Perkembangan praktik seni rupa tidak lepas dari perkembangan teknologi, salah satunya adalah munculnya video performans yang merupakan perpaduan antara seni video dengan seni performans. Penelitian ini difokuskan pada representasi visual karya video performans milik Reza Afisina, Prilla Tania dan Vincensius Christiawan. Untuk pendekatan keilmuan, penulis menggunakan kajian tubuh, tatapan, fokus kamera, dan teori dari postmodernisme. Video performans pertama di Indonesia muncul pada tahun 1996 dengan mengusung tema sosial politik, selanjutnya pada tahun 2000-an, muncul tema-tema yang beragam, antara lain yang berkaitan dengan identitas, agama, feminisme, peperangan, dan iklan media massa. Terdapat dua konsep medan tatapan dalam karya video performans, yaitu menatap secara langsung dan menatap secara tidak langsung kepada kamera. Melalui karya-karya yang dijadikan sampel, Reza Afisina cenderung membangun interaksi emosional kepada pemirsa, Prilla Tania cenderung membangun simbolisasi kritik suatu keadaan atau fenomena tertentu, sedangkan Vincensius Christiawan memperlihatkan bagaimana bentuk dari peleburan tubuh dengan alat-alat analog dan digital. Berkaitan dengan kerangka politik kebudayaan postmodernisme, ketiganya memiliki kecenderungan politik kebudayaan yang berbeda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pada dekade 2000-an terdapat penekanan terhadap pemahaman tubuh sebagai eksterioritas. Hal ini membuktikan bagaimana perkembangan vieo performans di Indonesia pada dekade 2000-an dipengaruhi oleh kebudayaan media yang berkembang dalam kehidupan masyarakat mutakhir.// //