Ni Made Renny Anggraeni Rena
Divisi Hematologi-Onkologi Medis Bagian/SMF Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PERBEDAAN KEJADIAN ANEMIA PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK DENGAN DAN TANPA DIABETES MELITUS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH, DENPASAR– BALI Ni Putu Nita Wiryandari; Ketut Suega; Ni Made Renny Anggraeni Rena
E-Jurnal Medika Udayana vol 4 no 12(2015):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah penyebab kematian kesembilan di Amerika Serikat. Prevalensi PGK tinggi, penyebab terseringnya adalah Penyakit Ginjal Diabetik (PGD). Anemia adalah tanda utama gagal ginjal yang mengawali komplikasi lain. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi perbedaan kejadian anemia pada pasien PGK dengan dan tanpa Diabetes Melitus (DM). Selama Maret-Augustus 2015, penelitian crossectional dilakukan dengan teknik consecutive sampling. Rekam medis sampel PGK dengan dan tanpa DM dievaluasi untuk menilai kadar hemoglobin pada kunjungan pertama. Data dianalisis dengan analisa bivariat. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 223 pasien PGK (umur 18-75 tahun, rerata 53.53±11.68) dengan 137 sampel lelaki. Sebanyak 57.4% sampel adalah derajat 5 dan penyebab paling sering adalah PGD (40.4%). Kami mendapatkan mayoritas anemia pada derajat 5 yaitu sebanyak 66.2% untuk PGK dengan DM dan 91.8% untuk PGK tanpa DM (p<0.0001). Antara kedua kelompok, memperlihatakan perbedaan rerata kadar hemoglobin yang signifikan dengan nilai p=0.001 (9.12±2.38 untuk DM vs. 10.17±3.08 untuk tidak DM). Analisis Chi square memperlihatkan secara signifikan (p=0.002) persentase yang lebih tinggi pada PGK dengan DM (68.7% vs. 31.3%). Diabetes Melitus mempengaruhi kejadian anemia pada PGK namun tidak terkait dengan ekspresi yang lebih awal dari anemia itu sendiri. Sehingga anemia secara signifikan lebih sering terjadi pada PGK dengan DM dan tingkat anemia yang lebih parah dibandingkan dengan yang terjadi pada PGK tanpa DM. Kemudian, secara spesifik distribusi anemia secara konsisten lebih tinggi pada derajat 2-4 PGK dengan DM daripada tanpa DM.      
HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN DENGAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT PASIEN SYSTEMIC LUPUS ERITHEMATOSUS DI RSUP SANGLAH Putu Cyntia Ratnadi; Ketut Suega; Ni Made Renny Anggraeni Rena
E-Jurnal Medika Udayana vol 5 no 2(2016):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (159.23 KB)

Abstract

THE ASSOCIATION BETWEEN HEMOGLOBIN LEVEL WITH DISEASE SEVERITY IN PATIENTS WITH SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS IN SANGLAH GENERAL HOSPITALSystemic lupus erythematosus (SLE) is a chronic multisystem autoimmune disease with a wide spectrum of manifestations. Anemia is one of the hematologic manifestations of SLE that occurred frequently due to suppression of erythropoiesis by the presence of chronic inflammation. Severity of anemia often reflected an underlying condition, including SLE. The lower levels of hemoglobin (Hb), usually related to more severe underlying disease. This study was conducted to determine the association between Hb level with disease severity in patients with SLE. This study was an observational analytic study with cross-sectional study. The sample were SLE patients who treated in Sanglah General Hospital. We observed medical records SLE patients in the period of January-December 2014. The independent variable was severity of SLE and dependent variable was hemoglobin level. Statistic analysis used chi square. Forty one patients aged 17-74 y.o, mean 33.46±11.61 y.o were included in this study. Majority of SLE patients were woman (n=38). Hb level was ranging from 3.00-16.10 g/dl, mean 10.09±2.92 g/dl. Low Hb level was occurred in 29 subjects (70.70%), 9 (31.00%) in mild disease and 20 (69.00%) in severe disease. The association between Hb level with severity of SLE was statistically significant (p<0.05).
KAITAN FAKTOR USIA DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KEJADIAN LIMFOMA NON HODGKIN DI RUMAH SAKIT SANGLAH TAHUN 2014 Ida Ayu Cili Swesis; Ketut Suega; Ni Made Renny Anggraeni Rena
E-Jurnal Medika Udayana vol 4 no 9(2015):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.261 KB)

