Tine Silvana Rachmawati
Program Studi Ilmu Perpustakaan Unpad

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

MEMETAKAN LINGKUP INFORMASI PENGHIDUPAN ORANG MISKIN PEDESAAN Priyo Subekti; Pawit M. Yusup; Tine Silvana Rachmawati
Jurnal Kajian Informasi dan Perpustakaan Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.619 KB) | DOI: 10.24198/jkip.v1i1.9607

Abstract

This study aims to map out the scope of information the livelihoods of the rural poor, which include: the type of major need, the search pattern related information specific type of job, the variety of information livelihoods are looking for, the relationship between the rural poor, sources of information, channel information, and the nature of sources and channels of information in question. By using qualitative methods, especially the tradition of phenomenology of Schutz, the result that: (1) the type of the primary needs of the rural poor consist of food, clothing, shelter, health, and education are very simple; (2) a variety of livelihood information sought by the rural poor who work odd nature, derived from the interpersonal sources that are informal, with a limited scope, ie, neighbors, relatives, customers, and the kind of fellow workers; (3) the source and drain are derived from official media and technology based, hardly ever used; and (4) The formal elements that come from the government side, barely touched the interests of the rural poor.Penelitian ini bertujuan untuk memetakan lingkup informasi penghidupan orang miskin pedesaan, yang meliputi: jenis kebutuhan utama, pola pencarian informasi terkait jenis pekerjaan spesifik, ragam informasi penghidupan yang dicari, hubungan antar orang miskin pedesaan, sumber-sumber informasi, saluran informasi, dan sifat dari sumber dan saluran informasi dimaksud. Dengan menggunakan metode kualitatif khususnya tradisi fenomenologi dari Schutz, diperoleh hasil bahwa: (1) jenis kebutuhan utama orang miskin pedesaan terdiri atas kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan yang sangat sederhana; (2) beragam informasi penghidupan yang dicari oleh orang miskin pedesaan yang sifat pekerjaannya serabutan, berasal dari sumber orang secara interpersonal yang bersifat informal, dengan lingkup yang terbatas, yakni tetangga, kerabat, pelanggan, dan sesama pekerja sejenis; (3) sumber dan saluran yang berasal dari media resmi dan yang berbasis teknologi, hampir tidak pernah digunakan; dan (4) unsur-unsur formal yang datangnya dari sisi pemerintah, hampir tidak menyentuh kepentingan orang-orang miskin pedesaan.
KETERBUKAAN KOMUNIKASI DALAM MENCIPTAKAN IKLIM KOMUNIKASI YANG KONDUSIF DI PERPUSTAKAAN Putu Suparna; Tine Silvana Rachmawati; Yunus Winoto
Jurnal Kajian Informasi dan Perpustakaan Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.464 KB) | DOI: 10.24198/jkip.v1i2.11006

Abstract

The research objective to: 1) determine the openness of communication in creating a climate conducive communication in Kapusipda Buleleng of aspects of communication supervisor; 2) know the openness of communication in creating a climate conducive communication in Kapusipda Buleleng of the communication aspect of subordinates; 3) the implications openness of communication in creating a climate conducive communication in Kapusipda Buleleng. Qualitative research methods using a case study approach. The key informant was manager Kapusipda Buleleng, ten speakers. The results showed as follows: 1) based on the communication aspect boss has not been fully implemented because there are some bosses who never communicate to subordinates, such as the results of the meeting. Ie, the section chief supervisor should have to provide information or to bridge between subordinate to a higher leadership position in the organization; 2) based on the communication aspect subordinate seen already run effectively, which means their communication relationships between subordinates and superiors are effective according to environmental conditions and balanced. The willingness of employers to listen to complaints or difficulty of the work and receive suggestions or ideas presented subordinates by opening the door wide for subordinates; 3) the implications of open communication in creating a climate conducive communication in Kapusipda Buleleng seen their trust, closeness, support, and are willing to listen to the problem, and be willing to accept advantages and disadvantages. Conclusions of research as follows: 1) based on the communication aspect boss has not been fully implemented because there are still some employers at the level of section chief who has not communicating information to a subordinate, for example, the results of the meeting; 2) based on the communication aspect of subordinates seen their communication relationships between subordinates and superiors are effective according to environmental conditions and balanced. The willingness of employers to listen to complaints or difficulty of the work and receive suggestions or ideas presented subordinates by opening the door wide for subordinates; 3) the implications of open communication in creating a climate conducive communication in Kapusipda Buleleng seen their trust, closeness, support, and are willing to listen to the problem, and be willing to accept advantages and disadvantages. Tujuan penelitian untuk : 1) mengetahui keterbukaan komunikasi dalam menciptakan iklim komunikasi yang kondusif di Kapusipda Kabupaten Buleleng dari aspek komunikasi atasan; 2) mengetahui keterbukaan komunikasi dalam menciptakan iklim komunikasi yang kondusif di Kapusipda Kabupaten Buleleng dari aspek komunikasi bawahan ; 3) mengetahui implikasi keterbukaan komunikasi dalam menciptakan iklim komunikasi yang kondusif di Kapusipda Kabupaten Buleleng. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif pendekatan studi kasus. Informan kunci adalah pengelola Kapusipda Kabupaten Buleleng, sebanyak sepuluh narasumber. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut: 1) berdasarkan aspek komunikasi atasan belum sepenuhnya dilaksanakan karena masih terdapat beberapa atasan yang tidak pernah mengkomunikasikan pada bawahan, misalnya hasil rapat. Seyogyanya atasan yakni kepala seksi harus menyediakan informasi atau dapat menjembatani antara bawahan dengan pimpinan yang lebih tinggi lagi kedudukannya dalam organisasi tersebut; 2) berdasarkan aspek komunikasi bawahan terlihat sudah berjalan efektif yang berarti adanya hubungan komunikasi antara bawahan dan atasan yang efektif sesuai kondisi lingkungan dan seimbang. Adanya kesediaan atasan mendengarkan keluhan atau kesulitan pekerjaan dan menerima saran atau gagasan yang disampaikan bawahannya dengan cara membuka pintu lebar-lebar bagi bawahan; 3) implikasi keterbukaan komunikasi dalam menciptakan iklim komunikasi yang kondusif di Kapusipda Kabupaten Buleleng terlihat adanya kepercayaan, kedekatan, dukungan, dan bersedia mendengarkan masalah, serta bersedia menerima kelebihan dan kekurangan. Simpulan penelitian sebagai berikut: 1) berdasarkan aspek komunikasi atasan belum sepenuhnya dilaksanakan karena masih terdapat beberapa atasan pada tingkatan kepala seksi yang belum mengkomunikasi kan informasi ke bawahan, misalnya hasil rapat; 2) berdasarkan aspek komunikasi bawahan terlihat adanya hubungan komunikasi antara bawahan dan atasan yang efektif sesuai kondisi lingkungan dan seimbang. Adanya kesediaan atasan mendengarkan keluhan atau kesulitan pekerjaan dan menerima saran atau gagasan yang disampaikan bawahannya dengan cara membuka pintu lebar-lebar bagi bawahan; 3) implikasi keterbukaan komunikasi dalam menciptakan iklim komunikasi yang kondusif di Kapusipda Kabupaten Buleleng terlihat adanya kepercayaan, kedekatan, dukungan, dan bersedia mendengarkan masalah, serta bersedia menerima kelebihan dan kekurangan.