Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Experimental Study of Energy Dissipation at Baffled Chute Spillway Joko Nugroho; Indratmo Soekarno; Agung Wiyono Hadi Soeharno
Jurnal Teknik Sipil Vol 26 No 1 (2019)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jts.2019.26.1.5

Abstract

Experimental observation on a model of free over flow spillway is used in this study.  Three configurations of baffle placement are used in the experiment.  The energy along the flow over the spillway were calculated based on measured flow depth and discharge during the experiment. Variations of flow depth and discharge were determined based on baffle height as a reference.  The experiments were done in a 7 meters long flume of 0.078 m wide.  The spillway model has a dimension of 17.2 cm high, with rounded crest and 1:1 downstream slope.  There is no structures placed at the downstream of spillway.  The discharge applied to the spillway model is in the range of 0.6 to 1.8 l/s.  The experimental results shows that optimum results of energy dissipation were obtained when the flow depth is equal to the height of the baffle.  Observed energy dissipations in this is in the range of 30% to 50% upon the incoming energy of the spilled flow.  It was also observed that the length of the hydraulic jumped is reduced due to the application of baffled chute.Pengamatan eksperimental pada model pelimpah digunakan dalam penelitian ini. Tiga konfigurasi penempatan baffle digunakan dalam percobaan. Energi sepanjang aliran di atas spillway dihitung berdasarkan kedalaman aliran dan debit yang diukur selama percobaan. Variasi kedalaman aliran dan debit ditentukan berdasarkan tinggi baffle sebagai referensi. Percobaan dilakukan dalam flume 7 meter panjang lebar 0,078 m. Model spillway memiliki dimensi tinggi 17,2 cm, mercu bulat dan kemiringan hilir 1: 1. Tidak ada struktur yang ditempatkan di hilir spillway. Debit yang diterapkan pada model pelimpah berada dalam kisaran 0,6 hingga 1,8 l/s. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa hasil optimal disipasi energi diperoleh ketika kedalaman aliran sama dengan ketinggian baffle. Disipasi energi yang diamati dalam penelitian ini adalah sekitar 30% sampai 50% pada energi yang masuk dari aliran yang melalui pelimpah. Dalam eksperimen diamati bahwa panjang loncatan hidrolik berkurang karena penerapan baffle pada saluran peluncur. 
Laboratory Experiments on Mechanisms of Movement of Volcanic Materials at Various Slopes, Rain Intensity, and Thickness of Volcanic Ash F. Tata Yunita; Indratmo Soekarno; Joko Nugroho; Untung Budi Santosa
Jurnal Teknik Sumber Daya Air Desember 2022
Publisher : Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56860/jtsda.v3i1.48

Abstract

Perubahan iklim berdampak pada peningkatan intensitas dan frekuensi cuaca ekstrim dan menyebabkan potensi kejadian banjir lahar pasca erupsi semakin tinggi. Fokus penelitian terkait banjir lahar umumnya lebih mengamati fenomena banjir yang terjadi di alur sungai, sementara penelitian terkait mekanisme gerakan material vulkanik di lereng masih sangat terbatas. Pengamatan proses pembentukan aliran lahar di lereng puncak menjadi tantangan karena kondisi medan yang sulit dan berbahaya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini observasi dan pengukuran mekanisme gerakan material vulkanik lereng dilakukan dengan eksperimental model fisik skala laboratorium. Eksperimen berupa demonstrasi plot (demplot) lereng yang tertutup material vulkanik (abu vulkanik gradasi <2 mm) dilakukan dalam 36 set percobaan dengan beberapa variasi kemiringan lereng (80, 150, 200, 250), intensitas hujan (45-120 mm/jam) dan ketebalan abu vulkanik (0 cm, 1 cm, 2,5 cm, 5 cm), dimana durasi percobaan maksimal 2 jam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mekanisme pergerakan material vulkanik di lereng terjadi dalam 2 mekanisme, yaitu longsor dan erosi. Mekanisme longsor terjadi secara rotasional pada intensitas hujan antara 55-80 mm/jam, dimana pergerakan material dipicu oleh terganggunya stabilitas lereng akibat erosi di kaki lereng dan/atau meningkatnya tegangan air pori dan bobot lapisan tanah akibat infiltrasi. Mekanisme erosi diawali dengan terbentuknya galur-galur akibat adanya aliran permukaan setelah lapisan abu vulkanik di permukaan lereng jenuh, dimana intensitas hujan pemicu umumnya >80 mm/jam. Longsor tidak terjadi pada kemiringan lereng 80, sedangkan erosi dapat terjadi pada semua variasi kemiringan lereng. Lapisan abu vulkanik terbukti menghambat infiltrasi sehingga meningkatkan potensi terjadinya aliran permukaan dan erosi.