Churun Ain
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Departemen Sumberdaya Akuatik, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

EFEKTIVITAS MIKROORGANISME SEBAGAI BAHAN BIOREMIDIASI PADA LIMBAH PENCUCIAN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) (SKALA LABORATORIUM) Microorganism Effectiviness as Bioreidiation of Tongkol (Auxis thazard) Wahery Waste (Laboratory Scale) Rafiq Fitriadi; Haeruddin Haeruddin; Churun Ain
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 12, No 1 (2016): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.745 KB) | DOI: 10.14710/ijfst.12.1.52-59

Abstract

 Limbah pencucian ikan dari pasar ikan dan industri pengolahan ikan tradisional biasanya langsung dibuang di saluran pembuangan tanpa adanya pengolahan limbah terlebih dahulu. Dampak pencemaran ini dapat menurunkan kualitas perairan sehingga menganggu kelangsungan hidup biota perairan dan masyarakat sekitar karena proses degradasi dari limbah. Oleh karena itu dibutuhkan teknik yang aman, efektif, dan ekonomis salah satunya dengan mikroorganisme sebagai bioremidiator. Penelitian ini menggunakan produk mikroorganisme pengolah limbah sebagai bahan bioremidiasi dengan komposisi mikroorganisme (Rhodopseudomonas sp., Lactobacillus sp., Aspergillus sp., Penicilium sp., Sacharomyces sp., dan Actinomycets sp.) untuk mereduksi bahan pencemar dan limbah pencucian ikan tongkol sebagai air sampel. Penelitian ini mengukur konsentrasi amoniak (NH3), nitrit (NO2) dan asam sulfida (H2S) sebagai parameter utama dan DO, pH, temperatur, dan bau air sebagai parameter pendukung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan mikroorganisme dalam upaya mengurangi bahan pencemar limbah pencucian ikan dari konsentrasi amoniak, nitrit dan asam sulfida. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan penambahan mikroorganisme 6 perlakuan termasuk kontrol (K= Kontrol, A= 0,01 ml , B = 0,1 ml ,C= 1 ml, D =10 ml dan E= 100 ml)  menggunakan mikroorganisme yang tidak difermentasi selama 96 jam, terdiri dari 3 ulangan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi amoniak, nitrit, dan asam sulfida pada perlakuan A, B, C, D, dan E lebih rendah dibandingkan dengan kontrol, hal ini menunjukkan bahwa mikroorganisme dapat menurunkan limbah pencucian ikan tongkol. Nilai efektivitas paling tinggi yaitu perlakuan E sebagai bioremidiasi limbah pencucian ikan dengan persentase amoniak 59,88 %, nitrit 64,60 % dan asam sulfida 19,19%.  Fish washery waste from the fish market and the traditional fish processing industry actually disposed in the sewer without waste treatment. The impact this poluttion can degrade the quality of water that disrupts the survival of aquatic biota and local resident because the degradation process of waste. Therefore we need a technique that is safe, effective, and economical one of them with the bacteria as bioremidiator. This study using microorganism as bioremidiator the composition of microorganisms (Rhodopseudomonas sp., Lactobacillus sp., Aspergillus sp., Penicillium sp., Sacharomyces sp., and Actinomycets sp.) and Tongkol washery waste as sample. This study measured the concentration of ammonia (NH3), nitrite (NO2) and hydrogen sulfide (H2S) as the main parameter and DO, pH, temperature, and the smell of the water as a secondary parameter. This study aims to determine the effectiveness of the use of microorganism in an effort to reduce pollutants fish washing waste the concentration of ammonia, nitrite and hydrogen sulfide.This study uses a completely randomized design (CRD  with addition of microorganisms 6 treatments included control (K = control, A = 0.01 ml, B = 0.1, C = 1 ml, D = 10 ml and E = 100 ml). The results obtained from this study showed that the concentrations of ammonia, nitrite, and hydrogen sulfide on treatment A, B, C, D, and E is lower than in the controls, suggesting that microorganism can reduce tongkol washery wash. The highest value of the effectiveness is treatment E as bioremediation of fish washery waste with percentage of ammonia 59.88%, 64.60% nitrite and 19.19% hydrogen sulfide. 
KONSENTRASI NITRAT DAN ORTOFOSFAT DI MUARA SUNGAI BANJIR KANAL BARAT DAN KAITANNYA DENGAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON Harmful Alga Blooms (HABs) Concentration of Nitrate and Orthophosphate at Banjir Kanal Barat Estuary and their Relationship with the Abundance of Harmful Algae Blooms Anggita Wahyuningtyas Tungka; Haeruddin Haeruddin; Churun Ain
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 12, No 1 (2016): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.194 KB) | DOI: 10.14710/ijfst.12.1.40-46

