Latar belakang: Terdapat penyulit pada manajemen anestesi untuk koreksi skoliosis thorakalis pada pasien chiari malformasi post dekompresi foramen magnum karena terdapat permasalahan periopoeratif kompleks yang menyertainya.Kasus: Digunakan tindakan anestesi untuk koreksi skoliosis pada pasien dengan Chiari Malformasi post dekompresi foramen magnum dengan keterbatasan mobilisasi leher. Pada pemeriksaan rontgen didapatkan semirigid sublaminer instrumentasi pada leher. pada MSCT terlihat skoliosis thorakalis dengan pusat kelengkungan pada Thorakal 9 dengan Cobb’s Angle 60º. Pemeriksaan kardiovaskular, respirasi dan neurologis dalam batas normal.Derajat kelengkunan skoliosis pada pasien ini masih dibawah 70º sehingga tidak menekan jantung dan paru, tetapi terdapat penyulit untuk melakukan intubasi, hal ini bisa diatasi dengan memakai alat fiberoptik dalam kondisi sleep non apneu menggunakan fentanyl 50mcg dan propofol 50 mg dilanjutkan dengan balance anestesia menggunakan propofol kontinyu, N2O, O2, vecuronium dan fentanyl intermittnent serta tekhnik hipotensi kendali.Pasca anestesi pasien mendapat analgesi dengan 2 kateter epidural dengan ujung kateter setinggi Thorakal 3 dan ujing kateter lainnya setinggi Thorakal 12. Masing-masing memakai 0,5mg morfin dan bupivacaine 0,1%. Pasien dievaluasi 2 hari di ICU, tidak ada defek neurologis dan bebas nyeri kemudian di pindah ke ruang perawatan.Ringkasan: Manajemen anestesi pada operasi Koreksi skoliosis thorakalis menjadi suatu hal yang sangat penting karena begitu kompleksnya permasalahan perioperatif yang menyertainya. Fungsi kardiovaskular dan respirasi adalah yang paling mungkin terganggu sehingga perlu mendapat perhatian khusus. Penilaian terhadap derajat keparahan dari skoliosisnya dapat memberikan suatu nilai prediksi terhadap permasalahan yang mungkin terjadi perioperatif. Pasien dengan gangguan pada mobilitas dari leher dapat menjadi penyulit saat melakukan laringoskopi-intubasi. Post operasi jika fungsi kardiovaskular dan respirasi baik, pertimbangan ekstubasi dapat menjadi pilihan. Analgetik post operasi harus adekuat untuk menangani nyeri karena nyeri dapat dapat menimbulkan instabilitas kardiovaskular dan respirasi yang menjadi penyulit paska operasi.