Adang Muhammad Gugun
Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Hiperhomosisteinemia dan Faktor Risiko Kelainan Vaskuler Adang Muhammad Gugun
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 8, No 2 (2008)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v8i2.1477

Abstract

Homocysteine is a sulfhydryl-containing amino acid derived from the essential amino acid methionine, which is abundant in animal sources of protein. Raised plasma homocysteine (tHcY) concentrations are caused by genetic mutations, vitamin dificiencies, renal and ather diseases, numerous drugs and increasing age. Raised tHcY concentrations are associated with laboratory evidence of atherothrombotic. In experimental studies, homocysteine causes oxidative stress, damages endothelium, and enhances thrombogenicity. Epidemiological studies have shown that too much homocysteine in the blood (plasma) is related to a higher risk of coronary heart disease, stroke and peripheral vascular disease. Supplementation of folic acid with vitamin B6 and Bn combination can be lowering homocysteine. There is currently insufficient evidence to recommend routine screening and treatment of high tHcy concentrations with folic acid and other vitamins to prevent atherothrombotic vascular disease. There is the discordance between the epidemiology of homocysteine and the results of the clinical trials.Homosistein adalah asam amino sulfhydril, merupakan senyawa antara yang terbentuk dalam metabolisme asam amino esensial metionin, banyak berasal dari protein hewani. Peningkatan homosistein disebabkan oleh mutasi genetik, defisiensi vitamin, penyakit ginjal dan penyakit lain, obat-obatan dan peningkatan usia. Peningkatan kadar homosistein menyebabkan aterotrombosis. Homosistein menyebakan stress oksidatif, kerusakan endotel (disfungsi endotel) dan memacu trombosis. Studiepidemiologimemperlihatkan peningkatan homosistein plasma beihubungan dengan kejadian penyakit jantung koroner, stroke dan penyakit pembuluh darah perifer. Pemberian suplemen asam folat dengan kombinasi vitamin B6 danvitaminB12 menurunkan kadar homosistein. Buktiyang kuat untuk memberikan asam folat atau vitamin lainnya secara rutin maupun dalam terapi untuk pencegahan penyakit aterotrombosis belum didapatkan. Terdapat ketidaksesuaian antara studi epidemiologi dan clinical trial.
Respon Imun Selluler: Tinjauan Biomedik pada Pasien Tuberkulosis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Adang Muhammad Gugun; Sri Nabawiyati Nurul Makiyah
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 3, No 1 (2003)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v3i1.1539

Abstract

Tuberculosis (TB) is a disease which is still commonly found in developing countries including Indonesia, both in children and adults. The objective of this study was to reveal cellular immune response which include leukocyte count, defferential leukocyte count and erythrocyte sedimentation rate (ESR) in TB patients in PKU Muhammadiyah Hospital of Yogyakarta. Secondary data was taken from the medical records of lung TB patients whose age ranged from 6 months old until 82 years old. The patients were diagnosed as lung TB based on clinical, immunologic, radiologic and bacte- riologic examinations. ESR was examined using Westergen method and leu-cocyte count with Turk method, while defferential leucocyte count using manual method. The result of this study in leukocyte count showed leucopenia (4,28%), normo (71,4%), leukocytosis (24,2%o). The defferential leukocyte count showed neutrophilia (55,6%), limphocytosis (22,7%), normo (20,2%) and eosinophilia (1,26%). The ESR examination showed an increase in 80% cases. All the re¬sults described the first condition of TB patients who came to PKU Muhammadiyah Hospital studied from their medical records.Tuberkulosis (TB) masih merupakan penyakit yang banyak didapatkan di negara sedang berkembang termasuk di Indonesia, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan respon imun seluler yang meliputi jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit (HJL), dan kecepatan endap dsrah (KED pada penderita TB di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Subyek penelitian adalah pasien TB paru berusia 6 bulan sampai dengan 82 nhun dengan mengambil sampel data sekunder dari catatan medik penderita yang islah didiagnosis sebagai TB paru, baik secara klinis, imunologis, radiologis maupun bakteriologis. Penghitungan jumlah leukosit dengan metode Turk dan HJL dengan sara manual. KED dihitung dengan metode Westergen. Hasil penelitian menunjukkan leukopenia (4,28), normo (71,4%) dan leukositosis (24,2%), HJL menunjukkan neutrofilia (55,6%), limfositosis (22,7%), normo (20,2%) ian eosinofilia (1,26%). Hasil Penelitian menunjukkan peningkatan KED (80%). Hasil penelitian ini menguraikan kondisi awal pasien TB yang datang ke RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang dikaji dari buku rekam medis.
Profil Pemeriksaan Fragilitas Osmotik Eritrosit di RS. Dr. Sardjito Adang Muhammad Gugun; Usi Sukorini
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 4, No 2 (2004)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v4i2.1745

