Muhammad Iqbal
IAIN Palangka Raya

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pelarangan Buku di Indonesia era Orde Baru: Perspektif Panoptikon Michel Foucault Muhammad Iqbal
AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA Vol 9, No 1 (2019)
Publisher : UNIVERITAS PGRI MADIUN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (701.558 KB) | DOI: 10.25273/ajsp.v9i1.3591

Abstract

Pelarangan buku adalah bentuk paradoks di negara demokrasi karena memperlihatkan kesewenang­wenangan dalam membatasi kebebasan berpikir, berpendapat, dan berekspresi. Padahal semua itu dijamin oleh prinsip­prinsip dasar demokrasi, bahkan secara tegas ditulis dalam Undang­Undang Dasar 1945. Melarang buku juga menjadi paradoks bagi kehidupan bermedia di Indonesia yang lebih dari satu dekade terakhir telah mengumandangkan dukungan terhadap kebebasan pers. Pelarangan buku, di sisi lain, mengindikasikan  ambiguitas  kebijakan  penguasa. Alih­alih mengantisipasi polemik di masyarakat, lewat tindakan pelarangan buku, pemerintah memperlihatkan praktik­praktik primitif dalam mengontrol, mengarahkan, membatasi, bahkan memandulkan cara berpikir masyarakat. Pelarangan buku juga mencerminkan ketakutan penguasa dengan mengekang hak politik warga negaranya, tidak mengakui adanya keanekaragaman perspektif dan sudut pandang. Artikel ini ingin meneroka sejarah kebijakan pelarangan buku oleh rezim Orde Baru (Orba), guna mencatat perubahan bentuk dan orientasi yang melatari tindakan pelarangan buku sesuai konteks zamannya, serta apa dampaknya terhadap pendisiplinan masyarakat Indonesia.
Akulturasi Islam dalam Perkawinan Adat Dayak Ngaju: Sejarah Masyarakat Muslim di Desa Petak Bahandang, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah Nor Ani; Abubakar Abubakar; Muhammad Iqbal
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Vol 15, No 2 (2019): JURNAL STUDI AGAMA DAN MASYARAKAT
Publisher : LP2M IAIN Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (561.259 KB) | DOI: 10.23971/jsam.v15i2.1624

Abstract

Islamic acculturation in traditional Ngaju Dayak marriage: History of Muslim communities in Petak Bahandang Village, Katingan Regency, Central Kalimantan. There are three main issues to be discussed in this paper, namely how is the history of the village, how is the history and procession of traditional marriages and how is the acculturation of Islamic values and local culture in traditional marriages carried out by the Dayak Ngaju ethnic Muslim community. This article uses a type of historiographic research using a spoken history approach. The findings concluded that the Muslim community of Dayak Ngaju in Katingan Regency, Central Kalimantan Province, is still carrying out customary marriages. For them, the purpose of carrying out a traditional marriage is not as a symbol of the validity of a marriage relationship, but to preserve local wisdom and is a prevention of divorce by making an agreement. Muslim communities still have to fulfill the path of hadat drawn from the maternal lineage and in the procession the Muslim community first conducts a marriage according to religion. After that, they conduct a marriage according to the custom. This custom marriage represents Islamic values.