Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PERANAN ALSINTAN DALAM MENDUKUNG PROGRAM INTENSIFIKASI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI JAWA TIMUR I Ketut Tastra
Buletin Palawija No 2 (2001): Buletin Palawija No 2, 2001
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n2.2001.p30-43

Abstract

Penggunaan alsintan merupakan salah satu komponen teknologi yang mendukung upaya pencapaian sasaran program intensifikasi produksi padi,jagung dan kedelai (Gema Palagung) yang pada akhirnya diharapkan bermuara pada peningkatan pendapatan petani produsen. Untuk itu, penerapan tidak semata-mata hanya untuk mengatasi masalah kekurangan tenaga pada kegiatan usaha tani padat energi (oengolahan tanah, perontokan dan pemipilan) tetapi juga untuk menigkatkan mutu hasil (utamanya saat panen musim hujan), agar daya tawar petani dalama pemasaran hasil dapat ditingkatkan. Namun demikian, penjual jasa alsintan, bengkel alsintan, pedagang pengumpul dan KUD yang terlibat dalam pemasaran hasil hendaknya juga mendapat nilai tambah yang wajar agar keberlanjutan penerapan alsintan dapat dijamin. Pesatnya perkembangan sistem penjualan jasa perontokan dan Pemipilan di Jawa Timur merupakan salah satu contoh di mana baik petani pengguna, penjual jasa alsintan dan bengkel alsintan mendapat sama- sama keuntunganyang wajar. Sebaliknya, belum berkembangnya sistem penjualan jasa pengeringan karena dinilai kurang menguntungkan bagi penjual jasa alsintan akibat pangsa pasar yang kurang dan mobilitas alat yang rendah. Dengan demikian, meskipun secara teknis pengguna jasa pengeringan (petani) akan dapat meningkatkan mutu hasil saat panen musim hujan, namun sulit menjadi kenyataan mengingat masih kecilnya intensif harga jual atas pemenuhan standar mutu dibanding biaya jasa pengeringan, Sementara itu, perhatian pedagang pengumpul dan industri pakan masih belum cukup kuat sebagai pendorong penerapan alsintan yang lebih maju, meskipun Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) telah menetapakan batas kandungan maksimum Aflatoksin 30 ppb. Karenanya diperlukan strategi yang tepat dalam menerapkan alsintan melalui pendekatan sistem agar keberlanjutannya dapat dijamin. Peluang n=menerpakan alsintan yang lebih maju dari cara tradisional cukup besar mengingat industri pengolahan pangan dan pakan berkembang pesat di Jawa Timur. Peluang tersebut dapat diwujudkan melalui oenumbuhan hubungan kemitraan yang saling menguntungkan antar berbagai pihak(petani, KUD/penjual jasa alsintan, bengkel alsintan dan industri pengguna) yang terlibat dalam sistem agribisnis/agroindustro berbasis tanaman pangan. Untuk itu, perlu dukungan kebijakan yang menjamin.
PERANAN ALSINTAN DALAM MENDUKUNG PROGRAM INTENSIFIKASI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI JAWA TIMUR I Ketut Tastra
Buletin Palawija No 2 (2001): Buletin Palawija No 2, 2001
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (524.84 KB) | DOI: 10.21082/bul palawija.v0n2.2001.p30-43

Abstract

Penggunaan alsintan merupakan salah satu komponen teknologi yang mendukung upaya pencapaian sasaran program intensifikasi produksi padi,jagung dan kedelai (Gema Palagung) yang pada akhirnya diharapkan bermuara pada peningkatan pendapatan petani produsen. Untuk itu, penerapan tidak semata-mata hanya untuk mengatasi masalah kekurangan tenaga pada kegiatan usaha tani padat energi (oengolahan tanah, perontokan dan pemipilan) tetapi juga untuk menigkatkan mutu hasil (utamanya saat panen musim hujan), agar daya tawar petani dalama pemasaran hasil dapat ditingkatkan. Namun demikian, penjual jasa alsintan, bengkel alsintan, pedagang pengumpul dan KUD yang terlibat dalam pemasaran hasil hendaknya juga mendapat nilai tambah yang wajar agar keberlanjutan penerapan alsintan dapat dijamin. Pesatnya perkembangan sistem penjualan jasa perontokan dan Pemipilan di Jawa Timur merupakan salah satu contoh di mana baik petani pengguna, penjual jasa alsintan dan bengkel alsintan mendapat sama- sama keuntunganyang wajar. Sebaliknya, belum berkembangnya sistem penjualan jasa pengeringan karena dinilai kurang menguntungkan bagi penjual jasa alsintan akibat pangsa pasar yang kurang dan mobilitas alat yang rendah. Dengan demikian, meskipun secara teknis pengguna jasa pengeringan (petani) akan dapat meningkatkan mutu hasil saat panen musim hujan, namun sulit menjadi kenyataan mengingat masih kecilnya intensif harga jual atas pemenuhan standar mutu dibanding biaya jasa pengeringan, Sementara itu, perhatian pedagang pengumpul dan industri pakan masih belum cukup kuat sebagai pendorong penerapan alsintan yang lebih maju, meskipun Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) telah menetapakan batas kandungan maksimum Aflatoksin 30 ppb. Karenanya diperlukan strategi yang tepat dalam menerapkan alsintan melalui pendekatan sistem agar keberlanjutannya dapat dijamin. Peluang n=menerpakan alsintan yang lebih maju dari cara tradisional cukup besar mengingat industri pengolahan pangan dan pakan berkembang pesat di Jawa Timur. Peluang tersebut dapat diwujudkan melalui oenumbuhan hubungan kemitraan yang saling menguntungkan antar berbagai pihak(petani, KUD/penjual jasa alsintan, bengkel alsintan dan industri pengguna) yang terlibat dalam sistem agribisnis/agroindustro berbasis tanaman pangan. Untuk itu, perlu dukungan kebijakan yang menjamin.