Penelitian ini bermaksud mengkaji dua karakter universal feminisme olahraga (sebagai pemikiran maupun gerakan), yakni sport for all dan advokasi perempuan sebagai tahapan dalam konstruksi model indigenisasi (pribumisasi) feminisme olahraga ini di Indonesia. Analisis wacana dan konstruksi model dilakukan dengan metode heuristika yang terdiri dari kesinambungan context of justification, kritik paradigm, context of discovery, dan pengembangan kreatif alternative konsep indigenisasi feminism olahraga. Hasil penelitian ini adalah: (a) konsep sport for all memang tidak memiliki akar filsafat tersendiri di Indonesia, namun sampai saat ini berjalan sesuai yang seharusnya di mana perempuan berperan dalam berbagai ruang lingkup olahraga; (b) kasus diskriminatif keolahragaan adalah gunung es yang tersembunyi berkat penerimaan masyarakat umum atas posisi natural bahwa perempuan adalah subordinat laki-laki; (c) inilah feminisme ortodoks, yang bersandar pada argumentasi kelemahan perempuan sehingga perlu penyadaran budaya bahwa perempuan perlu dilindungi dan diposisikan setara dengan laki-laki; (d) Advokasi keolahragaan bagi perempuan selama ini dimaknai sebagai ditolaknya diskriminasi tanpa mengkonseptualisasikan lebih jauh ke arah penyadaran berkelanjutan; (e) Paradigma ortodoks ini secara bertahap dibawa ke arah postfeminisme yang bersinkretis dengan ajaran lama masyarakat dan dimassifikasi melalui berbagai cara. Inilah indigenisasi feminisme olahraga Indonesia yang ditawarkan penelitian ini.