Ilyas Ilyas
Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Karakteristik Muatan dan Sifat Fisikokimia Tanah pada Ultisol dan Andisol di Lahan kering Aceh Besar Mulkan Kautsar; Ilyas Ilyas; Sufardi Sufardi
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 3, No 2 (2018): Mei 2018
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (605.374 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v3i2.7498

Abstract

Abstrak.  Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik muatan dan sifat fisikokimia tanah pada Ultisol dan Andisol di lahan kering di Aceh Besar dengan menggunakan metode deskriptif pada jenis tanah Ultisol yang berasal dari Jantho dan Andisol dari Saree. Parameter yang di analisis yaitu kadar air, tekstur, pH, kapasitas tukar kation (KTK), kation dapat dipertukarkan (Ca-dd, Mg-dd, K-dd, Na-dd), kejenuhan basa, kapasitas tukar anion (KTA), C-organik, kemasaman dapat dipertukarkan (Al dan H), pH0, P-retensi dan pH NaF. Hasil penelitian menunjukan bahwa Ultisol dan Andisol di lahan kering Aceh Besar termasuk kedalam liat aktifitas rendah (LAR) yang ditandai dengan KTK efektif 12 cmol kg-1. Karakteristik muatan pada Ultisol Jantho dan Andisol Saree mempunyai muatan neto negatif dan bermuatan variabel. Penurunan C-organik dengan bertambahnya kedalaman tanah pada Ultisol dan Andisol diikuti oleh penurunan pH0, P-retensi, dan Al-dd. Upaya untuk meningkatkan muatan negatif pada Ultisol dan Andisol yaitu dengan meningkatkan pH atau menurunkan muatan titik nol tanah melalui pemberian bahan organik atau bahan yang mempunyai pH0 yang rendah seperti kompos, terak baja, batuan fosfat, bokashi sekam padi, dan abu terbang batubara. Characteristics of Charge and Soil Physicochemical Properties of Ultisol and Andisol in Dry land of Aceh BesarAbstract. This study aims to examine the characteristics of charge and physicochemical properties of Ultisol and Andisol in dry land of Aceh Besar using descriptive methods in Ultisol from Jantho and Andisol from Saree. Parameters analyzed are water content, texture, pH, cation exchange capacity (CEC), exchangeable cations (Ca-dd, Mg-dd, K-dd, Na-dd), base saturation, anion exchange capacity (AEC), C-organic, acidity exchangeable (Al and H), pH0, P-retention and NaF pH. The results showed that Ultisol and Andisol in dry land of Aceh Besar included in the low activity clay (LAC) characterized by effective CEC 12 kg-1. Characteristics of charge in  Ultisol Jantho and Andisol Saree have a negative charge and variable charge. Decrease in C-organic by increasing the depth of soil in Ultisol and Andisol followed by decreased pH0, P-retention, and Al-dd. Efforts to increase the negative charge on Ultisol and Andisol by increasing the pH or decreasing the zero point of charge of the soil through giving of organic matter or materials that have a low pH0 such as compost, steel slag, rock phosphate, Bokashi rice husk and coal fly ash. 
Perbandingan Sifat Kimia pada Tanah Hutan dan Kebun Kelapa Sawit (Elaies guineensis jacq) di Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Ade Baihaki; Zuraida Zuraida; Ilyas Ilyas
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 2 (2019): Mei 2019
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.714 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v4i2.11007

Abstract

Abstrak.  Tanaman kelapa sawit memerlukan lahan yang cukup luas untuk dapat menghasilkan jumlah produksi yang tinggi. Hal ini berdampak terhadap pembukaan lahan hutan di beberapa daerah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan sifat kimia pada tanah tersebut sehingga dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan maupun usaha-usaha konservasinya. Berdasarkan hasil penelitian pada lahan hutan dan kebun kelapa sawit yang berjenis tanah Ultisol terdapat perbedaan nyata kandungan bahan kimia yang diamati yaitu pH, C-organik, P-total, Al-dd, Fe, dan KB, dan tidak ada perbedaan nyata terhadap kandungan N-total, P-tersedia, K-dd, dan KTK. Comparison of Chemical Properties in Forest Land and Palm Oil Gardens (Elaies guineensis jacq) in Beutong Sub-District Nagan Raya RegencyAbstract. Palm oil plants require large enough land to produce high amounts of production. This has an impact on clearing forest land in several regions in Indonesia. This study aims to determine the comparison of the chemical properties of the soil so that it can be used as a reference in the management and conservation efforts. Based on the results of research on forest land and oil palm plantations which are of the type of Ultisol soil there are significant differences in the content of chemicals observed, namely pH, organic C, P-total, Al-dd, Fe, and KB, and there is no significant difference in N content -total, P-available, K-dd, and CEC. 
Pengaruh Waktu Inkubasi Kapur dan Abu Sekam Terhadap Perubahan Beberapa Sifat Kimia Ultisol Wirza Emaliana; Munawar Khalil; Ilyas Ilyas
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 2, No 4 (2017): November 2017
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (408.318 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v2i4.5517

