Di desaWijimulyo, Nanggulan, Kulon Progo, terdapat usaha tenun stagen bahan benang yang ditenun secaratradisional. Usaha tenun stagen tersebut dijalankan oleh Industri Rumah Tangga yang sudah berjalan cukuplama, tetapi justru mengalami kemunduran. Hal tersebut dikarenakan mereka (penenun) belum dapatmemproduksi dengan jumlah yang besar, serta belum memiliki standar untuk menjaga kualitas produksinya.Permintaan pasar sebenarnya cukup bagus karena sudah 3 tahun terakhir ini hasil tenun stagen Wijimulyo menjadisalah satu komoditi ekspor dari kabupaten Kulon Progo, tetapi kondisinya terkendala pada keterbatasanproduksi, yang disebabkan oleh peralatan yang sudah kurang layak, keterbatasantenagakerja, keterbatasanmodal. Penenun stagen di wijimulyo ini sebagaian besar adalah tenaga kerja yang masuk kategori usia lanjut,kurangnya regenerasi penenun ini menjadi salah satu penyebab terbatasnya jumlah produksi. Permasalahan lainmereka belum dapat menentukan biaya yang dikeluarkan sesuai dengan komponen biaya yang mereka keluarkansesungguhnya. Hal tersebutterlihatdenganbelumdihitungnyapenggunaan peralatan dalam memproduksi sepertikayu, jarum serta pengikat benang belum dimasukkannya biaya penyusutan, sehingga ketika mesin mereka rusakseperti sekarang ini mereka kesulitan untuk membeli yang baru karena keterbatasan dana. Mereka belum bisamemperhitung umur ekonomis peralatan yang mereka gunakan. Dengan berbagai permasalahan tersebutmenjadikan keinginan kami untuk melihat kondisi yang sebenarnya danberusaha memberikan solusi agarindustritenun stagen di desa Wijimulyo tersebutdapat bertahan menjadi desa tenun stagen, produksi meningkat, sehinggadapat meningkatkan pendapatan bagi penenun serta meningkatkan kesejahteraan penduduk sekitar yang terlibatdalam kegiatan tersebut.