Abstract

 Perkembangan industri dan aktivitas rumah tangga di sepanjang aliran Sungai Banjir Kanal Barat Semarang diduga memberikan pengaruh terhadap kualitas perairan berupa buangan limbah yang mengandung nutrien (nitrat dan ortofosfat). Kedua nutrien tersebut dalam konsentrasi yang tinggi dapat mengakibatkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) dan memicu ledakan populasi fitoplankton (blooming fitoplankton). Kondisi blooming ini diperburuk dengan adanya beberapa spesies fitoplankton yang mengandung racun dalam tubuhnya yang dikenal sebagai Harmful Alga Blooms (HABs). Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2015 – Januari 2016 di Muara Sungai Banjir Kanal Barat, dengan tujuan untuk mengetahui konsentrasi nutrien (nitrat dan ortofosfat), jenis dan kelimpahan fitoplankton HABs, serta hubungan dan pengaruh antara konsentrasi nutrien (nitrat dan ortofosfat) terhadap kelimpahan fitoplankton HABs. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi nitrat di lokasi penelitian berada dalam kisaran 0,6-2,2 mg/l, sedangkan konsentrasi ortofosfat dalam kisaran 0,04-1,3 mg/l. Fitoplankton HABs yang teridentifikasi berjumlah 5 genera diantaranya Trichodesmium sp., Ceratium sp., Noctiluca sp., Pseudonitzschia sp. dan Gonyaulax sp.. Persentase fitoplankton HABs dari total kelimpahan fitoplankton yang teridentifikasi sebesar 40,89% di stasiun I, 20,10% di stasiun II dan 11,49% di stasiun III. Berdasarkan analisis regresi berganda, sebesar 44,2% nutrien nitrat dan ortofosfat mempengaruhi kelimpahan fitoplankton HABs dengan persentase pengaruh nitrat dan ortofosfat masing-masing sebesar 36,6% dan 7,6%.  Industrial and households activity along Banjir Kanal Barat river flow in Semarang allegedly give an impact to the water quality which form the sewage contain nutrients (nitrate and orthophosphate). Both of the nutrients, in high concentration can cause nutrient enrichment (eutrophication) and trigger phytoplankton overpopulation (phytoplankton bloom). Blooming in this condition can be worse because of several toxic phytoplankton, this phenomenon known as Harmful Alga Blooms (HABs). The research was conducted on December 2015 – January 2016 at Banjir Kanal Barat estuary which aimed to knowing the nutrient concentration (nitrate and orthophosphate), find out the abundance of HABs phytoplankton, analyzing the relation of nutrients (nitrate and orthophosphate), and relation between chemical-physics water parameters and the abundance of HABs phytoplankton. The method of this research was used survey by purposive sampling technique. The results of the research showed that nitrate concentrations were in the range of 0.6 to 2.2 mg/l, while orthophosphate concentrations were of 0.04 to 1,3 mg/l. There were 5 generas identified as Phytoplanktons HABs, including Trichodesmium sp., Ceratium sp., Noctiluca sp., Pseudonitzschia sp. and Gonyaulax sp. The phytoplankton HABs percentage from the total abundance of identified phytoplankton was diferent within sampling stations that was 40,89% at the station I, 20,10% at the station II and 11,49% at the station III. Both nitrate and ortophosphate concentration may affected HABs phytoplankton 44,2%  (corelatoin analysis), with the influence of nitrate and orthophosphate were 36,6% and 7,6%. 
PEMANFAATAN MAKROZOOBENTOS SEBAGAI BIOINDIKATOR PENCEMARAN LOGAM Pb DAN Cd DI PERAIRAN TELUK SEMARANG Irzzan Gaus; Haeruddin Haeruddin; Churun Ain
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 7, No 1 (2018): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (742.345 KB) | DOI: 10.14710/marj.v7i1.22520

