p-Index From 2020 - 2025
0.817
P-Index
This Author published in this journals
All Journal REKA RACANA
Ikhya Ikhya
Unknown Affiliation

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Analisis Konsolidasi Dengan Prefabricated Vertical Drain Untuk Beberapa Soil Model Menggunakan Metode Elemen Hingga Ketut Devy Apriyani; Ikhya Ikhya; Indra Noer Hamdhan
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 2, No 3: September 2016
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v2i3.17

Abstract

ABSTRAKPembangunan di atas tanah lunak merupakan tantangan di bidang konstruksi. Sifat tanah lunak yang memiliki kuat geser rendah, kompresibilitas tinggi, dan koefisien permeabilitas rendah menjadi kendala untuk dimanfaatkan dalam pekerjaan tanah sehingga diperlukan adanya perbaikan tanah. Dua metode perbaikan tanah yang umum digunakan untuk mempercepat waktu konsolidasi adalah preloading dan vertical drain. Penelitian ini bertujuan menganalisis konsolidasi menggunakan PLAXIS 2D untuk mengetahui soil model mana yang paling mampu menggambarkan kondisi tanah di lapangan. Pemodelan yang dilakukan akan menggunakan tiga dari banyak soil model yang dimiliki PLAXIS 2D yaitu Mohr Coulomb model dan dua Advanced Soil Model: Hardening Soil, dan Soft Soil. Selanjutnya nilai penurunan yang dihasilkan ketiga soil model tersebut akan dibandingkan terhadap pengukuran di lapangan dan dianalisis. Berdasarkan hasil analisis, disimpulkan bahwa Hardening Soil model merupakan model yang paling cocok digunakan untuk menganalisis konsolidasi karena mengghasilkan selisih nilai penurunan paling kecil bila dibandingkan dengan dua soil model lainnya.Kata kunci : prefabricated vertical drain, tanah lunak, konsolidasi, soil model, PLAXIS 2D ABSTRACTConstruction on soft soil is a challenge in construction’s world. Soft soil is characterized by a low shear strength, a high compressibility, and a low coeffiecient of permeability which makes it difficult for soil engineering so ground improvement is needed. Vertical drain combined with preloading have become common technique for speeding up time of consolidation. The purpose of this study is to analyse consolidation with PLAXIS 2D and define which soil model is closest to the field condition. PLAXIS 2D has so many soil models that can be used for modelling soil condition but this study will only use three models and those models are Mohr Coulomb model and two Advanced Soil Model:  Hardening Soil, and Soft Soil. Settlement value from those models will be compared to field measurement and being analysed. Based on the analysis, Hardening Soil model is the most suitable model for analysing consolidation because it generates settlement value closest to the field measurement.Keywords: prefabricated vertical drain, soft soil, consolidation, soil model, PLAXIS 2D
Pengaruh Kapasitas Daya Dukung terhadap Letak Fondasi Dangkal Tipe Menerus di Sepanjang Lereng dengan Menggunakan Metode Analitik dan Numerik Mohamad Badrudin; Ikhya Ikhya
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 4, No 2: Juni 2018
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v4i2.113

Abstract

ABSTRAKKapasitas daya dukung adalah kemampuan fondasi dalam menahan beban struktur yang berada diatasnya. Analisis fondasi dangkal sepanjang lereng dengan metode numerik menggunakan program PLAXIS 2D menghasilkan bahwa semakin besar nilai kedalaman fondasi  maka akan menaikan kapasitas daya dukungnya. Nilai kapasitas daya dukung terbesar terdapat pada = 2 m yaitu sebesar 1.117  kN/m2 pada lokasi dibawah lereng dengan kondisi tanpa muka air tanah. Lokasi fondasi dangkal sepanjang lereng sangat mempengaruhi nilai kapasitas daya dukung fondasi tersebut. Jika fondasi ditempatkan dekat dengan lereng ataupun pada permukaan lereng, maka nilai kapasitas daya dukungnya akan berkurang. Nilai kapasitas daya dukung pada atas lereng dengan jarak   = 0 m dari tepi lereng sebesar 527 kN/m2 dan untuk = 8 m memiliki nilai kapasitas daya dukung sebesar 959,5 kN/m2, maka kapasitas daya dukungnya mengalami peningkatan sebesar 82,06%. Kesimpulannya fondasi akan aman ketika ditempatkan sejauh 4  dari tepi lereng.Kata kunci: kapasitas daya dukung, fondasi dangkal, lereng.ABSTRACTBearing capacity is the ability of the foundation to hold the load of structures. The analysis of the shallow foundation along the slope by numerical method using the PLAXIS 2D program resulted that the greater depth of the foundation , the greater bearing capacity will occur. Biggest value bearing capacity is 1,117 kN/m2 found at = 2 m located on bottom of the slope with no ground water table. The location of a shallow foundation along the slope greatly affects the bearing capacity value of the foundation. If the foundation is placed close from the slope or on the slope surface, the bearing capacity will decrease. Bearing capacity on the top of slope with = 0 m from the edge of the slope has been value  527 kN/m2 and for   = 8 m bearing capacity value is 959.5 kN/m2, so bearing capacity value has increased by 82.06%. As a result the foundation will be safe if it’s placed at 4  from the edge of the slope.Keywords: bearing capacity, shallow foundation, slope.
Analisis Potensi Likuefaksi dengan Berbagai Metode Berdasarkan Data Cone Penetration Test pada Jalan Tol Seksi II Probolinggo – Banyuwangi Ahmad Faris Aldzulfikar; Ikhya Ikhya; Desti Santi Pratiwi
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 7, No 3: November 2021
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v7i3.167

