Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

EFFECT OF MANCOZEB 80% CONCENTRATIONS ON THE GROWTH OF CENOCOCCUM GEOPHILUM FR. UNDER IN VITRO CONDITION SUPRIYANTO SUPRIYANTO
BIOTROPIA - The Southeast Asian Journal of Tropical Biology No. 25 (2005)
Publisher : SEAMEO BIOTROP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (123.637 KB) | DOI: 10.11598/btb.2005.0.25.212

Abstract

Fungicides, such as Mancozeb 80% are used in nurseries to prevent the plant root against pathogenic fungi. These fungicides may have negative impacts on beneficial organisms such as ectomycorrhizal fungi. Cenococcum geophilum  is an important ectomycorrhizal fungus associated with some forest trees species. An in vitro experiment was conducted  in laboratory condition.  Cenococcum  geophilum was cultured on solid Modified Melin Nokrans’ (MMN) medium containing Mancozeb 80 % at different concentrations (0, 50, 100, 200, 300, 400, 500, 600, 700, 800, 900, and 1000  μM). A completely randomized design was used with 8 replicates Petri dishes. Mancozeb 80 % decreased the growth of mycelia of C. geophilum. The radial growth of mycelia was not inhibited by Mancozeb 80 % at 0 to 400 μM concentrations. Fungi-static effect of Mancozeb 80 % was found at 500 to 600 μM concentrations, meanwhile fungi-toxic effect of Mancozeb 80 % was obtained at concentration more than 700 μM. A lethal level of Mancozeb 80% to the growth of C. geophilum was not found.  Key word :  fungicide/Mancozeb 80 % /Cenococcum geophilum/fungi-static, fungi-toxic  
PENGARUH RADIASI SINAR GAMMA TERHADAP DAYA KECAMBAH BENIH AKASIA (Acacia mangium) GENERASI M2 Dewi Rahmawati; Supriyanto Supriyanto; Aditya Nugroho
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol 10, No 1 (2022): Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan
Publisher : Forest Tree Seed Technology Research & Development Center (FTSTRDC)/ Balai Penelitian dan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/bptpth.2022.10.1.23-36

Abstract

Perkecambahan merupakan kegiatan penting sejak benih dorman sampai kebibit yang sedang tumbuh tergantung dari viabilitas benih, lingkungan yang cocok dan pada beberapa tanaman tergantung pada usaha pemecahan dormansi. Oleh karena itu perlu dilaksanakan pengujian benih untuk mengetahui viabilitas benih atau kemampuan benih untuk tumbuh menjadi bibit pada kondisi lingkungan yang optimum. Untuk membuktikan sterililitas benih dilakukan uji daya kecambah benih. Penelitian ini menggunakan metode skarifikasi sebagai salah satu teknik pematahan dormansi pada benih secara mekanik dan fisik. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan infertilitas benih dari tetua A. mangium M2 yang diperoleh dari teknik pemuliaan mutasi. Perkecambahan benih A. mangium generasi M2 dengan 5 cara perlakuan yaitu: (A) tanpa perlakuan (kontrol), (B) perlakuan menggunting bagian kotiledon benih, (C) pengamplasan benih dibagian hylum, (D) perendaman air Hasil dari penelitian ini menunjukkan persentase perkecambahan benih akasia untuk masing-masing perlakuan memberikan hasil yang berbeda. Secara keseluruhan, pengaruh perlakuan terbaik untuk perkecambahan benih A. mangium adalah dengan menggunakan perlakuan B, C dan E yaitu pencelupan selama 30 detik dalam air mendidih (pada suhu 90°C),  menggunting bagian kotiledon benih dan mengampas benih. Perlakuan B, C dan E memiliki daya berkecambah di atas 80 %.  Hal ini dikategorikan daya berkecambah benih yang tinggi.  Kecepatan berkecambah tertinggi pada benih A. mangium dengan perlakuan E adalah 2,27% hari. Nilai perkecambahan terbaik juga dihasilkan pada benih dengan perlakuan E yaitu 3,52%/hari. Sehingga membuktikan bahwa benih A. mangium generasi M2 hasil radiasi tidak bersifat steril.
KETAHANAN SENGON GENERASI M1 TERHADAP PENYAKIT KARAT TUMOR Fitria Dewi Kusuma; Supriyanto Supriyanto; Bonny PW Soekarno; Reyna Ashari
JURNAL HUTAN LESTARI Vol 11, No 1 (2023): JURNAL HUTAN LESTARI
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jhl.v11i1.63912

