Joesron Alie Syahbana
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KEBERTAHANAN KAWASAN PERKAMPUNGAN PEDAMARAN SEMARANG Dhyah Puspita Dewi; Joesron Alie Syahbana
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 1 (2015): Februari 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.611 KB)

Abstract

Setiap kota besar biasanya mempunyai suatu kawasan yang masih mempertahankan kebudayaannya sebelumnya, baik fisik berupa bentuk bangunan yang masih tradisional maupun non fisik yaitu kegiatan-kegiatan yang sejak zaman dahulu dilakukan masih dilakukan. Kawasan tersebut sering disebut dengan kampung. Kampung berbeda dengan desa, salah satunya ialah lokasi desa yang berada di luar kota sedangkan kampung berada di dalam kota. Oleh karena itu, kampung memiliki masalah yang lebih pelik daripada desa. Secara keseluruhan, permasalahan yang dihadapi oleh Kawasan Perkampungan Pedamaran Semarang ialah banjir, drainase yang buruk, padat akan bangunan, kumuh dan tingginya angka kemiskinan. Masalah utama sendiri ialah masalah kemiskinan dan banjir. Namun, walaupun dihadang masalah demikian, kampung ini masih eksis. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui apa yang membuat Kampung Pedamaran di Kota Semarang bertahan hingga saat ini. Adapun metode yang digunakan ialah kualitatif desktriptif, dengan mengkaji karakteristik kampong melalui konsep elemen perancangan kota, mengkaji aspek fisik dan aspek non fisik kawasan. Pengumpulan data difokuskan kepada observasi lingkungan dan wawancara terhadap narasumber yang dianggap mengerti benar keadaan Kampung Pedamaran. Berdasarkan proses penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat dilihat bahwa yang membuat kampung dapat bertahan dari berbagai permasalahan terutama terhadap banjir dan kemiskinan adalah oleh karena keadaan sosial kampung yang baik, dan karena kemudahan dalam mencari nafkah.
Pengembangan Permukiman Pemulung di Kawasan TPA Jatibarang, Kota Semarang Anissa Fitriana Aida; Joesron Alie Syahbana
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 3 (2014): Agustus 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398.793 KB)

Abstract

Perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan menghubungkan fakta serta menciptakan solusi dengan menggunakan asumsi. Adanya kegiatan perencanaan diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang ada dalam suatu kota. Salah satunya mengenai permasalahan permukiman kumuh. Khususnya permukiman kumuh pemulung yang tak layak huni dengan bangunan yang terbuat dari bahan non permanen seperti yang terletak pada kawasan pembuangan akhir sampah (TPA) Jatibarang, Semarang. Untuk mampu mengatasi permasalahan permukiman kumuh, dibutuhkan suatu perencanaan yang dapat menjawab secara objektif. Maka, dibutuhkan rencana penyediaan rumah sederhana layak huni bagi pemulung yang mampu meningkatkan taraf hidup pemulung. Rencana ini harus dilakukan dengan benar oleh pemerintah dengan memperhatikan kebutuhan dana dan lahan. Penggunaan metode “top down” atau perencanaan “dari atas” paling tepat diterapkan karena kondisi pemulung sebagai minoritas yang kurang diperhatikan dari pemerintah sehingga membutuhkan dibutuhkan peran pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Pemerintah memiliki tanggung jawab dan peran paling penting untuk menangani masalah ini yang tentu saja harus didukung oleh beberapa pihak tak terkecuali pemulung sendiri. Hasil dari kegiatan ini adalah menyediakan lokasi rumah yang layak untuk tempat tinggal pemulung namun tetap dekat dengan lokasi bekerja yaitu 4 km dari kawasan TPA Jatibarang. Rumah yang dibutuhkan dibangun dengan bahan bangunan yang kokoh seperti batu kali, batu bata, kayu dan genting, memiliki kelengkapan sanitasi atau MCK, akses air bersih dengan sumur dan listrik yang disediakan PLN. Rumah dapat disewa dengan harga Rp 90.000 per minggu. Lingkungan sosial sekitar rumah menyajikan kedekatan sosial sehingga mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dikembangkan untuk para pemulung di kawasan TPA Jatibarang Semarang melalui pengelolaan sampah.