Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

KESESUAIAN TIPE TENSIMETER PEGAS DAN TENSIMETER DIGITAL TERHADAP PENGUKURAN TEKANAN DARAH PADA USIA DEWASA Yossi Eriska; Ari Adrianto; Edwin Basyar
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.851 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.16031

Abstract

Latar Belakang : Tekanan darah dan denyut nadi merupakan hal yang sangat penting dalam bidang kesehatan pada umumnya dan khususnya di bidang Kedokteran, karena tekanan darah maupun denyut nadi merupakan faktor yang dapat dipakai sebagai indikator untuk menilai sistem kardiovaskular seseorang. Tekanan darah diukur dalam milimeter air raksa (mmHg), dan dicatat sebagai dua nilai yang berbeda yaitu tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Untuk mengukur tekanan darah, dapat menggunakan tensimeter. Kesesuaian tensimeter dalam pengukuran tekanan darah sangatlah penting untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pengukuran tekanan darah.Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya kesesuaian tipe tensimeter digital dan tensimeter pegas terhadap pengukuran tekanan darahMetode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observational analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional. Sampel diambil secara simple random sampling dari Maret hingga April 2016. Pengambilan data didapat dari 50 subjek dengan melakukan 3 kali pengukuran setiap subjek. Kemudian data dianalisis menggunakan uji kesesuaian.Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan nilai kappa tekanan darah sistolik menggunakan tensimeter pegas dan tensimeter digital adalah κ=0.855 , menunjukkan adanya konsistensi kesesuian antara kedua alat istimewa atau cukup tinggi. Hasil nilai kappa tekanan darah diastolik menggunakan tensimeter pegas dan tensimeter digital adalah κ=0.737, menunjukkan adanya konsistensi kesesuaian antara kedua alat baik.Kesimpulan : Terdapat kesesuaian tipetensimeter digital dan tensimeter pegas dalam pengukuran tekanan darah.
PENGARUH LETAK TENSIMETER TERHADAP HASIL PENGUKURAN TEKANAN DARAH Yudha Adidarma Marhaendra; Edwin Basyar; Ari Adrianto
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.303 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.16032

Abstract

Latar Belakang : Tekanan darah merupakan salah satu dari tanda-tanda vital yang digunakan seorang dokter sebagai landasan untuk mendiagnosa dan menerapi seorang pasien. Pengukuran darah yang akurat sangat dibutuhkan dalam mengevaluasi status hemodinamik pasien dan mendiagnosa penyakit. Tekanan darah diukur dalam milimeter air raksa (mmHg), dan dicatat sebagai dua nilai yang berbeda yaitu tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolic. Dewasa ini peneliti menemukan berbagai macam tensimeter, seperti tensimeter dinding dan tensimeter standing portable, yang mana kedua tensimeter tersebut letaknya tidak sejajar dengan jantung.Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh letak tensimeter terhadap tekanan sistolik dan tekanan diastolik darahMetode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik menggunakan desain cross-sectional. Subjek penelitian sebanyak 50 mahasiswa berusia 20-22tahun. Dilakukan pengukuran dengan letak tensimeter sejajar jantung dan diatas jantung masing-masing sebanyak 3 kali, diambil nilai rata-rata hasil pengukuran kemudian data diolah dengan menggunakan uji t berpasanganHasil Penelitian : Hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut: Tekanan darah sistolik antara letak tensimeter sejajar jantung vs diatas jantung (111,88 ± 12,91 vs 111,68 ± 11,86 mmHg) dan : Tekanan darah distolik antara letak tensimeter sejajar jantung vs diatas jantung (65,38 ± 6,64 vs 65,06 ± 6,8 mmHg). Dari hasil uji t berpasangan didapatkan hasil 0,835 untuk tekanan sistolik, dan didapatkan hasil 0,649 untuk tekanan diastolik, dimana keduanya menunjukan hasil yang tidak bermakna (p>0,05)Kesimpulan : Tidak ada pengaruh letak tensimeter terhadap tekanan sistolik dan diastolik darah.
KESESUAIAN TERMOMETER INFRAMERAH DENGAN TERMOMETER AIR RAKSA TERHADAP PENGUKURAN SUHU AKSILA PADA USIA DEWASA MUDA (18-22 TAHUN) Muhamad Wartono; Buwono Puruhito; Ari Adrianto
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.785 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21471