Abstract

ABSTRAKKerusakan infrastruktur yang terjadi di Indonesia bukan hanya diakibatkan oleh beban dinamis gempa, namun juga dipengaruhi oleh respon tanah di bawahnya ketika gempa terjadi, salah satu contohonya adalah fenomena likuefaksi. Proyek Pembangunan Jalan Tol Probolinggo – Banyuwangi, Jawa Timur berada pada zona kerentanan likuefaksi sedang dan berada dekat dengan sesar Probolinggo yang memiliki pegerakan 0,2mm per tahun dan memiliki besar magnitudo 6.5 Mw. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur potensi likuefaksi yang mungkin terjadi pada proyek pembangunan tol Probolinggo – Banyuwangi dengan menggunakan data Cone Penetration Test (CPT) berdasarkan metode analisis Shibata & Terapaksa, Robertson & Wride, Youd & Idriss, Juang et. al dan Idriss & Boulanger untuk mencari nilai rasio tegangan siklik (CSR) dan rasio tahanan siklik (CRR). Data pendukung lainnya pada analisis potensi likuefaksi ini adalah peta bahaya gempa 2017 dengan klasifikasi situs tanah lunak dan sedang. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis tanah yang terlikuefaksi adalah tanah pasir dan lanau kepasiran, jenis tanah ini sangat berpengaruh terhadap nilai CRR, sedangkan nilai CSR dipengaruhi oleh percepatan puncak gempa dan klasifikasi situs tanah.Kata kunci: gempa, likuefaksi, metode analisis, CSR, CRR, CPT, percepatan puncak ABSTRACTInfrastructure damages that have been found in Indonesia were not only caused by dynamic loads of earthquake, but also by the soil response underneath it while an earthquake occurs and one of it being a phenomenon called liquefaction. The project of Probolinggo-Banyuwangi Toll Road in East Java is within a moderate zone of liquefable soil, located near Probolinggo fault which is moving 0.2mm every year, and a magnitude of 6.5 Mw. This research estimated the liquefaction potential of this project with the soil data obtained by Cone Penetration Test, analyzed by using the method of Shibata & Terapaksa, Robertson & Wride, Youd & Idriss, Juang et. al and Idriss Boulanger, calculating the Cyclic Stress Ratio and Cyclic Resistance Ratio. This analysis of the potential of liquefaction used the map of earthquake in 2017 applied to soft and medium soil class. This research shows that the type of soil liquefied is sand soil and sandy silt soil. Both of these types gave a significant influence in calculating the CRR value, while the CSR value in influenced by the maximum acceleration of earthquake and the soil classification.Keywords: earthquake, liquefaction, analysis method, CSR, CRR, CPT, maximum acceleration
Analisis Daya Dukung Fondasi Dangkal Menggunakan Metode Numerik dan Analitik pada Tanah Lempung Lunak yang Diperkuat dengan Granular Trench Ega Ahmad Robbani; Ikhya Ikhya
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 5, No 4: Desember 2019
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v5i4.41

