Steivie Karouw
Balai Penelitian Tanaman Palma

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Processing and Development of Frying Oil from Fruit of Some Varieties of Dwarf Coconut Steivie Karouw; Chandra Indrawanto
Perspektif Vol 14, No 1 (2015): Juni, 2015
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v14n1.2015.01-13

Abstract

ABSTRACTFruits of Dwarft coconut commonly are used as young tender (8 months of fruit) for fresh coconut water and raw materials in processing of some conventional products such as klapeertart and coconut jam. Recently, the mature fruit (11-12 months of fruit) are not utilized yet. It could be used as raw materials for making frying oil through heating method. It is estimated about 7.1-8.4 L of frying coconut oil can be obtained from 200 nuts of Dwarf coconut fruit. If 1.0 ha of coconut area could be planted with 200 trees of Dwarft coconut and it produced 17,500-20,500 nuts/ha/year, local price of coconut frying oil at farmer level is Rp 20,000/L, so the farmer earning could reach Rp 14,000,000-Rp 16,400,000. The oil from coconut is the healthiest oil in the world, due to its unique properties. Lauric acid, the main fatty acid in coconut oil, was proven for its beneficial effect for human health. The fruit of Dwarft coconut is easier to be harvested compared to Tall coconut, because its tree is shorter. Processing of healthy frying oil from fruit of Dwarft coconut through heating method could be apllicated in small or farmers group level.Keywords: Healthy frying oil, dwarf coconut, lauric acidPengolahan dan Peluang Pengembangan Minyak Goreng Berbagai Jenis Kelapa GenjahABSTRAKBuah kelapa genjah umumnya hanya dimanfaatkan dalam bentuk kelapa muda (umur buah 8 bulan) untuk dikonsumsi sebagai kelapa segar dan bahan baku untuk pembuatan klapertaart dan selai kelapa. Bahkan buah kelapa genjah tua (umur buah 11-12 bulan) tidak memiliki nilai ekonomi, karena tidak dapat dijual dalam bentuk kelapa butiran dan diolah lanjut menjadi kopra. Salah satu usaha diversifikasi yang dapat dilakukan, yaitu mengolah buah kelapa genjah menjadi minyak melalui pengolahan cara basah dengan metode pemanasan. Sebanyak 7,1-8,4 liter minyak kelapa dapat dihasilkan dari pengolahan 200 butir buah kelapa genjah. Diperkirakan pada lahan seluas satu ha dapat diperoleh sekitar 700-820 liter minyak kelapa. Hasil ini diperoleh dengan asumsi pada lahan seluas satu ha ditanami 200 pohon kelapa dapat memproduksi 17.500-20.500 butir/ha/tahun. Diperkirakan apabila harga jual minyak kelapa Rp 20.000/liter, maka pendapatan bruto yang diperoleh sebesar Rp 14.000.000 - Rp 16.400.000. Minyak yang diperoleh dapat digunakan sebagai minyak goreng. Minyak goreng kelapa bukanlah sekedar minyak goreng biasa, karena mengandung asam laurat yang tinggi (48-50%). Asam laurat merupakan asam lemak utama yang terdapat pada daging buah kelapa. Keunggulan pengolahan minyak kelapa berbahan baku buah kelapa Genjah yaitu tidak memerlukan tenaga pemanjat pada saat panen karena pohonnya yang pendek. Pengolahan minyak goreng sehat cara basah dengan metode pemanasan sangat sesuai dilakukan pada skala petani/kelompok tani.Kata kunci: Minyak goreng sehat, kelapa genjah, asam laurat
Perubahan Mutu Minyak Kelapa dan Minyak Sawit Selama Penggorengan STEIVIE KAROUW; CHANDRA INDRAWANTO
Buletin Palma Vol 16, No 1 (2015): Juni, 2015
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.873 KB) | DOI: 10.21082/bp.v16n1.2015.1-7

