Marijo Marijo
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

KORELASI ANTARA PANJANG LENGAN DAN TUNGKAI DENGAN KECEPATAN RENANG GAYA BEBAS 50 METER (STUDI PADA KLUB RENANG SPECTRUM SEMARANG) Choiria Mulyawati; Marijo Marijo; Darmawati Ayu Indraswari
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.913 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20847

Abstract

Latar Belakang: Renang merupakan olahraga yang paling baik untuk menyelamatkan jiwa dikarenakan dapat membangun kepercayaan diri secara menyeluruh, dan juga merupakan olahraga rileks maupun mengolah tubuh. Dalam perlombaan renang, kecepatan merupakan komponen yang dinilai. Kecepatan renang sendiri dipengaruhi oleh berbagai macam faktor salah satunya adalah struktur anatomi tubuh perenang. Struktur anatomi tubuh perenang yang dapat mempengaruhi kecepatan renang seseorang diantaranya adalah panjang lengan, panjang tungkai, dan tinggi badan.Tujuan: Mengetahui hubungan panjang lengan dan tungkai terhadap kecepatan renang 50 meter.Metode: Penelitian observasional analitik dengan rancangan belah lintang dilaksanakan di GOR Manunggal Jati Semarang. Subyek penelitian ini adalah 17 atlet renang klub Spectrum Semarang (n=17). Pengukuran panjang lengan dan tungkai dilakukan dengan menggunakan mistar gulung, sedangkan kecepatan renang diukur menggunakan stopwatch dengan lintasan 50 meter. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji hipotesis Spearman dan regresi linier berganda.Hasil: Pada penelitian didapatkan data panjang lengan dengan rerata 49.44±6.09 cm; data panjang tungkai dengan rerata 75.47±8.56 cm; dan data kecepatan renang 50 meter dengan rerata 1.22±1.99 ms-1. Uji korelasi Spearman antara panjang lengan dengan kecepatan renang menunjukkan korelasi positif yang bermakna (r=0.880; p=0.000). Uji korelasi Spearman antara panjang tungkai dengan kecepatan renang menunjukkan korelasi positif yang bermakna (r=0.881; p=0.000). Uji regresi linier berganda antara panjang lengan dan tungkai dengan kecepatan renang menunjukkan korelasi positif (R=0.873; R2=0.762).Kesimpulan: Terdapat korelasi antara panjang lengan dan tungkai dengan kecepatan renang 50 meter.
THE EFFECT OF PLYOMETRICS TRAINING ON LEG MUSCLE STRENGTH OF MEDICAL STUDENTS IN DIPONEGORO UNIVERSITY Nur Azzahra Permata Putri Ismail; Edwin Basyar; Darmawati Ayu Indraswari; Marijo Marijo
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (382.913 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i4.25864

Abstract

Introduction : Strength is the ability to excert force, which can resist external resistance and its purpose as a basis for human movements. Strength also can be a standard for measuring someone’s performance. Plyometrics training known as an exercise that can increased muscle strength. Great muscle strength can lead to great muscle endurance so that the person will become healthier and will not get tired easily. However, there’s still no further study that measured leg muscle strenght on medical students after given plyometrics training treatment. Methods : Intervention of the study was plyometrics training for 6 weeks. This study was a quasi-experimental with pre-test (before training), middle-test (after four weeks training), and post-test (after six weeks training). The subjects were 28 (15 to 25-year old) male medical students of Diponegoro University divided into 2 groups with 14 samples for each group: control group and treatment group. Muscle strength were measured by leg dynamometer. The results were analyzed using SPSS. Results : The muscle strength which measured by leg dynamometer improved among subjects who did plyometrics training. The significant results (P = <0,05) found on middle-test and post-test proved that plyometrics training affects the enhancement of leg muscle strength. Conclusions : Plyometrics training for 6 weeks proved to increase leg muscle strength of medical students in Diponegoro University.Keywords: Plyometrics Training, Strength, Leg Dynamometer
THE EFFECT OF PLYOMETRICS TRAINING ON EXPLOSIVE POWER OF MEDICAL STUDENTS IN DIPONEGORO UNIVERSITY Pramatama Andhika Sunarso Pandoyo; Darmawati Ayu Indraswari; Marijo Marijo; Yuriz Bakhtiar
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 9, No 3 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro )
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (546.773 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v9i3.27495

