Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : jurnal abdimas saintika

PENDAMPINGAN KADER KESEHATAN JIWA (KASERWA) DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN JIWA MELALUI TERAPI FAMILY PSIKOEDUKASI PADA MASA NEW NORMAL DI KELURAHAN KORONG GADANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS KURANJI PADANG Dian Rahmi; Rikayoni Rikayoni
Jurnal Abdimas Saintika Vol 3, No 2 (2021): November Jurnal Abdimas Saintika
Publisher : Stikes Syedza Saintika Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30633/jas.v3i2.1237

Abstract

Dalam UU RI No. 18 Tahun 2014 Bab I Pasal 3 tentang Kesehatan Jiwa, dijelaskan bahwaupaya kesehatan jiwa bertujuan menjamin setiap orang dapat mencapai kualitas hidup yangbaik, menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan dan gangguanlain yang dapat mengganggu kesehatatan jiwa (Kemenkes, 2014). Kesehatan jiwa menurutWHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia,mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima orang lain sebagaimana seharusnyaserta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.Tujuan dari program ini untukmemberi dukungan terhadapanggota keluarga dalam mengurangi beban keluarga terutamabeban fisik dan mental dalam merawat klien gangguan jiwa untuk waktu yang lama. KegiatanFamily Psychoeducation (FPE) ini dipandang perlu dilakukan mengingat masih adanya kasuspemasungan, penelantaran, diskriminasi serta bentuk-bentuk perilaku negatif yang di alami olehpenderita gangguna jiwa Hasil pemberian FPE dapat mengurangi beban keluarga baik secarafisik maupun psikis serta dapat merubah sikap serta perilaku keluarga dalam merawat anggotakeluarga yang mengalami gangguan jiwa. Diharapkan kegiatan FPE ini dapat dilakukan secaraberkelanjutan oleh perawat Puskesmas sampai keluarga memiliki mekanisme koping yangadapatif dalam menghadapi berbagaistressor dalam kehidupannya selama merawat anggotakeluarga yang mengalami gangguan jiwa.Kata Kunci : Family Psychoeducation, Stigma , Keluarga
PKM PERAWATAN LUKA PADA PASIEN DM (DIABETES MELITUS) DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS ANDALAS KOTA PADANG Agustika Antoni; Dian Rahmi; Sari Setiarini
Jurnal Abdimas Saintika Vol 3, No 1 (2021): Mei Jurnal Abdimas Saintika
Publisher : Stikes Syedza Saintika Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30633/jas.v3i1.1219

Abstract

Diperkirakan, jumlah penduduk berusia di atas  65 tahun akan meningkat dari 524 juta pada tahun 2010 menjadi 1,5 milyar pada tahun 2050, sehingga untuk pertama kalinya populasi penduduk lansia akan melebihi penduduk usia di bawah 15 tahun. Salah satu efek dari penuaan adalah meningkatnya angka kejadian penyakit tidak menular (PTM). Penyakit tidak menular sangat erat kaitannya dengan proses degenerasi dan penuaan. Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif, sehingga PTM banyak muncul pada usia lanjut. Pada kelompok umur di atas 55 tahun, penyakit kardiovaskular telah menjadi penyebab kematian terbesar. (Pusat Data dan Informasi, 2014). Penyakit DM merupakan penyakit penyebab kematian nomor enam di Indonesia. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013. Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi penyakit DM di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004). Penyakit DM merupakan masalah yang serius dan berdampak terhadap produktifitas. Sekitar 1126 orang lansia di kelurahan air pacah ada sekitar 26 % bermasalah dengan kesehatanya seperti menderita penyakit tidak menular. Kebanyakan keluarga tidak mampu merawat lansia di rumah dengan menderita penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus dan penyakit lainnya. Keluarga merupakan orang terdekat dari penderita yang bisa dihandalkan dalam perawatan sampai akhir hayat hidupnya. Berdasarkan hasil pengabdian dapat dilihat dari 10 orang masyarakat di Puskesmas Andalas Kota Padang, sebanyak 5 orang (55%) masih dikategorikan kurang pengetahuannya tentang perawatan luka pada pasien DM (diabetes melitus). Setelah dilakukan penyuluhan sebanyak 3 orang (30 %) yang masih kurang pengetahuannya. Maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan pengetahuan masyarakat di Puskesmas Andalas Padang sebesar (50%) setelah dilakukan penyuluhan. Sekitar 7 orang (85%) masyarakat memiliki pengetahuan baik tentang perawatan luka pada pasien DM (diabetes melitus)dengan nilai 60-100.
PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PENATALAKSANAAN DEMAM KEJANG DI RUMAH DI AULA UDKP PASAR DANGUANG-DANGUANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANGUANG-DANGUANG KECAMATAN GUGUAK KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Nurhamidah Rahman; Rikayoni Rikayoni; Dian Rahmi
Jurnal Abdimas Saintika Vol 2, No 1 (2020): Mei Jurnal Abdimas Saintika
Publisher : Stikes Syedza Saintika Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30633/jas.v2i1.864