Abstract

AbstrakProses penggorengan akan menyebabkan perubahan mutu minyak akibat reaksi hidrolisis, oksidasi dan proses termal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan mutu  minyak kelapa dan minyak sawit selama penggorengan. Minyak kelapa dan minyak sawit masing-masing digunakan untuk menggoreng kentang pada suhu 170°C selama 15 menit. Minyak tersebut digunakan untuk 3 kali penggorengan. Pada akhir penggorengan dilakukan pengambilan sampel minyak untuk dievaluasi kadar air, kadar asam lemak bebas, bilangan peroksida dan bilangan TBA (Tiobarbituric acid). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum penggorengan minyak kelapa dan minyak sawit memiliki kadar air yang hampir sama, tetapi kadar asam lemak bebas, angka peroksida dan TBA minyak kelapa lebih rendah dibanding minyak sawit. Selama penggorengan minyak kelapa dan minyak sawit menunjukkan pola perubahan kadar air yang hampir sama. Pada 1 kali dan 2 kali penggorengan kadar asam lemak bebas, angka peroksida dan angka TBA minyak kelapa dan minyak sawit cenderung berfluktuasi. Pada 3 kali penggorengan minyak kelapa memiliki kadar asam lemak bebas,  angka  peroksida  dan  angka  TBA  yang  lebih  rendah  dibandingkan  minyak  sawit.  Hasil  yang  diperoleh menunjukkan   bahwa   minyak   kelapa  lebih   stabil   terhadap   reaksi   oksidasi   dibanding   minyak   sawit   selama penggorengan. Pattern of Coconut Oil and Palm Oil Quality During FryingABSTRACT Frying was a process which affected the quality of oil due to hydrolysis, oxidation and thermal reactions. The aim of the research was to study the quality pattern of coconut oil and palm oil quality during frying. The oils were utilized to fry french fries at 170°C for 15 minutes and then used in frying process for 3 times. Samples of oil were taken at the end of each frying period and analyzed for its moisture, free fatty acid, peroxide and TBA (tiobarbituric acid) values. The results showed that, coconut oil and palm oil having similary moisture content before and during frying. Otherwise free fatty acid, peroxide and TBA values at coconut oil lower then palm oil. During 1 and 2 times of frying period these two oils showed fluctuation in free fatty acid, peroxide and TBA values. During 3 times of frying, coconut oil contained free fatty acid, peroxide and TBA value lower than palm oi. Thus, we consider that coconut oil was more stable to oxidation compared to palm oil during frying
Karakteristik Virgin Coconut Oil dengan Metode Sentrifugasi pada Dua Tipe Kelapa STEIVIE KAROUW; CHANDRA INDRAWANTO; MARIA L KAPU’ALLO
Buletin Palma Vol 15, No 2 (2014): Desember, 2014
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bp.v15n2.2014.128-133

Abstract

Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan minyak berkualitas tinggi yang diekstraksi dari daging buah kelapa. Penelitian bertujuan mengetahui rendemen VCO yang diolah dengan cara sentrifugasi menggunakan buah dari kelapa Genjah Salak dan kelapa Dalam Mapanget serta karakteristik VCO yang dihasilkan dari variasi cara pengadukan. Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu pengolahan VCO menggunakan daging buah kelapa Genjah Salak dan kelapa Dalam Mapanget. Jenis kelapa yang menghasilkan VCO paling banyak selanjutnya digunakan untuk tahap yang kedua, yaitu pengolahan VCO menggunakan hand mixer dan pengaduk mekanis. Hasil penelitian diperoleh bahwa daging buah dari kelapa Genjah Salak tidak sesuai digunakan sebagai bahan baku untuk proses pengolahan VCO dengan cara sentrifugasi. Pengadukan mekanis menghasilkan rendemen VCO 13,5% dibandingkan dengan hand mixer hanya 8,01%. VCO yang diekstraksi dari daging buah kelapa Dalam Mapanget dengan cara sentrifugasi memiliki sifat fisikokimia (warna, bau, bilangan peroksida, kadar air, bilangan iod dan bilangan penyabunan) serta profil asam lemak yang sesuai dengan standar APCC. Kata kunci: VCO, jenis kelapa, rendemen, sifat fisikokimia, profil asam lemak.ABSTRACTProperties of Virgin Coconut Oil Using Fruit from Two Types of Coconut Through Sentrifugation MethodVirgin Coconut Oil (VCO) was a high quality coconut oil, which was extracted from fresh coconut kernel. The objective of the research is to evaluate the yield of VCO processed through sentrifugation using kernel of Dwarf Salak and Mapanget Tall coconut fruit and properties of VCO made by variation of stiring methods.The research was conducted in two activities, the first step was processing of VCO by using coconut kernel from Genjah Dwarf and Mapanget Tall coconut fruit. The type of coconut obtained the higher yield of VCO was then used for the next step. The second step was to observe effect of different method of stiring on the yield of VCO. The VCO was then measured for its physychochemical properties and fatty acids profile. The results showed that the kernel of Salak Dwarf coconut was not suitable for raw materials on processing of VCO by sentrifugation method. The mechanical stiring obtained higher yield of VCO arround 13,5% compared to hand mixer was 8.01%. The VCO extracted from fruit of Mapanget Tall having physychochemical properties (colour, flavor, peroxide value, moisture, iodin value and saponification value) and fatty acids profile according with APCC standard Keywords: VCO, coconut types, yield, physychochemical properties, fatty acids.
Processing and Development of Frying Oil from Fruit of Some Varieties of Dwarf Coconut Steivie Karouw; Chandra Indrawanto
Perspektif Vol 14, No 1 (2015): Juni, 2015
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v14n1.2015.01-13