Abstract

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh waktu inkubasi kapur dan abu sekam terhadap perubahan beberapa sifat kimia Ultisol dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial yang dilakukan pada tanah yang sama, dengan 2 bahan yang berbeda yaitu kapur dan abu sekam. Dosis diberikan sebanyak 4 taraf dan diulang 4 kali sehingga terdapat 8 perlakuan dan 32 satuan percobaan dengan waktu inkubasi selama 2, 4 dan 6 minggu. Untuk melihat perbedaan hasil perlakuan digunakan uji F dan dilanjutkan dengan uji (BNT0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama inkubasi kapur dan abu sekam maka kemasaman tanah (pH), Kapasitas Tukar Kation (KTK), P-tersedia semakin meningkat dan Al-dd semakin menurun. Inkubasi 6 minggu merupakan waktu yang tepat untuk menaikkan pH, KTK dan meningkatkan P-tersedia, kecuali pada pH pemberian abu sekam waktu yang tepat adalah inkubasi 4 minggu. Sedangkan Al-dd pada inkubasi 2 minggu kapur dan abu sekam sudah hilang dan tak terukur. Dapat disimpulkan bahwa, kapur dolomit dan abu sekam pada Ultisol memberikan perbedaan yang sangat nyata pada pH, P-tersedia, KTK dan Al-dd. The Effect of Incubation Time of Calcium and Husk Ash on Changes in Some Chemical Properties of UltisolAbstract. This study aims to examine the effect of incubation time of calcium and husk ash on changes in some chemical properties of Ultisol by using a non-factorial Completely Randomized Design (RAL) performed on the same soil, with 2 different materials which were calcium and husk ash. The dose was given 4 levels and repeated 4 times so that there were 8 treatments and 32 experimental units with incubation time for 2, 4 and 6 weeks. To see the differences of treatment result, F test continued with test (BNT0,05) were used. The results showed that the longer incubation of calsium and husk ash acidity (pH), Cation Exchange Capacity (CEC) and P-available increased and Al-dd decreased. The 6 weeks incubation was the exact time to increase pH, CEC and increase P-available, except the exact time for pH of husk ash, i.e which was 4 weeks incubation. While Al-dd on 2 weeks incubation, calcium and husk ash had been disappeared and immeasurable. It can be concluded that dolomite calcium and husk ash on Ultisol showed a very significant difference in pH, P-available, CEC and Al-dd. 
Efek Aplikasi Biochar Tempurung Kelapa Terhadap Sifat Kimia Ultisol dan Pertumbuhan Jagung (Zea mays) Ghofi Yudha Rifki; Ilyas Ilyas; Munawar Khalil
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 3 (2022): Agustus 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (726.417 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i3.20880