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pencemaran Pb dan Cd yang terjadi di perairan Teluk Semarang. Penelitian dilakukan di 2 (dua) stasiun penelitian berbeda yaitu perairan Tambak Lorok (stasiun I) dan perairan Mangunhardjo (stasiun II). Analisa kandungan logam berat pada sedimen dilakukan dengan menggunakan AAS. Perhitungan kandungan bahan organik dilakukan dengan metode Gravimetri. Perhitungan kandungan karbon organik dilakukan dengan mengonversi dari kandungan bahan organik. Karbon merupakan unsur yang dapat mengikat unsur-unsur lain di perairan. Proses identifikasi makrozoobentos dilakukan dengan metode check list. Rata-rata konsentrasi logam berat Pb dan Cd yang didapatkan di stasiun I sebesar 15,709 mg/kg dan <0,004 mg/kg, sedangkan rata-rata konsentrasi logam berat Pb dan Cd di stasiun II sebesar 12,283 mg/kg dan <0,004 mg/kg. Famili makrozoobentos tertinggi yang didapatkan pada kedua stasiun adalah famili Archidae dan Nereidae. Analisa makrozoobentos menghasilkan nilai keanekaragaman pada stasiun I sebesar 1.3008 dan pada stasiun II sebesar 1.00424; nilai keseragaman pada stasiun I sebesar 0.80823 dan pada stasiun II sebesar 0.9141; dan nilai dominasi pada stasiun I sebesar 0.32426 dan pada stasiun II 0.38776. Nilai korelasi antara logam berat dengan karbon organik sebesar 0,632, logam berat dengan kelimpahan makrozoobentos sebesar 0,591, dan karbon organik dengan kelimpahan makrozoobentos sebesar 0,496. Nilai korelasi tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan yang cukup kuat antar ketiga variabel tersebut. Nilai keseragaman makrozoobentos mendekati 1 yang menunjukkan spesies cukup beragam dan tidak terjadi dominasi di kedua stasiun. Nilai keanekaragaman makrozoobentos pada kedua stasiun berada pada nilai 1>a< 3 yang menunjukkan bahwa terjadi pencemaran sedang pada kedua perairan tersebut. This research supposed to know the level of Pb and Cd pollution that occurred in Semarang Bay waters. The research was conducted in 2 (two) different research stations that were in Tambak Lorok (station I) and Mangunhardjo (station II) waters. Analysis of heavy metals in organic contents used AAS. Calculated the organic matter contents used Gravimetri method. Calculated the organic carbon with covertion from organic matter contents. Carbon is an element that can bind other elements in the water. Macrozoobenthos identify processed used check list method. The average concentration of heavy metal of Pb and Cd from station I 15,709 mg/kg and <0,004 mg/kg, and average of heavy metal concentration of Pb and Cd from station II 12,283 mg/kg and <0,004 mg/kg. Macrozoobentos analysis resulted value of diversity in station I was 1.3008 and in station II was 1.00424; uniformity value in station I was 0.80823 and value from station II was 0.9141;  and dominance value from ststion I was 0.32436 and value of dominance from station II was 0.38776. Correlation value between heavy metal and organic carbon is 0,632, heavy metal and macrozoobenthos abundance is 0,591, and organic carbon and macrozoobenthos abundance is 0,496. Those correlation value indicated that there is a relation between the three variables. Uniformity value approached to one (1) that means existence of species good enough diverse and that mean there was no domination in those two (2) stations, and macrozoobenthos diversity’s value in the two (2) stations was 1> a <3 that mean there was indicated moderate pollution in both of research station.