Deshinta Dwi Asriani
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Agensi dan Negosiasi Remaja Hamil dalam Menghadapi Stigma dan Hambatan-hambatan dalam Kehidupannya di Kota Yogyakarta Fina Itriyati; Deshinta Dwi Asriani
Jurnal Studi Pemuda Vol 3, No 2 (2014): EDISI KHUSUS: Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas Anak Muda
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.379 KB) | DOI: 10.22146/studipemudaugm.32024

Abstract

Studi mengenai stigma terhadap kehamilan remaja sudah banyak dilakukan baik itu dalam konteks negara barat yang kebiasaan seksualnya (sexual mores) nya lebih terbuka dan bebas maupun di negara-negara di timur yang masih merujuk pada agama dan tradisi dalam pengaturannya. Penelitian yang dilakukan Yardley (2008) di Inggris mengenai efek dari stigma terhadap remaja hamil dan bagaimana mereka melakukan mekanisme koping untuk menyelesaikan masalahnya menunjukkan bahwa remaja hamil yang mengambil nilai positif dari proses menjadi seorang ibu muda lebih tahan terhadap tekanan dibandingkan dengan mereka yang merasa dirinya tidak berharga. Berbeda dengan Yardley, penelitian ini tidak membahas mengenai koping mekanisme remaja hamil, tetapi melihat agensi remaja yang hamil di usia sekolah dalam menghadapi hambatan struktural dan kultural dalam kehidupannya baik selama kehamilan maupun setelah menjadi seorang ibu. Dengan menggunakan teori human agency nya Martin Hewson (2010) dengan konsepnya intentionality, power dan rationality, penelitian ini mengungkap bahwa remaja yanghamil di usia sekolah bisa sekaligus mendayagunakan posisi mereka sebagai remaja di usia transisi (sebagai anak) dan sebagai ibu muda untuk menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan-keputusan dalam kehidupannya. Kedua peran sebagai anak dan sebagai orang tua ini digunakan secara bergantian untuk bisa tetap cair dan luwes dalam pergaulannya dengan teman sebaya atau peer group maupun dengan lingkungan masyarakat yang lebih luas. Penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap remaja usia 16-18 tahun ini menunjukkan bahwa kelompok terstigma tidak selalu terus menerus menyandang atribut negatif jika agensi atau individu bisa memainkan peran sebagai remaja dan sebagai ibu muda secara positif.Kata kunci: pelajar hamil, stigma, agensi, negoisasi
Agensi dan Negosiasi Remaja Hamil dalam Menghadapi Stigma dan Hambatan-hambatan dalam Kehidupannya di Kota Yogyakarta Fina Itriyati; Deshinta Dwi Asriani
Jurnal Studi Pemuda Vol 3, No 2 (2014): EDISI KHUSUS: Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas Anak Muda
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/studipemudaugm.32024

Abstract

Studi mengenai stigma terhadap kehamilan remaja sudah banyak dilakukan baik itu dalam konteks negara barat yang kebiasaan seksualnya (sexual mores) nya lebih terbuka dan bebas maupun di negara-negara di timur yang masih merujuk pada agama dan tradisi dalam pengaturannya. Penelitian yang dilakukan Yardley (2008) di Inggris mengenai efek dari stigma terhadap remaja hamil dan bagaimana mereka melakukan mekanisme koping untuk menyelesaikan masalahnya menunjukkan bahwa remaja hamil yang mengambil nilai positif dari proses menjadi seorang ibu muda lebih tahan terhadap tekanan dibandingkan dengan mereka yang merasa dirinya tidak berharga. Berbeda dengan Yardley, penelitian ini tidak membahas mengenai koping mekanisme remaja hamil, tetapi melihat agensi remaja yang hamil di usia sekolah dalam menghadapi hambatan struktural dan kultural dalam kehidupannya baik selama kehamilan maupun setelah menjadi seorang ibu. Dengan menggunakan teori human agency nya Martin Hewson (2010) dengan konsepnya intentionality, power dan rationality, penelitian ini mengungkap bahwa remaja yanghamil di usia sekolah bisa sekaligus mendayagunakan posisi mereka sebagai remaja di usia transisi (sebagai anak) dan sebagai ibu muda untuk menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan-keputusan dalam kehidupannya. Kedua peran sebagai anak dan sebagai orang tua ini digunakan secara bergantian untuk bisa tetap cair dan luwes dalam pergaulannya dengan teman sebaya atau peer group maupun dengan lingkungan masyarakat yang lebih luas. Penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap remaja usia 16-18 tahun ini menunjukkan bahwa kelompok terstigma tidak selalu terus menerus menyandang atribut negatif jika agensi atau individu bisa memainkan peran sebagai remaja dan sebagai ibu muda secara positif.Kata kunci: pelajar hamil, stigma, agensi, negoisasi
Politik Pengakuan Perempuan Dengan Disabilitas Pasca Bencana Gempa Di Yogyakarta Fina Itriyati; Deshinta Dwi Asriani
Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol 1, No 2 (2012): Dinamika Sosial dalam Masyarakat Indonesia Kontemporer
Publisher : Departemen Sosiologi Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1087.208 KB) | DOI: 10.22146/jps.v1i2.23442

Abstract

This study is a preliminary study of the politics of recognition of women with disabilities in th eaftermath of the 2006 earthquake in Bantul and Klaten, Yogyakarta and Central Java. In this preliminary study, it is found that there is transformation in the disability movement in both regions. The author would like to underline that the role of new women with disabilities affected by earthquake can encourage the transformation of the women with disabilities’ movement. These changes can be seen from all sides which before the earthquake, the discourse of women with disabilities are seen as a personal tragedy wher edisability issues are seen as an individual problem. The common approach used to deal with them is a charity activities, training services that are clinically aimed to make them as normal people and have independent lives. After the earthquake, there are a lot of DPO(Disabled People Organization) and association sfor persons with disabilities which accomodate not just those affected by the earthquake, but also all persons with disabilities who had been hidden by their families and socially marginalized. They appear to becoming out and giving a lesson to the people that the differences are common and normalization project is a choice that they have rights to refuse if it is not desired by them. In fact, they also have been able to counter the mainstream women’s movement discourse that their interests are also entitled to be accommodated in universal women’s discourse. This preliminary study which conducted by qualitative research methods withan ethnographic approach is still very early and still continuing with further research.Key words: women with disabilities, earthquake, politics of recognition, DPO (Disabled People Organization), individual and social model of disabilities