Abstract

ABSTRAK Kapasitas daya dukung adalah kemampuan fondasi dalam menahan beban struktur diatasnya. Granular trench merupakan salah satu metode perbaikan tanah. Berdasarkan hasil analisis, bahwa semakin besar kedalaman fondasi (D_f) maka semakin meningkat kapasitas daya dukungnya, batasan pengaruh elevasi muka air tanah terhadap kapasitas daya dukung fondasi berada di sekitar kurang dari 1B, nilai kapasitas daya dukung fondasi maksimum berada pada kedalaman granular trench H= 3,5B dan lebar granular trench W= 2B. Terdapat keterbatasan dalam metode analitik Hamed, Das and Echelberger yang disebabkan variabel yang tidak diperhitungkan, sedangkan metode analitik Madhav and Vitkar's selalu menghasilkan nilai kapasitas daya dukung fondasi yang lebih besar dibandingkan dengan metode lainnya, akan tetapi apabila nilai kapasitas daya dukung direduksi dengan nilai faktor koreksi 0,4-0,5 maka nilai kapasitas daya dukung fondasi akan menyerupai metode numerik. Besarnya peningkatan nilai kapasitas daya dukung maksimum setelah diperkuat granular trench adalah 355,2%. Kata kunci: kapasitas daya dukung, fondasi dangkal, granular trench. ABSTRACT The bearing capacity is the ability of the foundation to withstand the weight of the structure above it. Granular trench were a method of soil improvement. Based on the results of the analysis, that the greater the depth value of the foundation (D_f), the more the bearing capacity were increased, the limit of the influence of groundwater level on the bearing capacity is less than 1B, the maximum bearing capacity is at the depth of granular trench H=3.5B and the width of the granular trench W=2B. There are limitations in the analytical method of Hamed, Das and Echelberger due to variables that are not taken into account, while the Madhav and Vitkar's analytical method always produces a greater capacity bearing capacity of the foundation compared to other methods, but if the bearing capacity value is reduced by the value of the correction factor 0.4-0.5 then the value of the foundation bearing capacity will resemble a numerical method. The magnitude of the increase in the value of the maximum bearing capacity after reinforced trench granular is 355.2%. Keywords: bearing capacity, shallow foundation, granular trench.
Analisis Stabilitas Timbunan pada Tanah Dasar Berbentuk Lereng dengan Metode Elemen Hingga Mufidhiansyah Fahmi; Ikhya Ikhya
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 6, No 3: November 2020
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v6i3.179

Abstract

ABSTRAKAnalisis menggunakan program PLAXIS 2D dengan tinggi timbunan dan kemiringan tanah dasar bervariasi tanpa dan dengan perkuatan rock fill sehingga diperoleh kebutuhan rock fill agar faktor keamanan memenuhi syarat. Hasil analisis dengan kemiringan tanah dasar 1V:8H diperoleh kebutuhan rock fill timbunan lempung dengan tinggi 5m, 10m, 15m dan 20m sebesar 0%; 24,7%; 45,5% dan 59,1% sedangkan timbunan pasir sebesar 14,5%; 43,2%; 62,4% dan 71,4%. Pada kemiringan tanah dasar 1V:6H diperoleh kebutuhan rock fill masing-masing ketinggian timbunan lempung sebesar 5%; 45,8%; 59,3% dan 66.6%, sedangkan timbunan pasir sebesar 33,1%; 62,3%; 71,9% dan 73,2%. Pada kemiringan tanah dasar 1V:4H diperoleh kebutuhan rock fill masing-masing ketinggian timbunan lempung sebesar 48,9%; 66,7%; 75,6% dan 81,3%; sedangkan timbunan pasir sebesar 60,1%; 72,6%; 80,5% dan 84%. Variasi jenis mesh menghasilkan faktor keamanan yang tidak signifikan antar jenis mesh dikarenakan lapisan timbunan yang dimodelkan relatif rapat. Analisis geometri tanah dasar bertangga dengan lurus tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap faktor keamanan.Kata kunci: stabilitas lereng, timbunan, tanah dasar, rock fill, metode elemen hingga, PLAXIS 2D ABSTRACTAnalysis using PLAXIS 2D program with varying heights and slopes of subgrade without and with rock fill reinforcement in order to obtain the need for rock fill so that the safety factor meets the requirements. The results of the analysis with a subgrade slope of 1V: 8H obtained the need for rock fill clay pile with a height of 5m, 10m, 15m and 20m of 0%; 24.7%; 45.5% and 59.1% while the sand pile was 14.5%; 43.2%; 62.4% and 71.4%. At a subgrade slope of 1V: 6H, the required rock fill height for each clay pile is 5%; 45.8%; 59.3% and 66.6%, while the sand pile was 33.1%; 62.3%; 71.9% and 73.2%. At 1V: 4H subgrade slope, the required rock fill height for each clay pile height is 48.9%; 66.7%; 75.6% and 81.3%; while the sand pile was 60.1%; 72.6%; 80.5% and 84%. Variation of mesh types resulted in insignificant safety factor between mesh types because the modeled embankment layer was relatively tight. The geometry analysis of the straight stepped subgrade did not show a significant effect on the safety factor.Keywords: slope stability, embankment, subgrade, rock fill, Finite Element method, PLAXIS 2D
Perbandingan Peta Gempa pada Analisis Potensi Likuefaksi (Studi Kasus Jalan Tol Ruas Probolinggo – Banyuwangi Seksi II) Ahmad Faisal Amri; Ikhya Ikhya
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 6, No 2: Juli 2020
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v6i2.64

