Hidayat Suryanto Suwoyo
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN PLANKTON PADA TAMBAK BUDIDAYA CALON INDUK UDANG WINDU (Penaeus monodon) Sahabuddin Sahabuddin; Hidayat Suryanto Suwoyo
OCTOPUS : JURNAL ILMU PERIKANAN Vol 6, No 2 (2017): OCTOPUS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/octopus.v6i2.1299

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi dan kelimpahan jenis serta indeks biologi plankton pada tambak budidaya calon induk udang Windu. Penelitian ini dilaksanakan selama 128 hari dengan menggunakan 4 petak tambak ukuran 2000 m2.  Hewan uji yang dicobakan adalah  calon induk udang windu dengan berat awal 22,63 - 28,57 g/ekor dengan kepadatan masing-masing 0,5 ekor/m2. Terdapat 2 petak perlakuan yang dicobakan dalam penelitian tersebut, yakni : perlakuan A = calon induk udang Windu turunan F1 dan perlakuan B = calon induk udang windu turunan Fo masing-masing 2 ulangan. Peubah yang diamati adalah komposisi dan kelimpahan jenis, indeks keragaman, indeks keseragaman, indeks dominansi  plankton setiap dua minggu.  Peubah kualitas air yang diukur meliputi oksigen terlarut, suhu, salinitas, pH, NH3-N, NO2-N, NO3-N, PO4-P, alkalinitas dan BOT. Hasil penelitian menunjukkan jumlah jenis plankton dari fitoplankton lebih tinggi di bandingkan dengan zooplankton, baik pada perlakuan A maupun perlakuan B. Jumlah jenis zooplankton pada perlakuan A lebih tinggi daripada perlakuan B yaitu masing-masing 30 dan 25 genera. Jumlah individu plankton  lebih tinggi pada perlakuan B dibandingkan dengan perlakuan A masing-masing 326 dan 214 ind/L, sedangkan jumlah individu zooplankton lebih tinggi dibandingkan dengan fitoplankton pada perlakuan F1 dan Fo. Keragaman jenis plankton pada perlakuan F1 dan Fo adalah berkisar 1,4390 - 1,3298, keseragaman F1 adalah  0,3945 lebih rendah dari pada Fo yaitu 0,7843.  Sedangkan dominansi pada F1 dan Fo relatif sama masing-masing 0,3117 dan 0,3532.
INDEKS BIOLOGI PAKAN ALAMI PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) SEMI INTENSIF DI TAMBAK BETON Sahabuddin Sahabuddin; Hidayat Suryanto Suwoyo
OCTOPUS : JURNAL ILMU PERIKANAN Vol 7, No 1 (2018): OCTOPUS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.846 KB) | DOI: 10.26618/octopus.v7i1.1800

Abstract

Plankton merupakan pakan alami yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan sintasan udang, sehingga perlu dikaji pada sistem budidaya udang semi intensif di tambak. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengkaji dinamika plankton pada budidaya udang windu (Penaeus monodon) semi intensif di tambak beton.  Penelitian  dilakukan  di tambak percobaan Punaga Takalar, menggunakan 4 petak tambak yaitu tambak beton masing-masing berukuran 1.000 m2. Hewan uji adalah udang windu PL-20 dengan bobot awal rata-rata 0,01 g yang ditebar pada tambak dengan kepadatan 20 ekor/m2. Perlakuan yang diujicobakan yaitu: A) Benur Transfeksi dan  B) Benur Non Transfeksi. Sebelum penebaran udang terlebih dahulu dilakukan persiapan tambak yang meliputi: Pengeringan tambak, pengapuran dengan kapur bakar 2000 kg/ha, pemberantasan hama dengan saponin 20 kg/ha. Untuk menumbuhkan pakan alami dilakukan pemupukan dasar urea dan SP-36 dosis masing-masing 150 kg/ha dan 200 kg/ha.Rancangan penelitian diset dengan dua perlakuan masing-masing dua ulangan.   Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan menyaring air tambak menggunakan plankton net no 25. sebanyak  100 L, kemudian disaring dan dipadatkan menjadi 100 mL, selanjutnya sampel diawetkan dengan menggunakan larutan lugol 1 mL. Identifikasi jenis plankton dilakukan di laboratorium menggunakan mikroskop monitor dengan berpedoman pada  buku  identifikasi plankton dan perhitungannya menggunakan  Sedwick Rafter Counting (SRC). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah total jenis plankton yakni ; 34 jenis di petak A dan 42 jenis di petak B, jumlah jenis fitoplankton yang ditemukan sebanyak 14 di petak A dan 26 jenis di petak B, sedangkan zooplankton terdapat 13 jenis di petak A dan 11 jenis di petak B. Nilai indeks keragaman yang diperoleh pada petak A = 1,0735, dan petak B = 1,0956, Indeks keseragaman petak  A = 0,5646 dan petak B = 0,5024, Indeks dominasi petak A  = 0,3544 dan petak B = 0,3127. Komposisi plankton (fitoplankton dan zooplankton) dan indeks biologi tersebut mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang windu yang dibudidayakan
KONSENTRASI NUTRIEN DAN PADATAN TERSUSPENSI LIMBAH TAMBAK SUPERINTENSIF UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DALAM MEDIA BIOFILTER TIRAM Crassostrea sp DAN RUMPUT LAUT Gracillaria verrucosa Mat Fahrur; Muhammad Chaidir Undu; Makmur Makmur; Hidayat Suryanto Suwoyo
OCTOPUS : JURNAL ILMU PERIKANAN Vol 6, No 2 (2017): OCTOPUS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/octopus.v6i2.1303