Abstract

Sengon is commonly developed by community forest farmers because it is a fast-growing species and the demand for wood is quite high. The development of sengon is constrained by the attack of gall rust disease caused by the fungus Uromycladium falcatarium. Efforts to obtain disease-resistant plants can be done through mutation breeding, one of which is using gamma rays. This study aims to assess the resistance of M1 generation sengon to gall rust disease. Sengon seeds were irradiated using gamma rays at doses of 0, 25, 75, 125, and 175 Gy. Sengon seeds that had been irradiated were germinated and sown for up to 2 months of age. Inoculation of U. falcatarium fungus was carried out on sengon seedlings M1 (1st generation mutant) and M0 (control) generations, at 2 months old. The number of seeds used in each dose was five seeds with four replications. This study used a randomized block design (RBD). Observation on seedlings were disease severity, mortality rate, and resistance of seedlings to gall rust disease. Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) and then analysis of the least significant difference (LSD) was carried out at a level of 5%. The results showed that the dose of gamma irradiation had a significant effect on the severity of gall rust disease at 17, 27, and 37 days after isolation (DAI). The resistance levels of the M0 and M1 generations of sengon seedlings (doses of 25, 75, and 125 Gy) from 7 – 37 DAI were in the very resistant-moderately susceptible category, while the M1 seedlings with a dose of 175 Gy tended to be very resistant-resistant.Keywords: gall rust, gamma irradiation, mutation breeding. AbstrakSengon umum dikembangkan petani hutan rakyat karena termasuk jenis cepat tumbuh dan permintaan kayunya cukup tinggi. Pengembangan sengon terkendala dengan adanya serangan penyakit karat tumor yang disebabkan oleh jamur Uromycladium falcatarium. Upaya untuk memperoleh tanaman yang tahan penyakit dapat dilakukan melalui pemuliaan mutasi, salah satunya dengan sinar gamma. Penelitian ini bertujuan untuk mengaji ketahanan sengon generasi M1 terhadap penyakit karat tumor. Benih sengon diiradiasi menggunakan sinar gamma dengan dosis 0, 25, 75, 125, dan 175 Gy. Benih sengon yang telah diiradiasi dikecambahkan dan dipelihara hingga umur 2 bulan. Inokulasi jamur U. falcatarium dilakukan pada bibit sengon generasi M1 (mutan generasi ke-1) dan M0 (kontrol) berumur 2 bulan. Jumlah bibit yang digunakan pada masing-masing dosis sebanyak 5 bibit dengan empat kali ulangan. Penelitian ini disusun dengan rancangan acak kelompok (RAK). Pengamatan bibit meliputi keparahan penyakit, tingkat kematian, dan resistensi bibit terhadap penyakit karat tumor. Data dianalisis menggunakan sidik ragam dan kemudian dilakukan analisis beda nyata terkecil (BNT) dengan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkaan bahwa dosisi iradiasi sinar gamma berpengaruh nyata terhadap keparahan penyakit karat tumor pada 17, 27, dan 37 HSI. Tingkat resistensi bibit sengon generasi M0 dan M1 (dosis 25, 75, dan 125 Gy) dari 7 – 37 HSI masuk dalam kategori sangat resisten-cukup rentan, sedangkan bibit sengon M1 dengan dosis 175 Gy cenderung sangat resisten-resisten.Kata kunci: karat tumor, iradiasi sinar gamma, pemuliaan mutasi.
PENGARUH IRADIASI SINAR GAMA TERHADAP KESEHATAN BENIH SENGON Fitria Dewi Kusuma; Supriyanto Supriyanto; Bonny PW Soekarno; Reyna Ashari
Cannarium Vol 21, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/cannarium.v21i2.6925

Abstract

Infeksi cendawan terbawa benih merupakan salah satu faktor pembatas dalam pengembangan hutan tanaman sengon. Cendawan yang terbawa benih bisa menjadi penyebab penyakit dan dapat menurunkan produktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh iradiasi sinar gama terhadap kesehatan benih sengon. Benih sengon diradiasi sinar gama dengan dosis 0, 25, 75, 125, dan 175 Gy. Uji kesehatan benih sengon dilakukan dengan menggunakan metode blotter test. Cendawan yang muncul pada benih diidentifikasi berdasarkan ciri morfologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat delapan jenis cendawan patogen terbawa benih yang teridentifikasi pada benih kontrol dan yang diiradiasi sinar gama, yaitu Aspergillus flavus, Aspergillus niger, Cladosporium sp., Penicillium sp., Phoma sp., Rhizopus sp., Pythium sp., dan Culvularia sp. Jenis Cladosporium sp., Penicillium sp., dan Phoma sp., mendominasi infeksi dan kontaminasi benih sengon pada setiap dosis iradiasi sinar gama. Perlakuan iradiasi sinar gama dengan dosis hingga 175 Gy belum efektif menurunkan nilai persentase infeksi cendawan terbawa benih sengon.