This Author published in this journals
All Journal ProTVF
Alycia Putri
London School Of Public Relations Jakarta

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Representasi perempuan dalam kukungan tradisi Jawa pada film Kartini karya Hanung Bramantyo Alycia Putri; Lestari Nurhajati
ProTVF Vol 4, No 1 (2020): March 2020
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/ptvf.v4i1.24008

Abstract

Film menjadi sebuah media yang saat ini masih diminati khalayak. Melalui film, masyarakat dapat memahami fenomena apa yang pernah dan bahkan sedang terjadi berdasarkan kisah nyata atau hanya fiktif belaka. Film Kartini yang distutradarai oleh Hanung Bramantyo dan diperankan oleh Dian Sastrowardoyo sebagai sosok Kartini merupakan sebuah media yang menampilkan kisah nyata, berdasarkan sejarah kepada masyarakat. Film ini menggambarkan tentang kaum perempuan abad ke-19 yang tidak dapat bebas dan tidak setara dengan laki-laki. Namun yang menarik sosok Kartini digambarkan sebagai sosok perempuan yang bukan hanya tokoh emansipasi, tetapi juga memiliki jiwa revolusioner. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya film Kartini ini mampu merepresentasikan gambaran kesetaraan gender atas sosok perempuan yang berada dalam kukungan tradisi Jawa. Konsep  kesetaraan gender menjadi dasar dalam penelitian ini. Gender merupakan suatu pembeda peran, fungsi, status dan tanggungjawab antara laki-laki dengan perempuan sebagai hasil dari bentukan (konstruksi) sosial budaya yang tercipta melalui proses sosialisasi dari satu generasi ke generasi. Penelitian ini menggunakan analisis wacana Sara Mills yang memiliki fokus pada wacana mengenai feminisme; bagaimana perempuan ditampilkan dalam teks, teks yang dimaksud ialah film Kartini versi Hanung Bramantyo. Hasil penelitian ini menunjukan bagaimana sesungguhnya sebuah karya film fiksi, yang disadur dari sebuah peristiwa nyata, dengan latar belakang situasi tadisi Jawa yang penuh aturan dan kolot,  mampu memunculkan sosok perempuan yang memiliki kesadaran atas kesetaraan gender.