Abstract

Abstrak. Ultisol di Indonesia memiliki sebaran luas mencapai 45.794.000 ha atau 25% total luas daratan di Indonesia. Ultisol memiliki beberapa masalah seperti derajat kemasaman yang tinggi, bahan organik yang rendah, defisiensi unsur hara penting seperti N, P, K, Ca, Mg dan Mo, dan kelarutan Al, Fe dan Mn yang tinggi. Dari permasalahan tersebut maka diberikan pembenah tanah berupa biochar tempurung kelapa. Biochar dapat bermanfaat sebagai bahan pembenah tanah, mengurangi keasamaan tanah dan meningkatkan kualitas lahan pertanian. Untuk melihat efektifas dalam pembenah tanah maka digunakan tanaman sebagai indikator yang dapat diamati, maka dipilihlah tanaman jagung sebagai indikator. Penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian biochar tempurung kelapa terhadap perubahan sifat kimia ultisol dan pertumbuhan jagung (zea mays). Penelitian ini menggunakan pola Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial, yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuannya yaitu: Kontrol (B0), 5 ton/ha (B1), 15 ton/ha (B2), dan 25 ton/ha (B3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi biochar tempurung kelapa berpengaruh terhadap sifat kimia Ultisol seperti C-organik dan K tersedia, dan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman pada perlakuan 25 ton/ha. C-organik meningkat dari 1,46 % menjadi 1,93 % dan K tersedia meningkat dari 1,62 mg/kg menjadi 8,77 mg/kg.Effect of Coconut Shell Biochar Application on Ultisol Chemical Properties and Corn Growth (Zea mays)Abstract. Ultisols in Indonesia have an area of 45,794,000 ha or 25% of the total land area in Indonesia. Ultisols have several problems such as high acidity, low organic matter, deficiency of essential nutrients such as N, P, K, Ca, Mg and Mo, and high solubility of Al, Fe and Mn. From these problems, a soil enhancer in the form of coconut shell biochar was given. Biochar can be useful as a soil amendment, reduce soil acidity and improve the quality of agricultural land. To see the effectiveness in improving the soil, plants are used as indicators that can be observed, then corn is chosen as an indicator. This study was to determine the effect of coconut shell biochar on changes in the chemical properties of ultisol and the growth of corn (zea mays). This study used a non-factorial randomized block design (RAK) pattern, which consisted of 4 treatments and 5 replications. The treatments were: Control (B0), 5 tons/ha (B1), 15 tons/ha (B2), and 25 tons/ha (B3). The results showed that the application of coconut shell biochar affected the chemical properties of Ultisol such as C-organic and available K, and also affected plant height growth at 25 tons/ha treatment. C-organic increased from 1.46% to 1.93% and available K increased from 1.62 mg/kg to 8.77 mg/kg.
Status dan Kendala Kesuburan Tanah pada Lahan Tegalan dan Kebun Campuran di Kecamatan Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Ayuni Winazira; Ilyas Ilyas; Sufardi Sufardi
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 6, No 2 (2021): Mei 2021
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.841 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v6i2.16950

Abstract

Abstrak. Lahan kering di Indonesia terutama di Aceh memiliki potensi yang sangat tinggi, namun umumnya lahan kering memiliki status kesuburan tanah rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status dan kendala kesuburan tanah pada lahan kering di Kecamatan Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yang difokuskan pada dua tipe penggunaan lahan kering yaitu penggunaan lahan kebun campuran dan tegalan/tanaman semusim. Parameter yang diukur dalam penelitian ini  meliputi: pH, C-organik, P2O5, K2O, P tersedia, K-dd, Ca-dd, Mg-dd, Na-dd, Al-dd, KTK dan KB. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan lahan kebun campuran termasuk kedalam kriteria status kesuburan tanah rendah sedangkan tegalan tergolong ke dalam kriteria dengan status kesuburan tanah sedang.  Faktor penghambat yang menjadi kendala kesuburan tanah pada kering di Kecamatan Blang Bintang yaitu rendahnya kandungan C-organik dan kejenuhan basa (KB) tanah. Selain itu, nilai pH tanah yang tergolong masam hingga agak masam juga menjadi salah satu kendala kesuburan tanah pada lahan kering Kecamatan Blang Bintang.  Status and Constraints of Soil Fertility in Dry land and mixed garden  in Blang Bintang Aceh BesarAbstract. Dry land in Indonesia, especially in Aceh, has very high potential, but generally dry land has low soil fertility status. This study aims to determine the status and constraints of soil fertility on dry land in Blang Bintang District, Aceh Besar District, Aceh Province. This research was conducted using a descriptive method that focused on two types of dry land use, namely mixed garden land use and moor/seasonal crops. The parameters measured in this study included: pH, C-organic, P2O5, K2O, available P, K-dd, Ca-dd, Mg-dd, Na-dd, Al-dd, CEC and KB. Based on the results of the study, the use of mixed garden land was included in the criteria for low soil fertility status, while moor was included in the criteria with moderate soil fertility status. Inhibiting factors that become an obstacle to soil fertility in dry areas in Blang Bintang District are the low content of C-organic and alkaline saturation (KB) of the soil. In addition, the pH value of the soil which is classified as acidic to slightly acidic is also an obstacle to soil fertility in the dry land of Blang Bintang District.
Pengaruh Pemberian Kompos Trembesi terhadap Perubahan Sifat Kimia Tanah Inceptisol dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays) Maulidia AR; Ilyas Ilyas; Yadi Jufri
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 8, No 1 (2023): Februari 2023
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/jimfp.v8i1.22771