Abstract

ABSTRAKProbolinggo Jawa timur memiliki sesar yang berpotensi akan terjadinya gempa. Sesar Probolinggo bergerak sebesar 0,2 mm per tahun. Pasir lepas yang terdapat pada jalan tol Probolinggo – Banyuwangi ini sebagai salah satu indikasi potensi likuefaksi. Analasis potensi likuefaksi menggunakan metode Seed et al (1985). Analisis potensi likuefaksi pada tanah ini menggunakan beberapa peta gempa dan variasi fines content pada tanah. Perbedaan percepatan gempa dan fines content pada beberapa peta gempa tersebut akan menunjukan pengaruh pada potensi terjadinya likuefaksi pada tanah. Hasil penelitian tanah dengan kandung fines content 35 % terjadi likuefaksi lebih sedikit dibanding tanah dengan kandungan fines content yang lebih kecil. Hal tersebut terjadi karena nilai fines content berpengaruh pada hasil CRR. Peta gempa dengan periode ulang lebih besar memiliki percepatan gempa besar sehinnga terjadi titik likuefaksi lebih banyak dibanding peta gempa dengan periode ulang lebih kecil. Hal tersebut terjadi karena percepatan gempa berpengaruh pada nilai CSR.Kata Kunci: CSR, CRR, fines content, likuefaksi, percepatan gempa ABSTRACTProbolinggo, East Java has a fault that has the potential to cause an earthquake. The Probolinggo Fault moves by 0.2 mm per year. The loose sand found on the Probolinggo – Banyuwangi toll road is an indication of the potential for liquidation. Analysis of the potential for liquefaction using the method of Seed et al (1985). Analysis of the potential for liquefaction on this land using several earthquake maps and variations in soil content. The difference in earthquake acceleration and fines content on some earthquake maps will show the effect on the potential occurrence of liquefaction on the ground. The results of soil research with 35% fines content have fewer liquefaction compared to soil with smaller fines content. This happens because the value of fines content affects the CRR results. Earthquake maps with greater return periods have large earthquake acceleration so that there are more liquefaction points than earthquake maps with smaller return periods. This happens because the earthquake acceleration affects the value of CSR.Keywords: CSR, CRR, fines content, liquefaction, earthquake acceleration
Analisis Kapasitas Daya Dukung Pondasi Dangkal Tipe Menerus Pengaruh Kedalaman Tanah Keras Lutfy Ahmad Fauzi; Ikhya Ikhya
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 2, No 2: Juni 2016
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v2i2.36

Abstract

ABSTRAKPondasi dangkal hanya memerlukan kedalaman kurang dari lebarnya. Kapasitas daya dukung ialah kekuatan pondasi untuk melayani beban diatasnya. Analisis menggunakan program PLAXIS 2D AE menghasilkan bahwa semakin lebar pondasi maka akan menaikan kapasitas daya dukung. Kenaikan tersebut sebesar 159,4% yang terbesar pada B=2m sebesar 1074,18 kN pada tanah jenis clay. Faktor kedalaman pondasi pun demikian, naiknya kapasitas daya dukung tersebut sebesar 68,24% yang terbesar pada Df=2m sebesar 3860,29 kN pada tanah jenis clay. Kapasitas daya dukung juga dipengaruhi oleh keberadaan muka air tanah yang bedanya sebesar 39,7%. Kedalaman tanah keras pun menaikan kapasitas daya dukung, apabila kedalaman tanah kerasnya berjarak dekat dengan dasar pondasi. Naiknya kapasitas daya dukung tersebut ditinjau dari kedalaman 4B hingga 0,25B sebesar 40,77% yang terbesar pada kedalaman 0,25B pada jenis tanah silty sand 19667,59 kN dan 15641,26 kN untuk tanah jenis clay.Kata kunci: pondasi dangkal, kapasitas daya dukung, muka air tanah, kedalaman tanah keras ABSTRACTShallow foundations only requires a depth of less than the widht. Bearing capacity is the strength of foundation to serve service load. Analysis using PLAXIS 2D AE which produce that wider foundation will increase bearing capacity. The increase is 159,4% which the highest on clay with B=2m is 1074,18 kN. The depth of foundation is also increase bearing capacity. The increase is 68,24% which the highest bearing capacity on clay with Df=2m is 3860,29 kN. Bearing capacity is also affected by the ground water level. The difference is 39,7%. The depth of hard soil also increase bearing capacity, when the depth of the hard soil is closer to the base of foundation. The rise in the bearing capacity only be reviewed at depth 4B to 0,25B is 40,77% which the highest bearing capacity on 0,25B depth of hard soil for silty sand is 19667,59 kN and 15641.26 kN for clay. Keywords: shallow foundation, bearing capacity, fully saturated soil, the bearing capacity, the depth of hard soil
Studi Perbandingan Penurunan Fondasi Grup Menggunakan Program Plaxis 3D dan Settle3D Studi Kasus Jembatan Wampu Muhammad Farrel Dito; Ikhya Ikhya; Mufidhiansyah Fahmi
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 5, No 1: Maret 2019
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v5i1.%p

