Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Introduction To The Law Of Indonesia Sri Hardini
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) Vol 2, No 1 (2016): ANTHROPOS
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/antro.v2i1.7502

Abstract

The law is derived from the Dutch language . In Dutch, recht order , the arrangement is legal , it means giving rightful place to the law , what is meant by " giving the actual place " that is prepare well and our rule - the rule of law in social life . It was done so that the applicable provisions , can easily be identified and used to resolve any legal event occurs . Therefore , the rule of law is no rule of law at a given moment , a particular place which is called positive law or ius constitutum . The rule of law its kind ever called laws apply and fixed ( recht ).
AN ANALYSIS COMMUNICATIVE LANGUAGE TEACHING Sri Hardini, Zaini Munawir, Waridah
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA Vol. 6 No. 2 (2021): JP2BS
Publisher : LP2M Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32696/jp2bs.v6i2.940

Abstract

The title of this Independent Research is An analysis of communicative language teaching .The analysis that is carried out is focused only on the communication approach to students or pupils with various methods that will be given. The goal of Communicative Language Teaching is to have one’s students become communicatively competent. While this has been the stated goal of many of the other methods in the communicative approach the notion of what it takes to be communicatively competent is much expanded. Adherents of the communicative approach, which we will consider in this Analysis acknowledge that structures and vocabulary are important. However they feel that preparation for communication will be inadequate if only these are taught. Students may know the rules of language usage, but will be unable to use the language. When we communicate, we use the language to accomplish some function, such arguing, persuading, or promising. More over, we carry out these functions within a social context. A speaker will choose a particular way to express his argument not only based upon his intent and his level of emotion, but also on whom he is addressing and what his relationship with that person is. Furthermore, since communication is a process, it is sufficient for students to simply have knowledge of target language forms, meanings and functions. Students must be able to apply this knowledge in negotiating meaning. It is through the interaction between speaker and listener (or reader and writer) that meaning becomes clear. The listener gives the speaker feedbacks as to whether or not he understands what the speaker has said. In this way, the speaker can revise what he said and try to communicate his intend meaning again, if necessary.
Suatu Analisis Pembelajaran Metode Audio –Lingual Sri Hardini; Zaini Munawir; Waridah Waridah
All Fields of Science Journal Liaison Academia and Sosiety Vol 2, No 1: Maret 2022
Publisher : Lembaga Komunikasi dan Informasi Dosen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58939/afosj-las.v2i1.179

Abstract

Judul Penelitian Mandiri ini adalah “ An Analysis of Audio-Lingual Method Learners (Suatu Analisis Pembelajaran Metode Audio –Lingual). Analisa yang dilakukan dititik beratkan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk komunikasi yang efektif dalam bahasa asing. Pembelajar Bahasa juga dituntut untuk memahami orang asing dan budaya bahasa asing tersebut yang bahasanya mereka pelajari.Tujuan pembelajaran method Audio –Lingual pembelajar bahasa harus memahami kehidupan sehari-hari masyarakat, sejarah masyarakat dan kehidupan sosial. Metode awalnya diperkenalkan untuk mempersiapkan masyarakat mengenai bahasa Asing secara lisan dalam waktu singkat, lebih menekankan pada bentuk-bentuk bahasa lisan. Namun metode tersebut tetap mempertimbangkan ketrampilan bahasa lainnya. Metode ini dianggap bahwa bentuk lisan, berbicara; dan mendengarkan; harus didahulukan dilakukan, membaca dan menulis menyusul kemudian. Metode ini didukung dan dipercaya bahwa pembelajar bahasa belajar lebih dulu seperti seorang anak belajar bahasa ibunya. Pertama kali dia mendengar suara dan kemudian dia mencoba mengeluarkan suara. Selanjutnya dia belajar membaca bentuk-bentuk tulisan. Fase tersebut dapat digambarkan bahwa belajar bahasa asing ada fase Reseptif dan fase aktif atau Reproduktif.
COMMUNITY LANGUAGE LEARNING Sri Hardini
JURNAL LITTERA: FAKULTAS SASTRA DARMA AGUNG Vol 1 No 2 (2018): OKTOBER
Publisher : LPPM Universitas Darma Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.826 KB) | DOI: 10.46930/littera.v1i2.58

Abstract

Community Language Learning disebut juga Counseling Learning, adalah salah satu contoh penerapan konsep psikoterapi dalam pengajaran bahasa. Konselor menjelaskan aktivitas apa yang diharapkan dan memberi waktu pada bimbingan untuk merefleksikan dirinya mengenai pengalamannya selama ini. Metode pengajaran bahasa menekankan pentingnya bentuk-bentuk bahasa, arti atau makna bahasa. Pengajaran bahasa dilakukan secara pendekatan yang disebut pendekatan humanistic. Pendekatan Humanistik dalam Pengajaran Bahasa melibatkan orang secara utuh, bukan sekedar sebagai sesuatu yang intelektual semata – mata. Ada beberapa hubungan yang diklasifikasikan berdasarkan faktor sosial yang mempengaruhi proses pembelajaran bahasa, mereka adalah rumah, komunitas, pekerjaan, sekolah, pertemuan agama, radio/televise, dan hal-hal bacaan.Tujuan pembelajaran bahasa adalah belajar bagaimana cara menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Komunitas sangat penting untuk pembelajaran dan pemeliharaan suatu bahasa. Bahasa yang menjadi target pembelajaran didalam kelas sangat berbeda dari cara belajar secara alami diluar kelas/ruangan. Kemungkinan peserta belajar bahasa tidak terlibat didalam kegiatan sosial dimana bahasa tersebut dipelajaridan digunakan. Bahasa yang dipelajari sebagai bahasa kedua; para pelajar benar – benar memanfaatkan bahasa dalam suasana dialam terbuka. Penggunaan bahasa dialam terbuka adalah salah satu faktor yang terpenting dalam penggunaan bahasa yang kita pelajari dalam komunikasi. Hasil yang dicapai sangat baik atau paling tidak memberikan harapan yang cerah dimasa depan.