Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Totemisme dan Pergeserannya: Studi Terhadap Tradisi Lokal di Sendang Mandong, Klaten, Jawa Tengah Muh. Syamsuddin
Religi: Jurnal Studi Agama-agama Vol 13, No 1 (2017)
Publisher : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/rejusta.2017.1301-06

Abstract

Totemism that Emile Durkheim calls the origin of belief in the sacred, is also found in Sendang Mandong, Klaten, Central Java. Bulus as a totem is a representation of a local mythological figure, Kyai Gringsing. Reverence for this mythological figure not only helps the conservation of the environment, especially water resources, but also breeds a tradition that run for decades. The tradition includes the merit sendang wayangan, mangan bulus for the bride, and offerings. The tradition is also a form of ecounter between totemism with the influence of Islam. As the result, Islam Kejawen is existing in Mandong Village. However, the Islam Kejawen is local narrative of totemism and then Islam Kejawen is undocumented and not inherited either in writing or oral tradition. The local narrative is futher undermind by the changes caused by education, modernity, and the development of puritan religious stream.
DINAMIKA ISLAM PADA MASA ORDE BARU Muh. Syamsuddin; Muh. Fatkhan
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah Vol 11, No 2 (2010)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.1 KB)

Abstract

Berbicara Islam di masa orde baru yang berarti juga bicara soal Islam di Indonesia, starting discoursnya berawal dari perdebatan tentang asas bernegara dalam sidang (BPUPKI). Satu pihak yang diwakili oleh kalangan Islamis menginginkan diberlakukannya asas Islam sebagai asas tunggal Negara. Keinginan ini dipandang cukup beralasan karena perjuangan umat Islam menjadi bagian kekuatan terbesar dan terpenting dalam mengusir penjajah. Dilain pihak kalangan nasionalis dengan argumen bahwa kalangan non Islam juga ikut andil dalam mengantarkan Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaannya, mengusulkan asas tunggal Pancasila guna mengakomodir kalangan non Muslim dan keragaman budaya bangsa. Drama panas perdebatan di atas yang tidak jarang diselingi dengan tragedi Deadlock pada akhirnya kedua kelompok berkompromi dengan diterimanya Pancasila sebagai asas tunggal dengan adanya beberapa revisi terhadap isi di dalamnya. Fenomena inilah yang akan penulis urai dalam tulisan dibawah ini.
Orientalisme, Oksidentalisme dan Filsafat Islam Modern dan Kontemporer (Suatu Agenda Masalah) Muh. Syamsuddin
Refleksi: Jurnal Filsafat dan Pemikiran Keislaman Vol 18, No 1 (2018)
Publisher : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (444.814 KB) | DOI: 10.14421/ref.2018.%x

Abstract

The intellectual nature of Islam is not a strange but soon to be felt, that Orientalism and Oksentialism are not always lived in the same image, understood in the same sense, or spoken of by using the same idioms. These differences, in addition to the variation in accentuation, also involve logical differences, both with regard to the conceptual framework, as well as with regard to the scope of interest and interests of each. Problems will arise and differences will be felt if Orientalism and Oksidentalism are not simply viewed as scientific studies, but confronted as “objective”. Orientalism and Oksidentalism as objective reality, how are they defined? Are there lingering prejudices? It should be mentioned first, that this paper wants to take a problematic position, and what is attempted here is to find the agenda of the problem. Who knows, such a position will more refer to the response and criticism that will be useful to us.[Dikalangan intelektual Islam bukan suatu yang asing akan tetapi segera akan terasakan, bahwa Orientalisme dan Oksidentalisme tidak selalu dihayati dalam citra yang sama, dipahami menurut pengertian yang sama, atau dibicarakan dengan memakai idiom-idiom yang sama. Perbedaan-perbedaan ini selain menyangkut variasi dalam aksentuasi juga melibatkan perbedaan logika, baik yang menyangkut kerangka konseptual, maupun berkenaan dengan lingkup minat dan kepentingan masing-masing. Persoalan akan timbul dan perbedaan akan terasa jika Orientalisme dan Oksidentalisme tidak sekedar dipandang sebagai suatu kajian ilmiah, tetapi dihadapkan sebagai “obyektif”. Orientalisme dan Oksidentalisme sebagai kenyataan objektif, bagaimana keduanya didefinisikan? Adakah prasangka yang membayangi? Perlu dikemukakan terlebih dahulu, bahwa tulisan ini ingin mengambil posisi problematis, dan yang diusahakan disini adalah mencari agenda persoalan. Siapa tahu, posisi yang demikian itu akan lebih mengacu respons dan kritik yang akan berguna bagi kita.]
Elit Lokal Madura: Sisi Kehidupan Kaum Blater Muh. Syamsuddin
Jurnal Lektur Keagamaan Vol 13 No 1 (2015)
Publisher : Center for Research and Development of Religious Literature and Heritage, Agency for Research and Development and Training, Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.749 KB) | DOI: 10.31291/jlk.v13i1.208