Abstract

ABSTRAKFondasi grup tiang adalah jenis fondasi yang umum digunakan pada struktur jembatan. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam analisis suatu fondasi adalah penurunan yang dapat terjadi pada fondasi tersebut. Penurunan dapat terjadi karena suatu lapisan tanah yang mengalami pembebanan akibat beban yang diperoleh mengakibatkan terjadinya penurunan elevasi tanah dasar. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis perbandingan penurunan yang dapat terjadi pada program Plaxis 3D dan Settle3D. Analisis perbandingan juga dilakukan dengan melakukan variasi geometri berupa variasi ketebalan pilecap dan ketebalan lapisan tanah di bawah fondasi. Hasil berupa nilai penurunan yang terjadi pada Settle3D akan dibandingkan dengan hasil penurunan pada Plaxis 3D yang menggunakan pendekatan FEM (Finite Element Method).Kata kunci: fondasi grup, penurunan, Plaxis 3D, Settle3D ABSTRACTPile group foundations are a type of foundation commonly used in a bridge structure. One of the things to note in the analysis of a foundation is the settlement that can occur on that foundation. The settlement can occur because of the load obtained from the upper structure. The study aims to conduct a comparative analysis of the settlement that can occur in Plaxis 3D and Settle3D programs. Comparative analysis is also using geometric variations in pilecap thickness and soil layer thickness under the foundation. The result of a settlement value that occurs in Settle3D will be compared to the result of a settlement in Plaxis 3D which is using the FEM (Finite Element Method).Keywords: group foundation, settlement, Plaxis 3D, Settle3D
Studi Perbandingan Penurunan Fondasi Grup Menggunakan Program Plaxis 3D dan Settle3D Studi Kasus Jembatan Wampu Muhammad Farrel Dito; Ikhya Ikhya; Mufidhiansyah Fahmi
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 9, No 1: Maret 2023
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v9i1.77

Abstract

ABSTRAKFondasi grup tiang adalah jenis fondasi yang umum digunakan pada struktur jembatan. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam analisis suatu fondasi adalah penurunan yang dapat terjadi pada fondasi tersebut. Penurunan dapat terjadi karena suatu lapisan tanah yang mengalami pembebanan akibat beban yang diperoleh mengakibatkan terjadinya penurunan elevasi tanah dasar. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis perbandingan penurunan yang dapat terjadi pada program Plaxis 3D dan Settle3D. Analisis perbandingan juga dilakukan dengan melakukan variasi geometri berupa variasi ketebalan pilecap dan ketebalan lapisan tanah di bawah fondasi. Hasil berupa nilai penurunan yang terjadi pada Settle3D akan dibandingkan dengan hasil penurunan pada Plaxis 3D yang menggunakan pendekatan FEM (Finite Element Method).Kata kunci: fondasi grup, penurunan, Plaxis 3D, Settle3D ABSTRACTPile group foundations are a type of foundation commonly used in a bridge structure. One of the things to note in the analysis of a foundation is the settlement that can occur on that foundation. The settlement can occur because of the load obtained from the upper structure. The study aims to conduct a comparative analysis of the settlement that can occur in Plaxis 3D and Settle3D programs. Comparative analysis is also using geometric variations in pilecap thickness and soil layer thickness under the foundation. The result of a settlement value that occurs in Settle3D will be compared to the result of a settlement in Plaxis 3D which is using the FEM (Finite Element Method).Keywords: group foundation, settlement, Plaxis 3D, Settle3D