Jati Listiyanto Pujo
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro/ RSUP Dr. Kariadi Semarang

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengaruh Profilaksis Trombosis Vena Dalam dengan Heparin Subkutan dan Intravena terhadap aPTT dan Jumlah Trombosit pada Pasien Kritis di ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang Satrio Adi Wicaksono; Jati Listiyanto Pujo; Ery Leksana
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 4, No 3 (2012): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (646.169 KB) | DOI: 10.14710/jai.v4i3.6423

Abstract

Latar belakang: Heparin telah digunakan sebagai terapi maupun sebagai profilaksis primer TVD, walaupun keamanan heparin khususnya pada pasien kritis yang memiliki risiko tinggi perdarahan masih merupakan subyek perdebatan. Belum ada studi prospektif komparatif yang tegas menunjukkan efektivitas dan keamanan pemberian heparin subkutan sebagai profilaksis TVD pada pasien kritis di ICU.Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian heparin subkutan dibandingkan intravena sebagai profilaksis TVD terhadap nilai aPTT dan jumlah trombosit pada pasien kritis di ICU.Metode: Uji klinik dilakukan pada 30 pasien selama 3 hari dengan pemberian heparin subkutan 5000 IU b.i.d sebagai kelompok SK (n=15) dan heparin 500 IU/jam intravena sebagai kelompok IV (n=15) kemudian dibandingkan beberapa parameter koagulasi (D- dimer, aPTT dan trombosit) pada pasien kritis di ICU.Hasil: Setelah 3 hari diberikan profilaksis TVD didapatkan hasil yang bermakna penurunan kadar D-dimer pada kedua kelompok, kelompok SK 959.73(1127.539) (p=0.05) dan kelompok IV 1621.33(1041.654) (p=0.00). Tetapi didapatkan hasil yang tidak bermakna pada perubahan nilai aPTT, kelompok SK 0.032(0.5284) (p=0.815) dan kelompok IV 0.068(0.5718) (p=0.652). Perubahan jumlah trombosit didapatkan hasil tidak bermakna pada kelompok SK 413.3(51489.76) (p=0.815) sedangkan pada kelompok IV didapatkan perubahan yang bermakna dalam penurunan jumlah trombosit 30186.6(53488.86) (p=0.046).Simpulan: Pemberian heparin subkutan 5000 IU b.i.d dan heparin 500 IU/jam intravena sebagai profilaksis TVD secara bermakna dapat menurunkan kadar D-dimer. Tetapi didapatkan hasil yang tidak bermakna pada perubahan nilai aPTT dan perubahan yang bermakna pada kelompok heparin IV dalam penurunan jumlah trombosit
Validitas Skor Apache II, MSofa, dan SAPS 3 Terhadap Mortalitas Pasien Non Bedah di Perawatan Intensif Dewasa RSUP dr Kariadi Semarang Nur Hajriya Brahmi; Danu Soesilowati; Jati Listiyanto Pujo
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 8, No 3 (2016): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (431.031 KB) | DOI: 10.14710/jai.v8i3.19815

Abstract

Latar Belakang : Terdapat berbagai model sistem severity of illness, digunakan untuk memprediksi mortalitas, keefektifitasan dan lama rawat di perawatan intensif, memprediksi jumlah perawat yang secara efektif dapat menangani pasien, banyaknya pasien yang dirawat dirumah sakit, penghitungan beban biaya kesehatan, dan salah satu komponen evaluasi performance ICU. Diperlukan penilaian validitas antara sistem severity of illness sehingga dapat diterapkan secara maksimal di perawatan intensif.Tujuan : Membandingkan validitas sistem skoring APACHE II, MSOFA, dan SAPS3 terhadap mortalitas pasien ICU non bedah di RSUP dr. Kariadi Semarang.Metode : Penelitian ini adalah uji diagnostik dengan desain kohort retrospektif. Sampel sebanyak 135 sampel dipilih berdasarkan simple random sampling, yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Missing value yakni bilirubin dinilai dan dipertimbangkan dalam interpretasi data. Validitas diperoleh dengan melakukan kalibrasi dan diskriminasi dari hasil penelitian kemudian dibandingkan antara hasil yang didapat.Normalitas data menggunakan uji kolmogorov smirnoff, sementara homogenitas menggunakan uji Levenne. Sampel dikalibrasi denganuji Hosmer Lameshow goodness of fit C, dan area under the receiver operating curve. Penilaian diskriminasi dilakukan dengan uji diagnostik dengan membuat tabel 2x2 dengan komponen pasien outcome, dengan model parsimoni dari tiap-tiap model skoring.Hasil : Kurva ROC memberikan nilai auROC untuk skoring APACHE II, MSOFA, dan SAPS 3 dengan hasil 0,7981, 0,7620, 0,785. Dari hasil tersebut, ketiga penilaian.Kesimpulan : Sistem skoring APACHE II, MSOFA dan SAPS 3 cukup baik untuk digunakan sebagai prediktor mortalitas, dengan APACHE II lebih valid dibandingkan  MSOFA dan SAPS 3.
Perbedaan Jumlah Bakteri Trakhea pada Tindakan Oral Hygiene Menggunakan Chlorhexidine dan Povidone Iodine pada Penderita dengan Ventilator Mekanik Fitri Hapsari Dewi; Jati Listiyanto Pujo; Ery Leksana
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 4, No 2 (2012): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (900.098 KB) | DOI: 10.14710/jai.v4i2.6431

Abstract

Latar belakang: Pneumonia merupakan infeksi nosokomial yang sering terjadi. Pneumo-nia dapat disebabkan karena kolonisasi bakteri di trakhea karena aspirasi bakteri salu-ran nafas atas. Tindakan oral hygiene pada saluran nafas atas dapat menurunkan jumlah bakteri.Tujuan: Untuk mengetahui adanya perbedaan penurunan jumlah bakteri trakhea pada tindakan oral hygiene dengan chlorhexidine 0,2% dan povidone iodine 1% pada penderita dengan ventilator mekanik.Metode: Merupakan penelitian randomized clinical control trial pada 30 penderita den-gan ventilator mekanik. Penderita dibagi menjadi 2 kelompok (n=15), kelompok 1 meng-gunakan chlorhexidine 0,2% dan kelompok 2 menggunakan povidone iodine 1%. Masing -masing kelompok diberikan oral hygiene tiap 12 jam selama 48 jam. Tiap kelompok diambil sekret dari trakhea sebelum dan setelah perlakuan, untuk kemudian dilakukan pemeriksaan hitung jumlah dan jenis bakteri. Uji statistik menggunakan Wilcoxon dan Mann-Whitney test ( dengan derajat kemaknaan < 0,05 ).Hasil: Pada penelitian ini didapatkan penurunan jumlah bakteri trakhea pada kelompok chlorhexidine sebesar 78,99±69,105 ( berbeda bermakna p=0,04 ) lebih banyak bila dibandingkan pada kelompok povidone iodine 24,91±104,764 ( berbeda tidak bermakna p=0,75). Sedangkan pada uji selisih komparatif dua kelompok didapatkan hasil berbeda tidak bermakna ( p=0.144 ).Simpulan: Penurunan jumlah bakteri trakhea pada tindakan oral hygiene dengan chlor-hexidine 0,2% tidak berbeda bermakna dengan povidone iodine 1%