Abstract

This article is summative work of the research result of the life of Blater Community: A study of local elite in Madura. With the use of phenomenological approach, the research highlights some important findings.First, the Blater community of Sampang District is fanatic muslims. The Blater whom are socially categorized as “jagoan” (fighter), who has a particular style of life, imfact, they are able to interact and adapt to their social environment. Second, the sexual life of Blater community is socially built based on the agreement approach among them.
Character Education Values in Introduction to Islamic Studies: A Transformative Scholarly Paradigm: Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Kajian Pengantar Studi Islam: Paradigma Keilmuan Transformatif Moch. Farich Alfani; Muh. Syamsuddin; Rizki Isma Wulandari; Shaleh
Edulab : Majalah Ilmiah Laboratorium Pendidikan Vol. 9 No. 1 (2024)
Publisher : Laboratorium Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Colaboration with Persatuan Pranata Laboratorium Pendidikan Indonesia Tingkat Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/edulab.2024.91.06

Abstract

This study examines the values of character education contained in the Introduction to Islamic Studies. The values of character education are very important to facilitate students in an effort to form a noble, ethical, and berakhlaqul karimah personality. This research uses the SLR (Systematic Literature Review) method with PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses) guidelines. Data collection was carried out from the results of research that had been published in the period 2015–2023 in accredited national journals (Sinta 4, sinta 3, and Sinta 2) and internationally reputable journals. The results showed that there are several character education values in the study of Introduction to Islamic Studies, including: 1) Love to Allah SWT., the universe and its contents; 2) responsibility, discipline, and independence; 3) honest; 4) respect and courtesy; 5) compassion, care, and cooperation; 6) confident, creative, hard work, and never give up; 7) justice and leadership; 8) kindness and humility; and 9) tolerance, love of peace, and unity. Abstrak Penelitian ini mengkaji tentang nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat pada kajian Pengantar Studi Islam. Nilai-nilai pendidikan karakter sangat penting untuk memfasilitasi mahasiswa dalam upaya membentuk pribadi yang luhur, beretika, dan berakhlaqul karimah. Penelitian ini menggunakan metode SLR (Sistematik Literatur Review) dengan panduan PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta Analyses). Pengumpulan data dilakukan dari hasil penelitian yang telah dipublikasikan dalam kurun waktu tahun 2015 sampai dengan tahun 2023 pada jurnal nasional terakreditasi sinta 4, sinta 3, sinta 2 sampai dengan jurnal bereputasi internasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa nilai pendidikan karakter dalam kajian Pengantar Studi Islam, diantaranya; 1) Cinta kepada Allah SWT., semesta beserta isinya; 2) tanggung jawab, disiplin, dan mandiri; 3) Jujur; 4) Hormat dan santun; 5) Kasih Sayang, Peduli, dan Kerja sama; 6) Percaya Diri, Kreatif, Kerja Keras, dan Pantang Menyerah; 7) Keadilan dan Kepemimpinan; 8) Baik dan Rendah Hati; dan 9) Toleransi, Cinta Perdamaian, dan Persatuan.