Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KARAKTERISASI KIMIA DAN UJI ORGANOLEPTIK BAKSO IKAN MANYUNG (Arius thalassinus, Ruppell) DENGAN PENAMBAHAN DAUN KELOR (Moringa oleiferea Lam) SEGAR DAN KUKUS Woro Setiaboma; Dewi Desnilasari; Ade Chandra Iwansyah; Devry Pramesti Putri; Wawan Agustina; Enny Sholichah; Ainia Herminiati
Biopropal Industri Vol 12, No 1 (2021)
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36974/jbi.v12i1.6372

Abstract

Addition moringa leaves to meatball will increase the nutrition of meatballs. This study aimed to determine the best treatment of adding Moringa leaves on the chemical, physical and organoleptic giant sea catfish balls. This study used a completely randomized design with the following treatments; I0 = without addition Moringa Leaves, I1= the addition 10% fresh moringa leaves, I2= the addition 10% steamed moringa leaves, I3= the addition 5% fresh moringa leaves, and I4=addition 5% steamed moringa leaves. The parameters measured in this study were proximate, Mg, Ca, organoleptic, texture profile, values of L, a, and b of giant sea catfish balls. The best treatment was selected based on the de Garmo method of effectiveness test. The results showed that the addition of Moringa leaves to fishballs could increase ash, Mg and Ca. Fishballs with the addition of 10% Moringa leaves had higher Mg and Ca values (p<0.05) than fish balls with the addition of 5% Moringa leaves. Fish meatballs with the addition of fresh Moringa leaves had higher Mg and Ca values (p<0.05) than fish balls with the addition of steamed Moringa leaves. The addition of Moringa leaves can increase the hardness of the fish balls. Fish balls added with fresh Moringa leaves have a higher brightness value than those that are steamed first. The addition of 5% steamed moringa leaves resulted in the best overall organoleptic acceptance than other treatments. Based on the de Garmo method of effectiveness test, the best treatment was fish balls with 10% steamed Moringa leaves.Keywords: fish meatballs, giant sea catfish, moringa leavesABSTRAKPenambahan daun kelor pada bakso dapat meningkatkan nilai gizi bakso. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan terbaik pada penambahan daun kelor terhadap sifat kimia, sifat fisik dan organoleptik bakso ikan manyung. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan penelitian sebagai berikut; I0= tanpa penambahan daun kelor, I1= penambahan 10% daun kelor segar, I2= penambahan 10% daun kelor kukus, I3 = penambahan 5% daun kelor segar, dan I4 = penambahan 5% daun kelor kukus. Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah proksimat, Mg, Ca, organoleptik, profil tekstur, nilai L, a dan b bakso manyung. Perlakukan terbaik dipilih berdasarkan uji efektivitas metode de Garmo. Hasil menunjukan bahwa penambahan daun kelor pada bakso dapat meningkatkan kadar abu, Mg dan Ca. Bakso ikan dengan penambahan daun kelor 10% memiliki nilai Mg dan Ca yang lebih tinggi (p<0,05) dibandingkan bakso ikan dengan penambahan daun kelor 5%. Bakso ikan dengan penambahan daun kelor segar memiliki nilai Mg dan Ca lebih tinggi (p<0,05) dibandingkan bakso ikan dengan penambahan daun kelor kukus. Penambahan daun kelor dapat meningkatkan hardness bakso ikan. Bakso ikan yang ditambah dengan daun kelor segar memiliki nilai kecerahan warna lebih tinggi dibandingkan yang dikukus terlebih dahulu. Penambahan 5% daun kelor kukus menghasilkan nilai keseluruhan organoleptik terbaik dibandingkan perlakuan lainnya. Berdasarkan uji efektivitas metode de Garmo perlakuan terbaik adalah bakso ikan dengan penambahan 10% daun kelor kukus.Kata kunci: bakso ikan, daun kelor, ikan manyung
Diet Makanan untuk Penyandang Autis Ainia Herminiati
JURNAL PANGAN Vol. 18 No. 2 (2009): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v18i2.211

Abstract

Penyandang autis di Indonesia diperkirakan jumlahnya meningkat mengingat bahwa sudah banyak anak-anak di sekeliling kita yang menderita autisme (Kasran, 2003), walaupan belum ditemukan jumlah yang pasti karena belum banyak hasil penelitian tentang autisme dan sulitnya memperoleh data. Data perkiraan terakhir yang dilaporkan oleh Universa Medicina (2003), mengenai prevalensi autisme menunjukkan angka 16 per 10.000, tetapi angka prevalensi ini meningkat menjadi 63 per 10.000 bila diperhitungkan semua bentuk kelainan yang termasuk dalam spektrum autisme. Gejaia dan tingkat berat ringannya autisme sangat bervariasi. Oleh karena itu, terapi gizi anak autis seharusnya sangat individual dan tidak bisa diseragamkan. Intervensi diet yang dapat membantu memperbaiki kondisi kesehatan anak autis secara umum adalah menghindari makanan yang mengandung gluten, kasein, dan food additives. Karena banyak penyandang autis memiliki ketidakmampuan dalam mencerna gluten dan kasein, di mana gluten adalah protein dari tepung terigu dan hasil olahannya. Sedangkan kasein adalah protein dari susu dan hasil olahannya. Food additives yang biasa digunakan adalah monosodium glutamat (MSG), untuk beberapa bahan pangan olahan yang berfungsi sebagai penambah rasa. Juga pewarna makanan dan pemanis sintetik tidak diperbolehkan dalam makanan bagi penyandang autis. Pada prinsipnya, terapi gizi yang dapat dilakukan untuk penyandang autis adalah pemberian vitamin B6 dalam bentuk pyridoxal 5-fosfat, serta menghindari makanan yang mengandung gluten, kasein, monosodium glutamat, gula sintetis aspartam, dan pewarna makanan.