Abstract

Demam kejang adalah bangkitnya kejang yang terjadi pada kenaikan suhu yang disebabkan oleh suatu proses ektrakranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologist yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur 5 tahun pernah menderita kejang demam.(Ngastiyah 2003).Pada saat ini masih sering kita temukan anak dengan penyakit demam yang cendrung berlanjut menjadi kejang yang di sebabkan oleh meningkatnya suhu tubuh pada anak. Demam kejang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih lama 15 menit) akan meningkatkan kebutuhan oksigen yang akan berlanjut menyebabkan metabolisme otak meningkat sehingga rangkaian peristiwa ini akan menyebabkan kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang yang lama (Ngastiyah,2003). Berdasarkan data dari  Profil Kesehatan Lima Puluh Kota tahun 2017, penyakit ISPA menduduki urutan pertama dari sepuluh penyakit terbanyak di puskesmas di Kabupaten 50 kotadengan jumlah kasus 48.928 kasus. Penanganan yang tidak tepat terhadap anak dengan ISPA berdampak kepada timbulnya demam kejang. Masalah yang sering kita temui pada anak yang mengalami demam kejang adalah kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan pada arak yang mengalami demam kejang, oleh karena itu sangat penting sekali kita sebagai perawat memberikan pendidikan kesehatan terutama tentang demam kejang meliputi pencegahan agar tidak kembali demam kejang berulang dan tindakan apa yg dilakukan jika anak mengalami demam kejang dirumah. (Ngastiyah,2003). Bertitik tolak dari masalah diatas penulis berminat untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat tentang  Penanganan Demam Kejang di rumah  pada ibu-ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja Puskesmas Kanagarian Danguang-Danguang Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota Payakumbuh. Solusi yang di tawarkan untuk melakukan penyuluhan ini adalah Perawatan anak demam di rumah dan Penatalaksanaan  jika anak kejang di rumah. Implementasi kegiatan ini merupakan Promosi kesehatan dengan menggunakan metode penyuluhan dalam  upaya peningkatan pengetahuan ibu-ibu bayi balita terhadap penanganan demam kejang pada anak di rumah.
SOSIALISASI PREMARITAL CARE DALAM PENCEGAHAN STUNTING DI KABUPATEN SIJUNJUNG Rikayoni Rikayoni; Dian Rahmi; Mariza Elsi
Jurnal Abdimas Saintika Vol 5, No 1 (2023): Jurnal Abdimas Saintika
Publisher : Stikes Syedza Saintika Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30633/jas.v5i1.1856

Abstract

Di Indonesia menurut hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan(Kemenkes), prevalensi balita yang mengalami stunting sebanyak 24,4% pada tahun 2021.Dengan demikian, hampir seperempat balita di dalam negeri yang mengalami stunting padatahun lalu. Wilayah Sumatra Barat dengan prevalensi balita stunting terbanyak pada tahun2021. Tersebar di beberapa kabupaten kota. Kabupaten Sijunjung menduduki urutan ke tigaterbanyak yaitu 30.1% dari jumlah balita, urutan terbanyak berada di Kabupaten Solok 40,1dan Pasaman 30,2%. Khusus Dikabupaten Sijunjung terbanyak berada di Kecamatan LubukTarok, hingga Februari 2022 ditemukan 186 balita dengan kasus stunting (Jurnal Sumbar,2022). Penyuluhan premarital care atau premarital chek up di Kabupaten Sijunjung sebagaiupaya pencegahan stunting. Langkah kecil untuk memutus rantai stunting dengan langkahpreventif yang dilakukan oleh masyarakat yang sadar akan bahaya stunting. Langkahsederhana dimulai premarital care atau premarital chek up termasuk salah satu upayapenting untuk mencegah dan menurunkan angka stunting. Premarital check up ataupemeriksaan kesehatan pranikah adalah rangkaian pemeriksaan kesehatan penting yangdilakukan oleh pasangan yang akan menikah. Tujuannya untuk mencegah penularan penyakitkepada pasangan dan calon anak kelak. Kegiatan pengabdian promosi kesehatan inidilakukan di Kanagarian Kabupaten Sinjunjung diikuti sebanyak lebih 25 orang ibu-ibu yangdikumpulkan di Aula Kantor Wali nagari Kanagarian Sijunjung. Kegiatan ini sangat diterimaserta didukung secara positif oleh ibu-ibu peserta pemerintah Kabupaten Sijunjung terlihatdari perwakilan wali nagari kanagarian Pamatang Panjang, serta kader yang memfasilitasikegiatan dengan menyediakan tempat dan mengumpulkan ibu-ibu guna mengikutipenyuluhan tentang stunting untuk menyadari akan pentingnya edukasi pencegahan stunting.Kata Kunci : Premarital Care - Stunting