Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi yang menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu dari lima tujuan utama pada pembelajaran matematika. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan upaya meningkatkan mutu proses pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru matematika kelas VIII di SMPN 14 Banjarmasin bahwa siswa sangat jarang disajikan soal berbentuk masalah. Sehingga kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kurang terlatih dan perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa salah satunya menggunakan model pembelajaran Means End Analysis (MEA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa, hambatan-hambatan, serta peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada penerapan model pembelajaran Means End Analysis (MEA). Penelitian ini dirancang dan dilaksanakan dalam dua siklus menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berkolaborasi dengan Bapak Muhammad Azhari, M.Pd. selaku guru mata pelajaran matematika kelas VIII di SMPN 14 Banjarmasin. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-F yang berjumlah 32 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan lembar observasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik statistik deskriptif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) aktivitas siswa pada siklus I berada pada kualifikasi cukup baik dan pada siklus II berada pada kualifikasi sangat baik. (2) Hambatan-hambatan pada penerapan model pembelajaran MEA adalah (a) sulitnya memberikan bimbingan secara merata kepada setiap kelompok siswa, (b) siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah yang rendah memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan masalah sehingga menyebabkan alokasi waktu pembelajaran kurang efisien; (c) tidak mudah menyajikan masalah yang relevan dengan kemampuan pemecahan masalah siswa. (3) Terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada penerapan model pembelajaran Means End Analysis (MEA).