Abstract

Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, pengukuran suhu tubuh yang telah ada saat ini dalam pengaplikasiannya membutuhkan waktu yang relatif cepat dan nyaman. Pengaplikasian tersebut tidak lepas dari perkembangan teknologi saat ini sehingga muncul jenis termometer baru, yaitu termometer inframerah. Namun, dalam penggunaannya perlu adanya kesesuaian dengan termometer pendahulunya, yaitu termometer raksa. Berdasarkan penelitian sebelumnya, termometer inframerah telah dilakukan uji kesesuaian dengan termometer digital dan hasilnya masih menunjukkan batas kesalahan cukup besar. Oleh karena itu, termometer inframerah perlu dilakukan uji kesesuaian dengan termometer raksa.Tujuan Mengetahui kesesuaian tipe termometer inframerah dan termometer raksa terhadap pengukuran suhu aksila pada usia dewasa muda (18-22 tahun).Metode Penelitian cross sectional dilaksanakan di gedung B lantai 1 ruang BBDM di bulan Juni 2017 dengan sampel penelitian sebanyak 32 mahasiswa (n=32). Pengukuran suhu dilakukan sebanyak 3 kali untuk tiap termometer inframerah dan termometer raksa pada tiap sampel. Uji korelasi yang digunakan adalah uji Interclass Correlation Coefficient (ICC) for Absolute Agreementyang dianggap sangat baik apabila nilai ICC ≥ 0,8.Hasil Pada penelitian didapatkan nilai rerata suhu tubuh dengan menggunakan termometer inframerah dan termometer raksa sebesar 37,09 ± 0,470C dan 36,34 ± 0,410C. Hasil analisis menunjukkan rata‐rata kesepakatan antar rater sebesar 0,400 (40%) sedangkan untuk satu orang rater konsistensinya adalah 0,250 (25%) yang menunjukkan konsistensi kesesuaian antara kedua alat “kurang dari sedang” sesuai dengan interpretasi nilai ICC.Kesimpulan Terdapat ketidaksesuaian termometer raksa dengan termometer inframerah terhadap pengukuran suhu aksila pada usia dewasa muda (18-22 tahun).
KESESUAIAN TERMOMETER DIGITAL DENGAN TERMOMETER AIR RAKSA DALAM MENGUKUR SUHU AKSILA PADA DEWASA MUDA Indah Dayanti Darwis; Edwin Basyar; Ari Adrianto
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.735 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21493

Abstract

Latar Belakang : Evaluasi suhu tubuh merupakan salah satu metode diagnostik tertua yang dikenal dan masih merupakan tanda penting untuk mengetahui status kesehatan seseorang, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bidang medis. Termometer air raksa yang merupakan gold standar dalam pengukuran suhu sudah banyak ditinggalkan karena bahaya merkuri yang merugikan bagi manusia dan digantikan dengan termometer digital yang lebih ramah lingkungan.Tujuan : Membuktikan adanya kesesuaian termometer digital dengan termometer air raksa dalam mengukur suhu aksila pada dewasa muda.Metode : Sebanyak 32 orang subyek penelitian dipilih secara simple random sampling dan dilakukan pengukuran suhu aksila secara bersamaan menggunakan termometer digital dan termometer air raksa sebanyak tiga kali pengukuran untuk setiap subyek. Data hasil pengukuran kemudian dianalisis statistik menggunakan uji Intraclass Correlation Coefficient (ICC) for Absolute Agreement.Hasil : Rerata suhu aksila menggunakan termometer digital yaitu 36,02  0,49 dan rerata suhu menggunakan termometer air raksa yaitu 36,34  0,41. Hasil uji kesesuaian menggunakan ICC didapatkan kesesuaian derajat sedang (ICC = 0,550).Kesimpulan : Terdapat kesesuaian derajat sedang antara termometer digital dan termometer air raksa dalam mengukur suhu aksila pada dewasa muda.
KESESUAIAN TIPE TENSIMETER AIR RAKSA DAN TENSIMETER PEGAS TERHADAP PENGUKURAN TEKANAN DARAH PADA USIA DEWASA Rosinondang Deolita Simamora; Edwin Basyar; Ari Adrianto
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.835 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18633

Abstract

Latar Belakang: Sistem sirkulasi dalam tubuh disusun oleh banyak faktor salah satunya tekanan darah. Tekanan darah dibedakan menjadi tekanan sistolik  dan diastolik. Tekanan darah dapat diukur dengan alat tensimeter. Tensimeter air raksa telah digunakan menjadi gold standart untuk pengukuran tekanan darah. Namun terdapat masalah utama dalam penggunaan tensimeter ini yaitu bahwa air raksa merupakan salah satu dari tiga unsur yang beracun di bumi, sehingga dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan. Sebagai alternatif, beberapa institusi mulai beralih dari tensimeter air raksa ke tensimeter pegas.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya kesesuaian tipe tensimeter air raksa dan tensimeter pegas terhadap pengukuran tekanan darah.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian uji kesesuaian alat dengan rancangan penelitian cross-sectional menggunakan uji reliabilitas Cohen Kappa. Pengambilan data didapat dari 50 subjek dengan melakuan 3 kali pengukuran setiap subjek.Hasil: Rerata tekanan sistolik tensimeter air raksa 108,22 dan tensimeter pegas 108,4, sedangkan untuk tekanan diastolik tensimeter air raksa 73,92 dan tensimeter pegas 72,66. Uji reliabilitas menunjukkan bahwa kesesuaian tekanan sistolik kedua alat tersebut yaitu sangat baik (κ = 0,872) dan kesesuaian tekanan diastolik yaitu baik (κ = 0,629).Kesimpulan: Terdapat kesesuaian antara tipe tensimeter air raksa dan tensimeter pegas sehingga kedua alat tersebut dapat digunakan untuk saling menggantikan satu sama lain dalam pengukuran tekanan darah.
Navigating a Rare Entity: Pancreatic Lipomatosis in a 34-Year-Old Female Without Classical Risk Factors – A Case Report Ezra Gunadi; Ari Adrianto
Bioscientia Medicina : Journal of Biomedicine and Translational Research Vol. 9 No. 8 (2025): Bioscientia Medicina: Journal of Biomedicine & Translational Research
Publisher : HM Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37275/bsm.v9i8.1352

