapat menghemat air di GCT secara signifikan.