Abstract

Penelitian mengenai aplikasi rumput laut (G. verrucosa) dan tiram (C. cucculata) sebagai biofilter dalam pengolahan limbah tambak udang vaname super intensif telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas rumput laut (G. verrucosa) dan tiram (C. cucculata) dalam mereduksi konsentrasi nutrient dan padatan tersuspensi limbah tambak udang vaname super intensif. Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium dimana konsentrasi nutrient dan partikel tersuspensi limbah dianalisis berdasarkan dua faktor yakni biofilter dan waktu pemaparan limbah dalam media biofilter. Regenerasi nutrient dan ekskresi oleh tiram serta rendahnya biomassa rumput laut (G. verrucosa) menyebabkan kedua jenis biofilter yang digunakan dalam penelitian ini belum memberikan kontribusi yang nyata terhadap penurunan konsentrasi nutrient dan partikel tersuspensi limbah. Sebaliknya, tiram menyebabkan tingginya konsentrasi TAN dalam limbah. Waktu pemaparan limbah dalam wadah biofilter memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsentrasi nutrient dan partikel tersuspensi; namun demikian konsentrasi nutrient dan partikel tersuspensi selama pemaparan limbah dalam wadah biofilter tidak berkurang. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut mengenai biomassa rumput laut (G. verrucosa)  dan tiram (C. cucculata) yang optimum  serta lama waktu pemaparan limbah perlu dilakukan sehingga effektifitas kedua jenis biofilter dalam mereduksi konsentrasi nutrient dan partikel tersuspensi dapat ditingkatkan.
PERFORMANSI INSTALASI PENGOLAH AIR LIMBAH TAMBAK SUPERINTENSIF Rachman Syah; Mat Fahrur; Hidayat Suryanto Suwoyo; Makmur Makmur
Media Akuakultur Vol 12, No 2 (2017): (Desember, 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.745 KB) | DOI: 10.15578/ma.12.2.2017.95-103

Abstract

Pengolahan air buangan tambak superintensif (TSI) adalah usaha untuk mengurangi beban bahan pencemar yang terkandung di dalam air buangan TSI sehingga aman dan tidak membahayakan saat dibuang ke lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi desain dan performansi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dalam memperbaiki kualitas air buangan TSI sebelum dibuang ke badan air. IPAL terdiri atas kolam sedimentasi, dua kolam aerasi, dan satu kolam penampungan. Ke dalam kolam penampungan ditebari ikan mujair serta rumput laut Gracilaria sp. yang dibudidayakan dengan metode long line, berfungsi sebagai biokontrol. Sampel air diambil di bagian inlet IPAL, oulet kolam sedimentasi atau inlet kolam aerasi-1, outlet kolam aerasi-1 atau inlet kolam aerasi-2, outlet kolam aerasi-2 atau inlet kolam penampungan, serta outlet kolam penampungan, setiap dua minggu selama 105 hari pemeliharaan. Parameter yang diukur adalah total padatan tersuspensi (TSS), total amonia nitrogen (TAN), nitrit, nitrat, fosfat, bahan organik terlarut (BOT), dan biological oxygen demand (BOD-5). Spesifikasi teknis IPAL yang diamati meliputi ukuran dan volume IPAL, volume dan waktu tinggal air buangan tambak, dan efisiensi kinerja IPAL, serta rasio volume IPAL dan volume total air tambak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa IPAL dapat mengurangi beban bahan pencemar dengan tingkat efisiensi antara 53,1%-99,4%; namun masih diperlukan peningkatan kapasitas dalam mengurangi konsentrasi BOT. IPAL menghasilkan efisiensi yang tinggi terhadap TSS, TAN, nitrit, Total Nitrogen (TN), dan fosfat. Rasio volume IPAL dan volume air tambak 30:70 dengan waktu tinggal minimal lima hari, dapat dijadikan acuan dalam pembangunan IPAL tambak superintensif.A wastewater treatment plant (WTP) in a super-intensive shrimp farm is used to reduce organic matters contained in super-intensive shrimp farm effluent. Through the WTP, the waste water from shrimp facilities can safely and harmlessly be released to the receiving environments. The aims of this study were to evaluate the design and performance of a WTP in reconditioning waste water released from a super-intensive shrimp farm prior to release to water bodies. The WTP was made of a series of sedimentation pond, two aeration ponds, and one reservoir or equalitation pond. The tilapia fish and seaweed, Gracilaria sp., were stocked in the equalitation pond where the seaweed was cultured using long line method; these organisms were used as bio-control. Water samples were collected fortnightly during 105 days of culturing duration from the WTP inlet, outlet of sedimentation pond or at inlet of the first aeration pond; outlet of the first aeration pond or inlet of the second aeration pond, outlet of the second aeration pond or inlet of equalitation pond and the outlet of equalitation pond. The measured variables were total suspended solid (TSS), total ammonia nitrogen (TAN), nitrite, nitrate, phosphate, total organic matters (TOM), and five days biological oxygen demand (BOD5). The evaluated technical performances of the plant were its size and volume; volume and retention time of effluent, efficiency of WTP performance and volume ratios of the WTP and total volume of shrimp pond. The results of the study indicated that the WTP was able to reduce concentrations of nutrients and solids in effluent by 53.1%-99.4% of efficiency. However, its capacity need to be increased due to reducing concentrations of TOM. The WTP was highly efficient in reducing the concentrations of TSS, TAN, nitrite, total N, and phosphate. The volume ratios between the plant and pond waters were 30:70 with minimum retention time five which days could be proposed for wastewater treatment pond for super-intensive shrimp ponds.