Abstract

Osmotic fragility test (OFT) is performed to differentiate anemia diagnose with erythrocyte physical changing. In thalassemia and hemolytic anemia, OFT probably gave variation results that can cause erroneous anemia etiology trac¬ing. Aims of this research are to describe the OFT profile and its comparison with peripheral blood morphology in thalassemia and hemolytic anemia.The method, this retrospective study was conducted in Dr. Sardjito hospital at January 2002 to June 2004. Chi-Square test was used to compare thalassemia and hemolytic anemia proportion in the OFT groups. OFT results from 61 sub¬jects were : increasing 17 (27,8%), increasing-decreasing 17 (27,8%), de¬creasing 15 (24,4%), and normal 12 (20%). There were significantly differ-ence proportions in thalassemia group between decreasing OFT to increasing and normal OFT (p-0,005 ; p=0,002), but no difference to increasing-de¬creasing group. In hemolytic anemia group, the difference proportion found significantly between increasing OFT to normal, increasing-decreasing and decreasing OFT (p=0,03; p-0,005; p=0,000, respectively). In increasing-de¬creasing OFT group, there was no difference in type anemia (p=0,32). Mor¬phologically, target cell was found in 81 % of thalassemia, and spherocyte in 70% of hemolytic anemia. In Dr. Sardjito Hospital, OFT gave variation profile and in Thalassemia and hemolytic anemia groups, morphology evaluation are needed to confirm OFT results.Latar Belakang: Pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit (FOE) ini dilaksanakan untuk membantu diagnosis banding beberapa jenis anemia dengan sifat fisik eritrosit berubah. Aplikasi klinis, Talasemia dan anemia hemolitik memberikan hasil bervariasi sehingga dapat menimbulkan kesalahan interpretasi dalam melacak jenis maupun etiologi anemia.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui variasi hasil FOE dan kesesuaian gambaran morfologi darah tepi pada talasemia dan anemia hemolitik. Penelitian retrospektif ini dilakukan menggunakan data rekam medik. Subyek adalah pasien yang diperiksa fragilitas osmotik eritrositnya di laboratorium Patologi Klinik RS. Dr. Sardjito antara Januari tahun 2002 sampai dengan Juni 2004. Uji Chi- square terhadap proporsi talasemia dan anemia hemolitik pada kelompok hasil FOE. Dari 61 subyek, variasi hasil FOE meliputi : peningkatan fragilitas 17 (27,8%), penurunan fragilitas 17 (24,4%), campuran peningkatan dan penurunan 15 (27,8%) dan normal 12 (20%). Terdapat perbedaan bermakna proporsi talasemia kelompok penurunun FOE terhadap kelompok peningkatan FOE (p=0,005) dan FOE normal (p= 0,002), namun tidak berbeda bermakna dengan hasil campuran penurunan dan peningkatan fragilitas (p= 0,26). Terdapat perbedaan bermakna proporsi ane¬mia hemolitik pada kelompok dengan peningkatan FOE terhadap kelompok normal FOE, campuran penurunan dan peningkatan FOE dan penurunan FOE (p =0,03; p= 0,005; p= 0,000). Tidak terdapat perbedaan bermakna proporsi jenis anemia pada hasil campuran penurunan dan peningkatan FOE (p= 0,32). Gambaran morfologi darah tepi pada kelompok talasemia, 81% memiliki sel target dan pada kelompok anemia hemolitik, 70% memiliki sel spherosit.Hasil FOE di RS Dr. Sardjito menunjukkan gambaran variasi, talasemia maupun anemia hemolitik membutuhkan konfirmasi morfologi darah tepi untuk meninjau kesesuaiannya.
Prevalensi Seropositif IgM/IgG Cytomegalovirus pada Populasi Wanita Pra-nikah dengan Riwayat Konsumsi Makan Lesehan Adang Muhammad Gugun
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 2 (2012)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v12i2.1024

