Ramadoni Syahputra1 , Faaris Mujaahid2 , dan Indah Soesanti3 Batik merupakan aset nasional yang keberadaannya telah mendapat pengakuan dari badan duniaUNESCO. Salah satu pusat industri batik yang terkemuka adalah Daerah Istimewa Yogyakarta,khususnya kabupaten Bantul. Di kabupaten Bantul, terdapat satu sentra industri batik yang cukuppopuler yaitu di desa Wijirejo kecamatan Pandak. Dalam proses produksi, sentra industri ini masihmenggunakan kompor batik berbahan bakar minyak tanah untuk memanaskan lilin (malam).Penggunaan kompor minyak ini memiliki beberapa kelemahan yaitu ketersediaan minyak tanah yangtidak kontinyu, dimana sering terjadi kelangkaan minyak tanah. Selain itu harga meninyak tanah yangrelatif mahal, dan polusi udara yang dihasilkan kompor jenis ini cukup mengganggu kesehatan paraperajin batik. Oleh karena itu, sebagai akademisi maka penulis memiliki tanggungjawab moral untukmembantu mengatasi persoalan ini. Penulis melaksanakan upaya dalam bentuk pengadaan kompor batiklistrik otomatis untuk menggantikan kompor batik minyak tanah. Kompor batik listrik ini menyerap dayalistrik 125 watt pada tahap awal operasi, selanjutnya jika lilin sudah mencair dan mencapai suhu 900Cmaka kompor secara otomatis akan berada pasa posisi standby, dimana kompor tetap menyala tetapiserapan daya listrik hanya 40 watt. Daya listrik 40 watt ini cukup untuk mempertahankan lilin mencairpada suhu 900C. Aplikasi kompor ini mampu menghemat biaya produksi secara signifikan. Keuntunganlain aplikasi kompor batik listrik adalah lingkungan kerja yang lebih sehat, karena tidak ada polusi asapdari kompor ini. Dalam kegiatan pengabdian ini juga dilakukan pelatihan dan pengingkatanketerampilan SDM untuk pemeliharaan kompor listrik, sehingga menciptakan rumah produksi batikyang ramah lingkungan menuju green industry. Kegiatan ini diharapkan memberikan kontribusi dalamrangka memperkuat industri lokal berbasis warisan budaya dalam persaingan pasar nasional daninternasional.