Abstract

AGE AND GENDER FACTOR ASSOCIATED WITH NON-HODGKIN LYMPHOMA EVENTS IN SANGLAH HOSPITAL DURING 2014One of the most common types of hematology malignancies is lymphoma malignancies.  Based on the epidemiology Hodgkin's disease is relatively rare compared with nonHodgkin's lymphoma (NHL) in Asia. NHL had increased since 1970 at 5-10% aech year. The purpose of this research is to explained age and gender associated with Non-hodgkin lymphoma proportion in Sanglah Hospital during 2014. The retrospective cross sectional design was used in this research. Sampel were patients who treated in Internal Medicine Sanglah Hospital during 2014. In 2014, there were 152 cases of NHL with male respondents 57.9% (88 people ) and female 42.1% (64 people) treated at Sanglah Hospital. Subjects age ranged from 1-89 y.o, with median age 55 y.o. There were a 46% who have under 55 years of age and 54% over 55. In Chi-square analysis, there was a significant associated between age with NHL incidence in Sanglah Hospital (p <0.05) and no significant associated between the gender with NHL incidence (p> 0.05). The conclusion in this study was the increased age contributes to the rising rates of NHL. However, the incidence of NHL was not clearly associated with gender.
KAITAN FAKTOR USIA DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KEJADIAN LIMFOMA NON HODGKIN DI RUMAH SAKIT SANGLAH TAHUN 2014 Ida Ayu Cili Swesis; Ketut Suega; Ni Made Renny Anggraeni Rena
E-Jurnal Medika Udayana vol 5 no 1(2016):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu jenis keganasan yang sering terjadi pada hematologi adalah keganasan limfoma. Berdasarkan epidemiologi Hodgkin lebih jarang terjadi dibandingkan dengan limphoma Hodgkin dan limpoma non hodgkin (LNH) di Asia. Kejadian LNH meningkat mulai tahun 1970 dengan perkiraan sekitar 5-10% pertahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia dan jenis kelamin terhadap kejadian LNH di Rumah Sakit Sanglah tahun 2014. Penelitian ini menggunakan disain retrospektif cross sectional. Sampel merupakan pasien yang berobat ke Poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Sanglah tahun 2014. Tahun 2014, 152 kasus LNH dengan laki-laki 57,9% (88 orang) dan perempuan 42,1% (64 orang) yang berobat ke Rumah Sakit Sanglah. Umur subjek  1-89 tahun dengan median  55  tahun.  Terdapat  46%  orang  dibawah  55  tahun dan  54% di  atas  55  tahun. Berdasarkan analisis Chi-square terdapat hubungan  yang signifikan antara usia dengan kejadian   LNH di Rumah Sakit Sanglah (p<0,05) dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadain LNH (p>0,05). Kesimpulan yang didapat pada penelitian ini ditemukan semakin meningkatnya usia kejadian LNH juga meningkat, sedangkan untuk jenis kelamin dengan kejadian LNH tidak terdapat hubungan yang signifikan.  
TINGKAT HARAPAN HIDUP PASIEN LIMFOMA NON-HODGKIN BERDASARKAN SKOR IPI YANG MENDAPATKAN KEMOTERAPI LINI PERTAMA DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2014 I Putu Dhidhi Pradnya Suryadiarsa; Ni Made Renny Anggraeni Rena; Tjokorda Gde Dharmayuda
E-Jurnal Medika Udayana Vol 8 No 5 (2019): Vol 8 No 5 (2019): Vol 8 No 5 (2019): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.515 KB)