Abstract

Background: Pancreatic lipomatosis (PL), characterized by the replacement of pancreatic acinar tissue with mature adipose cells, is an uncommon condition with an etiology that is often not fully understood. It is frequently identified incidentally during imaging studies. The aim of this case report is to contribute to and advance the clinical understanding of this exceedingly rare and atypical presentation of pancreatic lipomatosis. Case presentation: This report details the case of a 34-year-old female who presented for evaluation of nonspecific, intermittent epigastric discomfort. Her medical history was devoid of significant illnesses, alcohol abuse, or known genetic conditions predisposing to pancreatic disorders. Comprehensive laboratory evaluations, encompassing serum amylase, lipase, liver function tests, lipid profile, and HbA1c, yielded results entirely within normal parameters. Abdominal computed tomography (CT) imaging revealed a striking diffuse, homogeneous fatty replacement of the entire pancreatic parenchyma, a hallmark of total pancreatic lipomatosis. Importantly, there was no evidence of pancreatic ductal dilatation, calcifications, or any discrete pancreatic masses. The patient's management was conservative, involving lifestyle counseling and scheduled periodic monitoring for the potential, though infrequent, development of complications such as exocrine pancreatic insufficiency or secondary diabetes mellitus. Conclusion: This case distinctly illustrates the occurrence of extensive pancreatic lipomatosis in a young, otherwise healthy female lacking classical risk factors. The pivotal role of cross-sectional imaging, specifically CT, in accurately diagnosing this benign condition is emphasized, which is crucial for averting misdiagnosis and precluding unnecessary invasive interventions. Enhanced awareness among clinicians is vital for appropriate patient counseling, the implementation of conservative management strategies, and diligent long-term monitoring for any potential metabolic or functional sequelae.
Navigating a Rare Entity: Pancreatic Lipomatosis in a 34-Year-Old Female Without Classical Risk Factors – A Case Report Ezra Gunadi; Ari Adrianto
Bioscientia Medicina : Journal of Biomedicine and Translational Research Vol. 9 No. 8 (2025): Bioscientia Medicina: Journal of Biomedicine & Translational Research
Publisher : HM Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37275/bsm.v9i8.1352

Abstract

Background: Pancreatic lipomatosis (PL), characterized by the replacement of pancreatic acinar tissue with mature adipose cells, is an uncommon condition with an etiology that is often not fully understood. It is frequently identified incidentally during imaging studies. The aim of this case report is to contribute to and advance the clinical understanding of this exceedingly rare and atypical presentation of pancreatic lipomatosis. Case presentation: This report details the case of a 34-year-old female who presented for evaluation of nonspecific, intermittent epigastric discomfort. Her medical history was devoid of significant illnesses, alcohol abuse, or known genetic conditions predisposing to pancreatic disorders. Comprehensive laboratory evaluations, encompassing serum amylase, lipase, liver function tests, lipid profile, and HbA1c, yielded results entirely within normal parameters. Abdominal computed tomography (CT) imaging revealed a striking diffuse, homogeneous fatty replacement of the entire pancreatic parenchyma, a hallmark of total pancreatic lipomatosis. Importantly, there was no evidence of pancreatic ductal dilatation, calcifications, or any discrete pancreatic masses. The patient's management was conservative, involving lifestyle counseling and scheduled periodic monitoring for the potential, though infrequent, development of complications such as exocrine pancreatic insufficiency or secondary diabetes mellitus. Conclusion: This case distinctly illustrates the occurrence of extensive pancreatic lipomatosis in a young, otherwise healthy female lacking classical risk factors. The pivotal role of cross-sectional imaging, specifically CT, in accurately diagnosing this benign condition is emphasized, which is crucial for averting misdiagnosis and precluding unnecessary invasive interventions. Enhanced awareness among clinicians is vital for appropriate patient counseling, the implementation of conservative management strategies, and diligent long-term monitoring for any potential metabolic or functional sequelae.