Abstract

Infeksi Cytomegalovirus ( CMV) dapat menyebabkan abortus pada ibu hamil, pertumbuhan janin terhambat, cacat bawaan serta membawa permasalahan infertilitas. Transmisi CMV dapat terjadi melalui kontak langsung atau tidak langsung, kontak seksual, transfusi darah, transplantasi organ atau hal–hal yang berhubungan dengan riwayat kontak erat dengan sekret, saliva dan urin. Makan di warung lesehan semakin banyak diminati oleh orang dewasa muda. Pencucian alat makan yang kurang bersih bisa menularkan infeksi CMV. Oleh karena itu, hubungan antara riwayat konsumsi makan lesehan dengan prevalensi CMV pada wanita pra-nikah perlu diteliti. Desain penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, untuk mencari hubungan antara prevalensi seropositif IgM/IgG CMV pada wanita pra-nikah di Kabupaten Bantul dengan riwayat konsumsi makan lesehan. Subyek penelitian berjumlah 90, seluruh subyek mengisi kuesioner dan diambil serumnya kemudian dites ELISA untuk mengetahui keberadaan IgM/IgG anti CMV dalam serum. Data dianalisis dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 72 dari 90 subyek (80%) positif terinfeksi CMV. Empat puluh dua subyek penelitian yang memiliki faktor risiko riwayat konsumsi makan lesehan, didapatkan sebanyak 33 subyek (78.57%) positif terinfeksi CMV. Hasil uji chi-square menunjukkan p0.05; Risiko Prevalensi sebesar 0.967; (IK; 95% : 0.785-1.191). Disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara faktor risiko riwayat konsumsi makan lesehan terhadap prevalensi seropositif IgM/IgG CMV pada populasi wanita pra-nikah. Cytomegalovirus (CMV) infection can cause abortion in pregnant women, Intra Uterine Growth Retardation (IUGR), congenital defects and bring the issue of infertility. CMV transmission can occur through direct or indirect contact, sexual contact, blood transfusions, organ transplantation or other matters relating to the history of close contact with secret, saliva and urine. Eating at stalls street food demand by a growing number of young adults. but keep in mind hygiene. Washing eating utensils that are less clean can transmit CMV infection. Therefore, the relationship between a history of consumption street food with the prevalence of CMV infection on premarital women need to be investigated. The study design was observational analytic with cross sectional, to find the relationship between the prevalence of seropositive IgM/IgG CMV in premarital women in Bantul district with a history of eating street food consumption. Research subjects numbered 90, all subjects were asked to fill out questionnaires and retrieved for later in the test serum by ELISA method to determine the presence of IgM/IgG anti-CMV in the serum. The data analysis with chisquare test. The result showed that: Seventy two of all subjects (80%) infected with CMV positive. Fourty two subjects who have risk factor history of consumption lesehan food, obtained a total of 33 subjects (78.57%) infected with CMV positive. Chi-Square test results showed no correlation between risk factor history of eating street food consumption with the prevalence of seropositive IgM/IgG CMV in pre-marital women population (p 0.05; PR 0.967; 95% CI 0.785-1.191).
Efek Pemberian Madu terhadap Kadar Leukosit Urin pada Wanita Usia Subur Medi Apriansyah; Adang Muhammad Gugun
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 9, No 1 (s) (2009)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v9i1 (s).1619