Abstract

Limfoma Non-Hodgkin (LNH) merupakan penyakit hematologi dengan keganasan yangterjadi pada limfosit, disebabkan oleh abnormalitas dari perkembangan limfosit yang akanmembentuk suatu tumor, apabila dibiarkan maka dapat berkembang menjadi kanker. SkorInternational Prognostic Index (IPI) merupakan alat ukur yang digunakan untuk memperkirakantingkat harapan hidup pasien LNH secara multidimensional dengan beberapa komponen, yaituumur, stadium penyakit, kadar serum Lactate Dehydrogenase (LDH), keterlibatan ekstranodul,dan status kinerja. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat harapan hidup pasien LNHberdasarkan skor IPI yang mendapatkan kemoterapi lini pertama di RSUP Sanglah Denpasartahun 2014. Studi ini menggunakan metode penelitian deskriptif retrospektif terhadap pasienLNH di RSUP Sanglah Denpasar selama tahun 2014. Dari 25 pasien yang menjadi responden,memiliki rentang umur antara 61-76 tahun dengan rerata umur 65,68 + 4,7 tahun dan medianumur 65 tahun. Pasien lelaki berjumlah 19 orang dengan persentase 76%. Gejala klinis penyakitLNH ditandai dengan adanya benjolan (100%), demam (80%), penurunan berat badan (80%),lemas (80%), anemia (72%), dan keluhan organ (52%). Diffuse Large B-Cell Lymphoma(DLBCL) merupakan gambaran histopatologi tersering di RSUP Sanglah Denpasar denganpersentase 68%. Hasil skor IPI diantaranya empat pasien (16%) kategori low risk, dua pasien (8%)kategori low-intermediate risk, dua pasien (8%) kategori high-intermediate risk, dan 17 pasien(68%) kategori high risk. Sebagian besar kasus LNH di RSUP Sanglah Denpasar memilikiprognosis yang buruk, sehingga memiliki tingkat harapan hidup sebesar 34% dalam dua tahundan 26% dalam lima tahun.Kata kunci: Tingkat harapan hidup, Limfoma Non-Hodgkin, Skor IPI
Faktor prognostik pasien Chronic Myeloid Leukemia (CML) yang menggunakan terapi Tyrosine Kinase Inhibitor (TKI) berdasarkan skoring Sokal dan Hasford: sebuah tinjauan sistematik Roderick Wilson Tendean; Ni Made Renny Anggreni Rena; Tjokorda Gde Dharmayuda
Intisari Sains Medis Vol. 12 No. 1 (2021): (Available online : 1 April 2021)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (965.635 KB) | DOI: 10.15562/ism.v12i1.926

Abstract

Background: Tyrosine Kinase Inhibitor (TKI) therapy is known to improve overall survival in Chronic Myeloid Leukemia (CML) patients. This research aims to assess the overall survival rate in CML patients using TKI therapy.Methods: This systematic review is done due to PRISMA statement guidelines. The search was conducted in Pubmed, PubMed Center, and Taylod and Francis database from 2015 to 2018 with inclusion criteria age>18 years, intervention TKI therapy, Sokal and Hasford score, overall survival outcome. The title and abstract of these articles were reviewed for relevance, based on inclusion criteria. This systematic review uses STROBE to evaluate the individual study's quality, which consists of 22 domains.Results: In the final stage, this systematic review identifies two articles. Overall, the quality of these two articles based on the STROBE checklist is not good. Both articles said that CML patients given TKI therapy with smaller Sokal and Hasford scores would have a higher overall survival rate.Conclusion: Overall, this systematic review obtained evidence of the high rate of overall survival in CML patients given TKI therapy. One study said that patients with lower Sokal and Hasford scores would have a higher overall survival rate. However, a study related to this is still limited and further research is needed, including larger populations, the evaluation of the mortality rate, and the comparison prognostic factor among TKI therapy. Latar Belakang: Terapi Tyrosine Kinase Inhibitor (TKI) diketahui dapat meningkatkan overall survival pada pasien Chronic Myeloid Leukemia (CML). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai tingkat overall survival pada pasien CML yang menggunakan terapi TKI.Metode: Penulisan tinjauan sistematik ini dilakukan berdasarkan pedoman PRISMA. Pencarian artikel dilakukan pada database Pubmed, PubMed Centre, Taylor and Francis dari tahun 2015 sampai 2018 dengan kriteria inklusi umur >18 tahun, intervensi terapi TKI, skoring Sokal dan Hasford, outcome overall survival. Judul dan abstrak ditinjau berdasarkan relevansi penelitian. Penilaian kualitas studi dilakukan berdasarkan checklist STROBE yang terdiri dari 22 domain.Hasil: Pada tahap akhir didapatkan studi sebanyak 2 artikel. Secara umum kualitas studi kedua artikel berdasarkan checklist STROBE kurang baik. Kedua studi mendukung bahwa pasien CML yang diberikan terapi TKI dengan skor Sokal maupun Hasford yang semakin kecil akan memiliki tingkat overall survival yang semakin tinggi.Kesimpulan: Secara umum tinjauan sistematik ini memperoleh bukti mengenai tingginya overall survival pasien CML yang diberikan terapi TKI. Sebagian studi mendukung bahwa pasien dengan skor Sokal dan Hasford yang semakin rendah akan menyebabkan tingginya overall survival. Namun, studi mengenai hal terkait masih terbatas dan dibutuhkan penelitian lebih lanjut yang menyertakan populasi dalam jumlah yang lebih besar, mengevaluasi tingkat mortalitas, dan perbandingan faktor prognostik antar terapi TKI.