Abstract

Introduction : Explosive power are the combination maximum strength and maximum velocity. High value of muscle strength and velocity can lead to good measurement of explosive power. Plyometrics training known as an exercise that can increased explosive power. This exercise is really popular among athletes and has proven to increase their explosive power. However, there’s still no further study that measured explosive power on medical students after given plyometrics training treatment. Methods : Quasi experimental study of plyometrics training has done for 6 weeks to medical students Diponegoro University. 28 subjects was divide into 2 groups : plyometrics training (as treatment group) and control group (as non-treatment group). Vertical jump test score was measurement in pre-test, middle-test, and post-test. The explosive power measured by vertical jump test. The results were analyzed by SPSS software. Results : The explosive power improved among subjects in plyometrics treatment group. During the plyometrics treatment, vertical jump was singnificantly increase during treatment in pre-test to mid-test (35.93 cm to 49,21 cm ; P : <0.001) and mid-test to post-test measurement (49.21 cm to 54.21 cm ; P : <0.001). Vertical jump score significantly increase in plyometrics group compare to control group ; on middle-test (<0.001 vs 0.344 ; P 0.019) and post-test (<0.001 vs 729 ; P 0.001) measurement respectively. Conclusions : Plyometrics training improved lower limb explosive power in male medical students of Diponegoro University. This is marked by significantly increase among subjects in plyometrics treatment group.Keywords: Plyometrics Training, Explosive Power, Vertical Jump Test
PERBEDAAN NILAI VO2MAX ANTARA ATLET CABANG OLAHRAGA PERMAINAN DAN BELA DIRI Herlina Dini Nugraheni; Marijo Marijo; Darmawati Ayu Indraswari
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (359.406 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18580

Abstract

Latar Belakang: Hal yang mendasar dari kebugaran jasmani yaitu daya tahan kardiorespirasi. Salah satu cara untuk menilai daya tahan kardiorespirasi seseorang yaitu dengan mengukur nilai VO2max. VO2max mengukur kapasitas jantung, paru, dan darah untuk mengangkut oksigen ke otot yang bekerja dan mengukur penggunaan oksigen oleh otot selama latihan. Seseorang yang memiliki nilai VO2max lebih tinggi mampu berlatih lebih intensif.Tujuan: Mengetahui perbedaan nilai VO2max antara atlet cabang olahraga permainan dan bela diri.Metode: Penelitian menggunakan desain belah lintang. Subjek penelitian adalah 60 atlet laki-laki usia 14-18 tahun dari cabang olahraga bola voli, bola basket, taekwondo, dan karate. Subjek penelitian terdiri atas empat kelompok dengan jumlah 15 orang pada masing-masing kelompok. Data karakteristik yang diambil yaitu usia dan lama latihan. Pengukuran nilai VO2max menggunakan metode multistage fitness test. Data kemudian diolah menggunakan uji Saphiro-Wilk dan uji t tidak berpasangan.Hasil: Rerata nilai VO2max pada atlet cabang olahraga bola voli adalah 40,84 ml/kg/mnt, bola basket 42,15 ml/kg/mnt, taekwondo 35,39 ml/kg/mnt, dan karate 34,25 ml/kg/mnt. Rerata nilai VO2max pada cabang olahraga permainan adalah 41,49 ml/kg/mnt dan bela diri 34,82 ml/kg/mnt. Terdapat perbedaan yang bermakna nilai VO2max antara atlet cabang olahraga permainan dan bela diri dengan p<0,01.Kesimpulan: Nilai VO2max atlet olahraga permainan lebih tinggi daripada bela diri. 
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBERIAN MINUMAN ISOTONIK DAN JUS PISANG TERHADAP DAYA TAHAN OTOT SELAMA AKTIVITAS LARI 30 MENIT Fadli Mardian; Marijo Marijo; Darmawati Ayu Indraswari
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.877 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14424

Abstract

Latar belakang : Pemberian cairan sangat penting untuk mengalirkan zat gizi dan oksigen menuju otot skelet untuk menghasilkan energi saat berolahraga. Minuman isotonik merupakan salah satu cara untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang sehingga tubuh terhindar dari dehidrasi dan memperpanjang daya tahan otot. Selain itu, pisang merupakan sumber karbohidrat dan elektrolit yang efektif digunakan untuk mempertahankan daya tahan otot. Namun, belum ada penelitian yang membandingkan efektivitas antara pemberian minuman isotonik dan jus pisang terhadap daya tahan otot selama aktivitas lari 30 menit.Tujuan : Membandingkan efektivitas antara pemberian minuman isotonik dan jus pisang terhadap daya tahan otot selama aktivitas lari 30 menit.Metode : Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental quasi bersifat komparatif dengan rancangan pre-test dan post-test. Subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dengan rentang usia 18-24 tahun (n=16). Subjek penelitian menjalani tiga perlakuan, yaitu tanpa minuman, minuman isotonik, dan jus pisang. Daya tahan otot ditentukan dengan mengukur jarak tempuh lari selama 30 menit. Pemberian minuman isotonik dan jus pisang dilakukan pada menit 0, 10, dan 20 dengan masing-masing sebanyak 150 ml.Hasil : Rerata total pada kelompok sebelum diberi perlakuan adalah 4194,63 ± 401,592 m, sedangkan rerata total setelah diberi minuman isotonik dan jus pisang lebih tinggi dibanding sebelum diberi perlakuan yaitu secara berurutan sebesar 4590,56 ± 459,499 m dan 4546,421±689,742 m. Uji statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna pada kelompok dengan perlakuan minuman isotonik dan jus pisang dengan p= 0,048.Kesimpulan : Didapatkan hasil yang bermakna bahwa efektivitas jus pisang lebih baik dibandingkan minuman isotonik terhadap daya tahan otot selama aktivitas lari 30 menit.