Supriyono Supriyono
Departemen Teknik Sipil Jl. Prof.H. Soedarto,SH. Tembalang. Semarang. 50275

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

UJI PERBANDINGAN KUALITAS HOTMIX DENGAN ASPAL HASIL SUMUR MINYAK TUA SECARA KONVENSIONAL DENGAN ASPAL PERTAMINA PENETRASI 60/70 Muhammad Rizaldi Kresna Raharja; Fernanda Asali; Supriyono Supriyono; Bagus Hario Setiadji
Jurnal Karya Teknik Sipil Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Publisher : Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.286 KB)

Abstract

Pada tugas akhir ini, penelitian aspal diambil mengenai perbandingan kualitas Hotmix aspal dengan sample aspal minyak tua yang diolah secara konvensional dari daerah Kabupaten Grobogan dan aspal Pertamina penetrasi 60/70. Pedoman utama dalam penelitian aspal ini adalah berdasarkan SNI 8135 : 2015 dan RSNI M-01-2003. Dari hasil penelitian diperoleh aspal Pertamina penetrasi 60/70 memiliki nilai penetrasi 71, titik lembek aspal 52 ˚C, titik nyala dan titik bakar 286 ˚C, daktilitas 110 cm, kelarutan aspal dengan CCL4 99,33%, dan berat jenis bitumen 1,043 gr/cc, sedangkan aspal sumur minyak tua memiliki nilai penetrasi 390, titik lembek aspal 36 ˚C, titik nyala dan titik bakar 51 ˚C, daktilitas 0 cm, kelarutan aspal dengan CCL4 92,67%, dan berat jenis bitumen 1,0177 gr/cc. Sehingga aspal Pertamina penetrasi 60/70 memenuhi syarat aspal penetrasi 60/70, sedangkan aspal sumur minyak tua tidak masuk ke dalam standart spesifikasi aspal penetrasi 200/300. Nilai penetrasi yang tinggi, nilai daktilitas yang rendah, dan nilai kelarutan aspal dengan CCL4 yang rendah dipengaruhi oleh prosentase senyawa C11H12D6O yang rendah, sehingga untuk meningkatkan kekakuan aspal sumur minyak tua perlu dilakukan penambahan prosentase senyawa C11H12D6O. Nilai Kalium pada aspal sumur minyak tua yang rendah mengakibatkan titik lembek aspal rendah, sehingga aspal sumur minyak tua perlu ditambahkan Kalium untuk meningkatkan nilai titik lembek. Nilai titik nyala dan titik bakar aspal sumur minyak tua yang rendah dipengaruhi oleh banyaknya senyawa pengotor yang mudah terbakar seperti oksigen, parafin, dan minyak, maka perlu dilakukan pemisahan kandungan senyawa pengotor pada aspal sumur minyak tua. Pada pengujian Marhsall, dengan menggunakan aggregat halus dan aggregat kasar sama yang memenuhi syarat berat jenis agregat, penyerapan agregat, abrasi agregat, dan Impact Test diperoleh kadar aspal optimum untuk aspal Pertamina penetrasi 60/70 sebesar 5,7%, sedangkan aspal sumur minyak tua tidak ditemukan kadar aspal optimumnya. Oleh karena itu, aspal sumur minyak tua lebih cocok untuk lapis pondasi jika dilakukan penambahan nilai prosentase senyawa C11H12D6O, sehingga nilai penetrasinya maksimal 200.
EVLUASI GRADASI AGREGAT PADA CAMPURAN AC-WC MENGGUNAKAN TEORI FRACTAL Indira Ginting; Alfin Marpaung; Bagus Hario; Supriyono Supriyono
Jurnal Karya Teknik Sipil Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Publisher : Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (649.22 KB)

Abstract

Kerusakan jalan di Indonesia umumnya disebabkan oleh pembebanan yang berlebihan akibat pertumbuhan jumlah kendaraan yang tinggi. Selain karena faktor beban, perkerasan itu sendiri merupakan hal utama yang mempengaruhi kerusakan jalan. Agregat berperan penting dalam pembentukan lapis perkerasan karena merupakan komponen utama dari campuran aspal yaitu 80% dari volume, dan 95% dari berat total campuran. Gradasi adalah salah satu sifat agregat yang mempengaruhi kekuatan perkerasan. Teori fractal digunakan untuk menggambarkan secara kuantitatif kompleksitas geometris dan kemampuan mengisi ruang suatu objek tertentu yang diharapkan mampu mengoptimalkan kinerja campuran. Pada penelitian ini, jenis campuran yang digunakan adalah aspal beton (AC-WC). Campuran AC-WC dibuat dengan gradasi yang berbeda, yaitu; gradasi yang memiliki persentase lolos saringan mendekati spesifikasi batas atas, tengah, dan bawah. Setiap gradasi dianalisis nilai fractalnya dan didapatkan nilai fractal 2,5420 untuk gradasi atas, 2,4998 untuk gradasi tengah, dan 2,4113 untuk gradasi bawah. Semakin besar nilai fractal, maka semakin banyak jumlah fraksi agregat halus. Setiap gradasi dibuat benda uji, dan diuji marshall. Dari hasil pengujian, dilakukan kembali perhitungan dengan menggunakan simulasi secara matematis untuk mendapatkan nilai VIM yang sesuai dengan persyaratan, yaitu 3%-5%. Dapat disimpulkan bahwa nilai fractal gradasi atas yang memiliki karakteristik rongga udara memenuhi spesifikasi berkisar antara 2,5419 sampai 2,5422, gradasi tengah berkisar antara 2,4997 sampai 2,4998, dan gradasi bawah berkisar 2,4111 sampai 2,4115.