Ryan Halleyantoro
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

EVALUASI PROGRAM PEMBERANTASAN KECACINGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI PUSKESMAS ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG SEMARANG Shaura Ladayna Isma; Sudaryanto Sudaryanto; Ryan Halleyantoro
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.339 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20700

Abstract

Latar Belakang Kecacingan merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing golongan STH yaitu  Ascaris lumbricoides(A. lumbricoides), Trichuris trichura (T. trichura), dan cacing tambang, yaitu: Necatoramericanus (N. americanus), dan Ancylostoma duodenale (A. duodenale). Saat ini masyarakat dunia maupun di Indonesia cukup banyak yang terjangkit penyakit kecacingan. Indonesia telah menetapkan program untuk memberantas penyakit kecacingan. Program pembertantasan kecacingan dilaksanakan melalui program puskesmas. Salah satu Puskesmas yang menerapkan program tersebut adalah Puskesmas Rowosari.Tujuan Mengetahui kesesuaian program pemberantasan kecacingan dengan buku pedoman pemberantasan kecacingan oleh Dinas Kesehatan Republik IndonesiaMetode Deskriptif dengan pendekatan kuantitatif menggunakan metode wawancara dan pemeriksaan laboratorium, serta data pendukung dari puskesmas dan sekolah berupa data kegiatan penyuluhan, Data infeksi kecacingan sebelumnya, pemberian obat. Sampel penelitian ini adalah siswa sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Rowosari.Hasil Program pemberantasan kecacingan  sesuai dengan buku pedoman pemberantasan kecacingan. Dinilai berdasarkan pada keseluruhan sampel di dapatkan hasil negatif, tingkat pengetahuan sedang dan kebiasaan hidup bersih baik. Terdapat data  penyuluhan , data infeksi kecacingan sebelumnya tidak ada yang terinfeksi kecacingan, dan pemberian obat cacing berupa albendazole dengan dosis 400 mg telah dilaksanakan secara rutin.  .Kesimpulan Program pemberantasan kecacingan sesuai dengan buku pedoman oleh Dinas Kesehatan Republik Indonesia.
PERBANDINGAN PEMERIKSAAN TINJA ANTARA METODE SEDIMENTASI BIASA DAN METODE SEDIMENTASI FORMOL-ETHER DALAM MENDETEKSI SOIL-TRANSMITTED HELMINTH Marieta Puspa Regina; Ryan Halleyantoro; Saekhol Bakri
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (367.735 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20696

Abstract

Latar Belakang: Penggunaan metode pemeriksaan tinja yang memiliki sensitivitas dan spesifitas tinggi terhadap Soil Transmitted-Helminth sangat penting untuk deteksi dini infeksi tersebut. Metode sedimentasi yang menggunakan prinsip perbedaan berat jenis merupakan alternatif bagi metode natif yang adalah gold standard untuk pemeriksaan tinja kualitatif.Tujuan: Mengetahui perbandingan pemeriksaan tinja antara metode sedimentasi biasa dan metode sedimentasi Formol-Ether dalam mendeteksi Soil-Transmitted Helminth.Metode: Uji diagnostik dengan sampel penelitian adalah sampel tinja siswa kelas IV sampai VI SDN I, II, III Gringsing, Batang, Jawa Tengah dan persediaan tinja Laboratorium Parasitologi FK Undip yang status serta tingkat infeksinya tidak diketahui sebelumnya. Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Parasit Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Pemeriksaan dilakukan dengan metode natif, sedimentasi biasa dan sedimentasi Formol-Ether.Hasil: Terdapat 24 sampel positif terinfeksi STH dari 61 sampel tinja yang diperiksa. Spesies yang paling banyak terdeteksi adalah Ascaris lumbricoides. Metode yang paling banyak mendeteksi STH adalah metode natif (21 sampel). Metode sedimentasi Formol-Ether memiliki sensitivitas lebih tinggi dari metode sedimentasi biasa (71,43% vs 66,67%) namun tidak terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) sehingga metode sedimentasi Formol-Ether tidak memprediksi nilai positif lebih besar daripada metode sedimentasi biasa. Metode sedimentasi Formol-Ether adalah metode yang paling baik digunakan sebagai alternatif pengganti metode natif.Kesimpulan: Metode sedimentasi Formol-Ether sama baik dalam mendeteksi STH dengan metode sedimentasi biasa, dan metode sedimentasi Formol-Ether paling baik digunakan sebagai pengganti natif.
PERBANDINGAN PREVALENSI INFEKSI Blastocystis hominis PADA ANAK DENGAN DIARE DAN TIDAK DIARE DI RANDUDONGKAL Anita Carolina; Ryan Halleyantoro; Dian Puspita Dewi
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.171 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23293

Abstract

Latar belakang: Blastocystis hominis merupakan protozoa usus anaerob yang hidup di dalam usus hewan maupun manusia, yang sering dijumpai di daerah tropis dan subtropis. Blastocystosis bukan merupakan infeksi oportunistik karena banyak ditemukan di usus, namun terdapat pula yang mengatakan bahwa Blastocystis hominis merupakan salah satu protozoa usus yang menyebabkan terjadinya diare. Tujuan: Untuk mengetahui adanya perbedaan kejadian infeksi Blastocystis hominis pada anak dengan diare dan tidak diare. Metode: Pengambilan sampel akan dilakukan di Randudongkal. Waktu penelitian berlangsung pada bulan April-September 2018. Proses diagnosis menggunakan metode pewarnaan Trikrom akan dilakukan di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode Chi square untuk mengetahui adanya perbedaan kejadian infeksi Blastocystis hominis pada anak dengan diare dan tidak diare. Hasil: Infeksi Blastocystis hominis pada anak dengan diare sebesar 12% dengan hasil analisis didapatkan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05). Sanitasi lingkungan terhadap kasus terinfeksi Blastocystis hominis dan tanpa Blastocystis hominis didapatkan perbedaan tidak bermakna. Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara infeksi Blastocystis hominis pada anak dengan diare dan tidak diare.Kata kunci: Blastocystis hominis, diare