Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

KOSAKATA AKADEMIK PADA BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK TINGKAT SD, SMP DAN SMA M.Oky Fardian Gafari
BAHAS Vol 27, No 1 (2016): BAHAS
Publisher : BAHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bhs.v27i1.5677

Abstract

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan langkah menyiapkan kosakata akademik berdasarkan sampel teks yang digunakan pada masing-masing jenjang pendidikan SD, SMP, SMU, menentukan kosakata akademik yang berfrekuensi tinggi untuk jenjang SD,SMP,SMA, menentukan perbedaan pemakaian kosakata akademik diantara jenjang pendidikan SD, SMP, SMA, menentukan profil kosakata akademik dalam sampel buku teks, menentukan perbedaan dan persamaan buku ajar pada masing-masing jenjang pendidikan yang menggunakan kosakata akademik. Sumber data penelitian ini adalah  buku teks sekolah elektronik yang dikeluarkan oleh pusat perbukuan Depdiknas pada mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA,IPS dan PKN pada jenjang pendidikan SD,SMP dan SMA. Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah secara umum didapat gambaran bahwa frekuensi kemunculan kosakata akademik yang terbanyak pada buku IPS kelas IX SMP dengan jumlah 48579 kata, yang paling rendah terdapat pada buku matematika kelas X1 SMA dengan jumlah 4137 kata. Berdasarkan frekuensi kemunculan kelas kata, nomina menempati posisi jumlah kosakata akademik paling tinggi setiap jenjang pendidikan pada tiap buku teks pelajaran. Frekuensi kemunculan kosakata akademik kelas kata nomina jenjang SD paling tinggi terdapat pada buku IPA kelas 4 SD dengan jumlah 10733 kosakata. Frekuensi kemunculan kosakata akademik kelas nomina jenjang SMP paling tinggi terdapat pada buku IPS kelas 3 SMP dengan jumlah 33208 kosakata. Frekuensi kemunculan kosakata akademik kelas nomina jenjang SMA paling tinggi terdapat pada buku PKN jenjang SMA terbanyak terdapat pada buku kelas 1 SMA dengan jumlah frekuensi kemunculan kata 25389 kata. Peningkatan jumlah kosakata pada tiap kelas menurut jenjang pendidikan tidak konsisten, terdapat jumlah kosakata pada jenjang pendidikan lebih tinggi dengan frekuensi lebih rendah daripada jenjang pendidikan di bawahnya.   Keyword : Kosakata, Kosakata Akademik, Buku Teks
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERMAIN DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS IX TANJUNG BALAI TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 M.Oky Fardian Gafari
BAHAS Vol 26, No 4 (2015): BAHAS
Publisher : BAHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bhs.v26i4.5623

Abstract

Permasalahan dari penelitian ini adalah “Apakah dengan menggunakan Model Demonstrasi dapat meningkatkan keterampilan bermain drama Siswa dalam pada pelajaran Bahasa Indonesia Materi berbicara di kelas  IX SMP Negeri 1 Tanjung Balai tahun pembelajaran 2014/2015.Penelitian ini bertujuan untuk  Untuk Meningkatkan keterampilan bermain drama Siswa Dengan Menggunakan model demonstrasi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di kelas  IX SMP Negeri 1 Tanjung Balai dengan jumlah 25 orang siswa. Penelitian menggunakan desain PTK dengan tindakan menggunakan  model demonstrasi. Data dikumpulkan dengan menggunakan observasi dan angket. Untuk mengetahui perubahan kreativitas belajar siswa data dianalisis dengan menggunakan persentase dan analisis kualitatif .   Hasil penelitian diperoleh nilai rata – rata kelas IX yang berjumlah 25 orang.  Setelah diberikan tindakan pada siklus I diperoleh nilai rata – rata menjadi 45,6  dengan tingkat kreativitas belajar sebanyak 5 orang (20%) mendapat nilai sangat rendah dan sebanyak 19 orang siswa (76%) mendapat nilai rendah dan sebanyak 1 orang siswa (4%) mendapat nilai tinggi. Pada siklus II nilai rata – rata siswa meningkat lagi menjadi 81,8 dengan tingkat kreativitas belajar belajar sebanyak 1 orang siswa (4%) mendapat nilai rendah, sebanyak 6 orang siswa (24%) mendapat nilai tinggi dan 18 orang siswa (72%) mendapat nilai sangat tinggi dan tidak ditemukan siswa yang memiliki nilai sangat rendah. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap kegiatan mengajar guru menggunakan model demonstrasi tergolong rendah dengan rata-rata yaitu 67,2 pada siklus II meningkat dengan nilai rata-rata 96,86. Sedangkan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I yaitu nilai rata-rata 46,0 dan siklus II meningkat dengan nilai rata-rata 72. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan dengan menggunakan model demonstrasi dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam bermain drama di Kelas kelas  IX SMP Negeri 1 Tanjung Balai tahun pembelajaran 2014/2015.   Kata Kunci: Keterampilan, Drama, Model, Demostrasi
KEKERASAN DALAM MEDIA MASSA TELEVISI M.Oky Fardian Gafari
BAHAS No 69TH XXXV (2008): BAHAS
Publisher : BAHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bhs.v0i69TH XXXV.2387

