Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KAJIAN APLIKASI PANTULAN SINYAL GNSS UNTUK PEMANTAUAN KETINGGIAN PERMUKAAN AIR LAUT Buldan Muslim; Charisma Juni Kumalasari; Novie Chiuman; Muhammad Ichsan Fadhil Arafah
Komunikasi Fisika Indonesia Vol 16, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.198 KB) | DOI: 10.31258/jkfi.16.2.138-142

Abstract

Design and experiment of ocean current power generation system have been carried out using the Bach In Indonesia, the tsunami early warning system only applies the earthquake and hydrosphere relationship model to predict tsunamis. To date, no tsunami detector has used radar or GNSS technology. GNSS technology can be applied as an early warning system for tsunamis, provided that tsunamis are caused by earthquakes greater than 7 magnitudes, occur 70 kilometers below sea level, and are caused by normal faults. This could be an alternative to Bouy GNSS which is expensive to install and maintain, especially for countries with vast oceans such as Indonesia. In this paper, a review of the application of GNSS signal reflection was carried out using one International GNSS Service (IGS) station, JOG2, and one Continuously Operating Reference Station (CORS), CLSA, each located in Java and Sumatra to investigate the availability of sea level monitoring in Indonesia. Determination of sea level is obtained from two methods, the GNSS signal phase data analysis method and the GNSS Signal-to-Noise Ratio (SNR) data analysis method. Both methods use reflected GNSS signals or multipath effects to obtain sea level. The results of the study show that the number of satellites that pass through Indonesia every 15 minutes is enough to get sea-level data  every 15 minutes to one hour. This shows that it is possible to apply the multipath effect to obtain sea level information in Indonesia to detect tides and tsunamis as part of the tsunami early warning system in Indonesia.
HISTERESIS IONOSFER SELAMA SIKLUS MATAHARI KE 23 DARI GLOBAL IONOSPHERIC MAP [IONOSPHERIC HYSTERESIS DURING SOLAR CYCLE 23 FROM GLOBAL IONOSPHERIC MAP] Buldan Muslim
Jurnal Sains Dirgantara Vol 11, No 1 (2013)
Publisher : Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1318.831 KB)

Abstract

Model-model yang digunakan untuk prediksi ionosfer jangka panjang belum mempertimbangkan efek histeresis ionosfer. Beberapa hasil penelitian pengaruh histeresis ionosfer pada pemodelan ionosfer jangka panjang memberikan kesimpulan yang kontradiktif. Data Total Electron Content (TEC) yang diperoleh dari Global Ionosphere Maps (GIM) telah digunakan untuk penelitian variabilitas spasial dan diurnal histeresis ionosfer selama siklus matahari 23. Besar histeresis diestimasi sebagai perbedaan antara rata-rata TEC selama fase turun dengan rata-rata TEC selama fase naik dari siklus matahari. Histeresis ionosfer memiliki variabilitas spasial yang mirip dengan variabilitas anomali ionisasi ionosfer ekuator, dimana nilai terbesarnya terjadi di daerah puncak anomali ionisasi ionosfer ekuator, dan ada ketidaksimetrissan arah lintang dan bujur. Histeresis ionosfer ekuator dan lintang rendah memiliki pola kejadian yang sistematis baik secara spasial maupun temporal sehingga memungkinkan untuk memasukkan efek histeresis dalam model ionosfer jangka panjang. Histeresis ionosfer di daerah lintang rendah bisa menyebabkan kesalahan dari model linier ionosfer sampai 49 %. Oleh karena itu dalam pemodelan ionosfer lintang rendah hendaknya mempertimbangkan efek histeresis dengan menggunakan formulasi yang berbeda untuk fase naik dan fase turun dari siklus matahari.Kata kunci: Ionosfer, Aktivitas matahari, Histeresis
SELEKSI PARAMETER MASUKAN MODEL TEC IONOSFER DI DAERAH LINTANG RENDAH [INPUT PARAMATERS SELECTION OF IONOSPHERIC TEC MODEL AT LOW LATITUDE REGION] Buldan Muslim
Jurnal Sains Dirgantara Vol 10, No 2 (2013)
Publisher : Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (668.183 KB)

Abstract

Dalam pemodelan Total Electron Content (TEC) ionosfer, pemilihan parameter masukan dapat meningkatkan efektivitas penerapannya pada prediksi ionosfer. Beberapa parameter masukan untuk model ionosfer antara lain adalah fluks radio matahari pada gelombang 10,7 cm (F10.7) indeks aktivitas geomagnetik dari pengamatan di daerah lintang tengah yaitu indeks Ap dan indeks aktivitas geomagnet dari pengamatan di daerah ekuator yaitu indeks Dst. Data TEC dari Global Ionospheric Map (GIM) pada bulan Januari, mulai 1999 sampai 2010 telah digunakan untuk pembelajaran dan pengujian model Jaringan Syaraf Tiruan Regresi Umum (JSTRU) di daerah lintang rendah. Pemilihan parameter masukan untuk model TEC dilakukan dengan cara mengoptimasi konfigurasi masukan yang dapat menghasilkan model dengan kesalahan terkecil. Model TEC JSTRU dibuat dengan empat konfigurasi masukan: 1. F10.7, dan Universal Time (UT), 2. F10.7, Ap, dan UT, 3. F10.7, Dst, dan UT, 4. F10.7, Ap, Dst, dan UT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akurasi model TEC pada meridian 105 ºBT dengan parameter-parameter masukan yaitu F10.7, indeks geomagnet (Dst atau Ap), dan UT bervariasi terhadap lintang geomagnet. Konfigurasi parameter masukan yang menghasilkan model TEC bulanan paling akurat adalah konfigurasi ketiga yang menggunakan indeks Dst. Kata kunci: TEC, Model, Parameter masukan, Pemilihan, Jaringan syaraf tiruan, Regresi umum, Korelasi