Abstract

There are predisposition factors to develop into urinary tract infection in women with sex active. The leukosuria or piuria is one of the major sign for suspecting infection in the urinary tract. Honey is a sweet liquid which distribute by bees and produce from nectar. Honey contains antibacteria substance which can cure superficial injury and infection diseases. One of the function of honey is perservatif and high osmolality so bacteria has difficulty to life. This study aims to determine the effect of honey for decreasing urine leukocyte in fertile age women. The design of this study is experimental clinical test with pretest-posttest group control. Subject of research is fertile age women with leukosuria. Material form of the morning urine with urine stick special leukocyte test and honey. Measurements conducted in place intake of urine. Research was the subject of 28people. The provision of honey made in the test group of 3 tablespoon perday. Both group (test and control) were given equal treatment with white water to drink as much as 6 glasses a day. There are 15 person (100%) who get honey therapy which has decreasing value of leukosuria. For people who get control, there are 9 person (70%) who has decreasing of leukosuria value, 2 person (15%) with a fixed rate leukosuria same as before, and 2 person (15%) has increasing of leukosuria. The results of this research is found that honey is effective of to decrease leukosuria in fertile age women.Pada wanita dengan seksualitas yang aktif terdapat faktor predisposisi untuk berkembang menjadi Infeksi Saluran Kemih (ISK). Adanya leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap dugaan adanya ISK. Zat anti bakteri yang terkandung dalam madu baik untuk mengobati luka luar dan penyakit infeksi. Salah satu sifat madu adalah bersifat mengawetkan dan memiliki osmolalitas tinggi sehingga bakteri sulit untuk hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian madu terhadap penurunan kadar leukosit urin pada wanita usia subur. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental uji klinik dengan rancangan pretes posttes kontrol grup. Subyek penelitian adalah wanita usia subur dengan peningkatan kadar leukosit urin. Bahan berupa urin pagi yang dilakukan uji stik urin khusus leukosit dan madu. Pengukuran dilakukan di tempat pengambilan urin. Subyek penelitian berjumlah 28 orang. Pemberian madu dilakukan pada kelompok uji sebanyak 3 sendok makan perhari. Kedua kelompok (uji dan kontrol) diberi perlakuan sama dengan minum air putih sebanyak 6 gelas sehari. Kelompok uji madu yang mengalami penurunan kadar lekosit urin sebanyak 100% (15 orang), sedangkan kelompok kontrol didapatkan penurunan kadar leukosit urin sebanyak 70% (9 orang), kadar leukosit urin tetap sama seperti sebelumnya sebanyak 15% (2 orang), dan terjadi peningkatan kadar leukosit urin sebanyak 15% (2 orang). Disimpulkan bahwa pemberian madu memiliki efektifitas terhadap penurunan kadar leukosit urin wanita usia subur.
Pengaruh Bekam (Al Hijamah) terhadap Kadar Kolesterol LDL pada Pria Dewasa Normal Alfian Fahmy; Adang Muhammad Gugun
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 8, No 2 (s) (2008): Oktober
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v8i2 (s).1635

Abstract

Cupping is an Arabian traditional method of treatment in which a jar is attached to the skin surface to cause local congestion through the negative pressure created. Cupping is a therapeutic process of removing unclean blood from the body. Blood letting has been a recommended method to reduce serum lipoprotein concentrations. There are many testimony which cupping can affects a large group of blood related disorders. The aim of this research is to investigate the effect of cupping on LDL cholesterol. Reduction in LDL cholesterol, is a preventive approach against atherosclerosis. In a quasi experimental with pre test and post test, 30 men, 20-24 year old, without chronic disease, no history of hyperlipidemia and also not anti-hyperlipidemic drug consumption, were admitted. All of subjects were treated with cupping in one time. To know the serum concentrations of lipids we collect the blood from cubiti at the time of cupping and an hour after that. The data were analyzed using pair t- test.and pearson correlation. A significant LDL cholesterol increase (P 0.0000) was found in almost subjects. There was strong positive correlation between LDL cholesterol pre and an hour post cupping (r= 0.987). Cupping will increase the number of LDL cholesterol an hour after treatment.Bekam adalah metode pengobatan tradisional Arab dengan melekatkan tabung pada permukaan kulit yang menyebabkan kongesti lokal melalui tekanan negatif. Bekam adalah proses terapeutik dari tubuh untuk mengeluarkan darah kotor. Membiarkan darah keluar telah menjadi metode yang dianjurkan untuk mengurangi konsentrasi lipoprotein serum. Ada banyak testimoni bahwa bekam dapat menyembuhkan sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan efek bekam terhadap kolesterol LDL. Penurunan kolesterol LDL dapat mencegah aterosklerosis. Penelitian ini bersifat eksperimental kuasi dengan model pre dan post test. Subyek sebanyak 30 orang berumur 20-24 tahun tanpa penyakit kronis, tidak ada sejarah hiperlipidemia atau mengkonsumsi obat anti-hiperlipidemia, dan telah menyetujui. Semua subyek diperlakukan sama pada satu waktu. Untuk mengetahui konsentrasi lipid serum, darah diambil dari vena cubiti pada awal bekam dan satu jam setelahnya. Data dianalisis menggunakan korelasi pearson pasangan dan t-test.  Terdapat peningkatan kolesterol LDL yang signifikan (p=0,000) pada hampir semua subyek. Ada korelasi positif yang kuat antara LDL sebelum dan satu jam setelah bekam (R=0.987). Disimpulkan bahwa bekam meningkatkan jumlah kolesterol LDL satu jam setelah perawatan.