Abstract

Abstrak. Inceptisol merupakan tanah yang baru berkembang, memiliki tekstur yang beragam dari kasar hingga halus, tergantung pada tingkat pelapukan bahan induknya (Munir,1996). Secara umum, Inceptisol memiliki kesuburan tanah yang relatif rendah, namun dapat ditingkatkan jika menggunakan upaya yang tepat dengan cara penambahan bahan organik seperti kompos trembesi dan eco farming. Sampah daun trembesi dapat terurai secara alami, namun membutuhkan waktu yang lama, untuk mempercepat proses dekomposisi maka dapat ditambahkan eco farming sebagai bioaktivator. Eco farming mengandung unsur hara lengkap dan bakteri positif yang dapat meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman, seperti tanaman jagung. Produksi rata-rata jagung saat ini masih tergolong rendah sehingga pemenuhan kebutuhan jagung terus meningkat. Sehingga perlu dilakukan percobaan pemberian pupuk kompos trembesi dan pupuk hayati untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kompos trembesi dan pupuk hayati terhadap sifat kimia tanah Inceptisol serta pertumbuhan jagung. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial, terdiri dari 7 perlakuan dan 3 ulangan. Adapun perlakuannya yaitu (K0):kontrol, (K1):Kompos trembesi 0,5 t ha-1 + eco farming 250 ml polybag-1, (K2):Kompos trembesi 1 t ha-1 + eco farming 250 ml polybag-1, (K3):Kompos trembesi 1,5 t ha-1 + eco farming 250 ml polybag-1, (K4):Kompos trembesi 10 t ha-1, (K5):Kompos trembesi 20 t ha-1, dan (K6):Kompos trembesi 30 t ha-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bahan organik berpengaruh nyata terhadap pH tanah namun berpengaruh tidak nyata terhadap sifat kimia tanah lain yang dicoba dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 15 HST dan 30 HST namun berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang.  Effect of Trembesi Compost on Changes in Chemical Properties of Inceptisol Soil and Corn Plant Growth (zea mays)Abstarct. Inceptisols are newly developed soils, have textures that vary from coarse to fine, depending on the level of weathering of the parent material (Munir, 1996). In general, Inceptisols have relatively low soil fertility, but can be increased if using the right efforts by adding organic matter such as trembesi compost and eco farming. Trembesi leaf waste can decompose naturally, but it takes a long time, to speed up the decomposition process, eco farming can be added as a bioactivator. Eco farming contains complete nutrients and positive bacteria that can increase soil fertility and plant growth, such as corn. The average production of corn is still relatively low so that the fulfillment of corn needs continues to increase. So it is necessary to experiment with the application of trembesi compost and biological fertilizers to determine the effect of giving trembesi compost and biological fertilizers on the chemical properties of Inceptisol soil and the growth of maize. This study used a non-factorial randomized block design (RAK), consisting of 7 treatments and 3 replications. The treatments are (K0):control, (K1):Trembesi compost 0,5 t ha-1 + eco farming 250 ml polybag-1, (K2):Trembesi compost 1 t ha-1 + eco farming 250 ml polybag-1, (K3):Trembesi compost 1,5 t ha-1  + eco farming 250 ml polybag-1, (K4):Compost trembesi 10 t ha-1, (K5):Compost trembesi 20 t ha-1, and (K6 ):Compost trembesi 30 t ha-1. The results showed that the application of organic matter had a significant effect on soil pH but had no significant effect on the chemical properties of other soils tested and had a significant effect on plant height 15 DAP and 30 DAP but had no significant effect on stem diameter.