Naniek Utami Handayani
Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik UNDIP

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Analisis Repair Policy dan Preventive Maintenance pada Mesin KDS 800 PT. Phapros Adi Luhung Pekerti; Naniek Utami Handayani
Industrial Engineering Online Journal Vol 5, No 2 (2016): Wisuda April Tahun 2016
Publisher : Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (440.49 KB)

Abstract

PT. Phapros merupakan perusahaan yang bergerak dibidang farmasi dengan berbagai jenis produk obat. Dari sekian banyak mesin pada kegiatan produksinya, mesin packaging merupakan mesin yang paling sering digunakan salah satunya adalah mesin KDS 800 yang berfungsi untuk pengepakan obat jenis strip yang merupakan jenis obat yang paling banyak digunankan pada PT. Phapros, sehingga dirasa perlu untuk melakukan kebijakan perawatan mesin yang optimal untuk menjaga kondisi mesin tetap pada kondisi prima, namun menurut data historis perusahaan mesin KDS 800 sering mengalami breakdown yang mengakibatkan kegiatan packaging produk terganggu dan mengakibatkan cost yang harus ditanggung oleh perusahaan, sehingga departemen maintenance merasa perlu untuk mengkaji kebijakan perawatan mesin KDS 800 apakah telah sesuai kebutuhan atau terdapat kesalahan sehingga mengakibatkan performa mesin menjadi tidak optimal dan rawan breakdown, Metode perawatan mesin yang paling sering digunakan adalah kebiajakan preventive maintenance dan preventive maintenance, dan tak jarang kedua kebiajakn ini digabung untuk mendapatkan hasil yang lebih baik 
ANALISIS RANTAI PASOK PADA PENGADAAN OBAT DI RUMAH SAKIT (STUDI KASUS: RSU PURI ASIH SALATIGA) Eldinda Sazida Permatasari; Hery Suliantoro; Naniek Utami Handayani
Industrial Engineering Online Journal Vol 5, No 2 (2016): Wisuda April Tahun 2016
Publisher : Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.025 KB)

Abstract

The price of drugs in Indonesia is still relatively expensive in both the government and private sectors. A survey conducted in 2004 showed that the price of patented drugs in Indonesia is 22 to 26 times higher than the International Reference Price (IRP). As for generic drugs, though cheaper than patented drugs, still, the price is still nine times higher than the IRP. To overcome these problems, the government facilitated the procurement of generic drugs by using the e-catalogue. But not all hospitals can purchases drugs through the the e-catalogue, some still using the conventional methods to supply the needs of medicine where the prices is more expensive than the prices of the e-catalogue. The case studies carried out in RSU Puri Asih Salatiga, and selection of items examined using Kraljic Portfolio Matrix. After doing research, the selected item that is on strategic items is Omeprazole. The price difference is due to different contract system, in the conventional way, the contract made between the Hospital and the PBF, while the e-catalogue way, contracts made directly to the pharmaceutical factory through the facilities of LKPP. In the future, the conventional way must be abandoned, because through the e-catalogue, procurement is more efficient, thereby reducing time and costs. ABSTRAKHarga obat di Indonesia masih tergolong mahal baik di sektor pemerintah maupun swasta. Survey yang dilakukan pada tahun 2004 menunjukan bahwa obat paten di Indonesia harganya 22 sampai 26 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan International Reference Price (IRP). Sedangkan untuk obat generik, walaupun harganya lebih murah daripada obat paten, tetap saja harganya masih sembilan kali lipat dibandingkan IRP. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, saat ini pemerintah memfasilitasi pengadaan obat generik dengan menggunakan sistem e-catalogue. Tetapi tidak semua rumah sakit dapat melakukan pembelian obat melalui fasilitas e-catalogue, beberapa rumah sakit masih menggunakan cara konvensional untuk pengadaan kebutuhan obat dimana harga beli dengan cara konvensional lebih mahal dibandingkan harga e-catalogue. Studi kasus dilakukan di RS Puri Asih Salatiga, dan pemilihan item diteliti menggunakan Kraljic Portofolio Matrix. Setelah dilakukan penelitian, item yang terpilih adalah item yang berada pada strategic item yaitu Omeprazole. Terjadinya perbedaan harga tersebut dikarenakan sistem kontrak yang berbeda, pada cara konvensional kontrak dilakukan antara Rumah Sakit dan PBF, sedangkan cara e-catalogue, kontrak dilakukan secara langsung kepada pabrik farmasi melalui fasilitas dari LKPP. Kedapannya cara konvensional harus ditinggalkan, karena melalui e-catalogue pengadaan semakin efisien sehingga mengurangi waktu dan biaya.
Analisis Rantai Pasok Pengadaan Bahan Medis Habis Pakai (Studi Kasus : RS Puri Asih Salatiga) Intan Novita Dewi; Hery Suliantoro; Naniek Utami Handayani
Industrial Engineering Online Journal Vol 5, No 2 (2016): Wisuda April Tahun 2016
Publisher : Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (520.593 KB)

Abstract

Sebagai negara dengan pendapatan menengah, biaya kefarmasian di Indonesia termasuk tinggi baik di sektor publik maupun swasta. Biaya pelayanan kefarmasian di Indonesia salah satunya adalah bahan medis habis pakai. Bahan medis habis pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk sekali pakai (single use) dan digunakan untuk menunjang proses pengobatan. Harga bahan medis habis pakai yang beredar di Indonesia bervariasi, tapi perlu dipertanyakan jika terjadi perbedaan harga beli untuk barang yang sama. Ditemukan perbedaan harga beli bahan medis habis pakai antara dua rumah sakit yang menggunakan sistem pengadaan konvensional dan sistem pengadaan e-catalogue. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui rantai pasok bahan medis habis pakai kedua sistem pengadaan yang berada pada kuadran strategic. Setelah diteliti dengan metode Kraljic Portfolio Matrix, bahan medis yang terpilih adalah disposable syringe 5cc. Hasil dari penelitian ini adalah rantai pasok sistem pengadaan e-catalogue lebih pendek dibandingkan sistem pengadaan konvensional.   ABSTRACTAs a middle-income countries, pharmaceutical cost in Indonesia is high in both public and private sectors. One of pharmaceutical services cost in Indonesia is disposable medical device. Disposable medical device are medical devices intended for single-use and are used to support the treatment process. The price of disposable medical devices in Indonesia may varies, but it should be a concern if there is different price for the same product. There are difference price of disposable medical devices between two hospitals that use conventional procurement system and e-catalogue procuremnet system.  This study is conducted to determine the supply chain of disposable medical devices from the two procurement systems that is in the strategic quadrant. From the study with Kraljic Portfolio Matrix methods, disposable medical devices chosen are disposable syringe 5cc. Results from this study is the supply chain procurement of e-catalogue system is shorter than conventional procurement system.