Abstract

Televisi merupakan sebuah sistem storytelling yang tersentralisasi. Karena mengatasi halangan histories keberaksaraan dan mobilitas, televisi menjadi sumber umum primer sosialisasi dan informasi sehari-hari dari populasi yang heterogen. Namun, berbeda dengan media lain, televisi menyediakan sebuah set pilihan terbatas untuk bermacam interes dan publik yang tidak terbatas. Garbner melakukan penelitian dampak televisi dengan menggunakan metode survey analisis, dimana populasi dan sample adalah penonton pria dan wanita yang dibedakan berdasar usia yaitu; dewasa, remaja, dan anak-anak. Juga diperoleh data bahwa rata-rata orang menonton TV di Amerika Serikat adalah 7 jam sehari. Maka muncul istilah heavy viewers (pecandu berat televisi)dan light viewers atau viewers(penonton biasa) . Media Violence, atau kekerasan di media. Yang dimaksud adalah isi media yang mengandung unsur kekerasan. Bisa berupa unsur kekerasan yang terdapat dalam film, televisi, berita. dll. Pada level individu, yang diteliti adalah terpaan isi media yang mengandung kekerasan pada individu. Kata Kunci : media, kekerasan, televisi  
NILAI BUDAYA DALAM TOPONIMI KAMPUNG DI KECAMATAN ONAN RUNGGU KABUPATEN SAMOSIR M.Oky Fardian Gafari; Nanda Gultom; Irwandy Irwandy
Basastra Vol 7, No 4 (2018): Basastra: Jurnal Kajian Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bss.v7i4.32440

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi nilai-nilai budaya yang terdapat dalam toponimi nama kampung di kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kualitatif deskriptif. Data dan sumber data dalam penelitian ini  diperoleh dengan melakukan wawancara kepada masyarakat Onan Runggu Kabupaten Samosir. Penelitian ini menggunakan pendekatan antropolinguistik yang menghubungkan kajian bahasa dan budaya. Dalam menjelaskan nilai budaya dalam toponimi kampung di kecamatan Onan Runggu peneliti menggunakan teori nilai-nilai budaya. Hasil dari penelitian ini yaitu nilai budaya yang terdapat pada toponimi Kampung di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir yaitu nilai kedamaian seperti, kerukunan dan penyelesaian konflik, komitmen, pikiran positif, kesopansantunan, kejujuran, kesetiakawanan sosial dan rasa syukur. Nilai budaya kesejahteraan terdapat nilai budaya kerja keras, peduli lingkungan, pelestarian dan kreativitas budaya, disiplin, gotong royong dan pengelolaan gender.Kata Kunci: Toponimi, Nilai budaya, Antropolinguistik
Penerapan Pragmatik: Analisis Kebiasaan Tindak Tutur dan Kesantunan Berbahasa dalam Komunitas Mahasiswa Universitas Negeri Medan Adelia Rahma Dani; Annisa Pohan; Dinda Barqah Sulistiorini; Syahbrina Virgi Darmawan; Afza Rifa Yusda; M.Oky Fardian Gafari
Sintaksis : Publikasi Para ahli Bahasa dan Sastra Inggris Vol. 3 No. 5 (2025): Sintaksis : Publikasi Para ahli Bahasa dan Sastra Inggris
Publisher : Asosiasi Periset Bahasa Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61132/sintaksis.v3i5.2304

Abstract

This research analyzes the speech acts used by the student community at Universitas Negeri Medan in both academic and social interactions. Speech acts are the smallest components in communication that determine the meaning or intention of an utterance as conveyed by the speaker in accordance with a specific context or condition. The communication context consists of social contexts, which refer to the relationship between the speaker and the interlocutor. The purpose of this study is to identify the forms, principles, implicatures, deixis, and how various communication contexts influence the choice of speech acts and linguistic politeness. The methodology employed in this study combines methodological and theoretical approaches. The methodological approach is descriptive qualitative, while the theoretical approach applies pragmatic perspectives supported by literature review. The research methods include observation, interviews, audio recordings, transcription, and literature study by analyzing relevant sources. The findings reveal that in social interactions, students more frequently employ expressive and commissive speech acts to build and express emotions. Factors influencing this include situational context, the impact of media and technology, relationships with interlocutors, and cultural background. The study concludes that understanding speech acts is crucial for improving communication effectiveness among students in both academic and social settings. The implications of this research can be applied to the development of better communication strategies in educational environments and to enhance students’ awareness of polite and contextually appropriate language use.