Abstract

ABSTRACTFruits of Dwarft coconut commonly are used as young tender (8 months of fruit) for fresh coconut water and raw materials in processing of some conventional products such as klapeertart and coconut jam. Recently, the mature fruit (11-12 months of fruit) are not utilized yet. It could be used as raw materials for making frying oil through heating method. It is estimated about 7.1-8.4 L of frying coconut oil can be obtained from 200 nuts of Dwarf coconut fruit. If 1.0 ha of coconut area could be planted with 200 trees of Dwarft coconut and it produced 17,500-20,500 nuts/ha/year, local price of coconut frying oil at farmer level is Rp 20,000/L, so the farmer earning could reach Rp 14,000,000-Rp 16,400,000. The oil from coconut is the healthiest oil in the world, due to its unique properties. Lauric acid, the main fatty acid in coconut oil, was proven for its beneficial effect for human health. The fruit of Dwarft coconut is easier to be harvested compared to Tall coconut, because its tree is shorter. Processing of healthy frying oil from fruit of Dwarft coconut through heating method could be apllicated in small or farmers group level.Keywords: Healthy frying oil, dwarf coconut, lauric acidPengolahan dan Peluang Pengembangan Minyak Goreng Berbagai Jenis Kelapa GenjahABSTRAKBuah kelapa genjah umumnya hanya dimanfaatkan dalam bentuk kelapa muda (umur buah 8 bulan) untuk dikonsumsi sebagai kelapa segar dan bahan baku untuk pembuatan klapertaart dan selai kelapa. Bahkan buah kelapa genjah tua (umur buah 11-12 bulan) tidak memiliki nilai ekonomi, karena tidak dapat dijual dalam bentuk kelapa butiran dan diolah lanjut menjadi kopra. Salah satu usaha diversifikasi yang dapat dilakukan, yaitu mengolah buah kelapa genjah menjadi minyak melalui pengolahan cara basah dengan metode pemanasan. Sebanyak 7,1-8,4 liter minyak kelapa dapat dihasilkan dari pengolahan 200 butir buah kelapa genjah. Diperkirakan pada lahan seluas satu ha dapat diperoleh sekitar 700-820 liter minyak kelapa. Hasil ini diperoleh dengan asumsi pada lahan seluas satu ha ditanami 200 pohon kelapa dapat memproduksi 17.500-20.500 butir/ha/tahun. Diperkirakan apabila harga jual minyak kelapa Rp 20.000/liter, maka pendapatan bruto yang diperoleh sebesar Rp 14.000.000 - Rp 16.400.000. Minyak yang diperoleh dapat digunakan sebagai minyak goreng. Minyak goreng kelapa bukanlah sekedar minyak goreng biasa, karena mengandung asam laurat yang tinggi (48-50%). Asam laurat merupakan asam lemak utama yang terdapat pada daging buah kelapa. Keunggulan pengolahan minyak kelapa berbahan baku buah kelapa Genjah yaitu tidak memerlukan tenaga pemanjat pada saat panen karena pohonnya yang pendek. Pengolahan minyak goreng sehat cara basah dengan metode pemanasan sangat sesuai dilakukan pada skala petani/kelompok tani.Kata kunci: Minyak goreng sehat, kelapa genjah, asam laurat