Sidiq Setyo Nugroho
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PROGRAM NASIONAL UNTUK ELIMINASI FILARIASIS LIMFATIK: STUDI KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN, JAWA TENGAH Anggi Septia Irawan; Hasan Boesri; Sidiq Setyo Nugroho
Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit Vol 10 No 2 (2018): Vektora : Jurnal vektor dan reservoir penyakit
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1009.069 KB) | DOI: 10.22435/vk.v10i2.1057

Abstract

Programmes to eliminate lymphatic filariasis are underway in all provinces of Indonesia. Central Java is big ten chronic case of Lymphatic Filariasis (LF) from 34 provinces in Indonesia. Started in 2015, Ministry of Health Republic Indonesia launched filariasis elimination by implementing preventive mass drug administration (MDA) or “POPM”. At least as 65% of the population in the district/city are given diethylcarbamazine citrate (DEC) and albendazole. This study aims to determine the constraints and problems encountered in the MDA implementation and the steps toward filariasis elimination. The method applied is a review of the scientific article, policy inventory, discussions with experts and practitioners, as well as field data confirmation. This study result describes of MDA coverage in Pekalongan Regency above of minimal coverage 65%, and around three years subsequently reaching 80%, the occurrence of side reactions after consuming drugs lower than 1% from all population target. This study noted that MDA implementation in Pekalongan District has fulfilled the target. However, program evaluation not only tablet distribution, but also data of compliance with taking medication. Conclusion of this study is that MDA must also be supported by vector control and completion through molecular examination as an assessment of mosquito capacity as a vector of lymphatic filariasis.
DAFTAR SPESIES DAN DATA DISTRIBUSI TERBARU NYAMUK AEDES DAN VERRALLINA (DIPTERA: CULICIDAE) DI INDONESIA Sidiq Setyo Nugroho; Mujiyono Mujiyono; Riyani Setiyaningsih; Triwibowo Ambar Garjito; Rusdiyah Sudirman Made Ali
Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit Vol 11 No 2 (2019): Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398.9 KB) | DOI: 10.22435/vk.v11i2.1462

Abstract

Indonesia memiliki keanekaragaman spesies nyamuk yang tertinggi kedua di dunia setelah Brazil. Nyamuk Aedes merupakan genus beranggotakan vektor penting untuk demam dengue dan chikungunya di Indonesia. Namun informasi terbarukan tentang keanekaragaman, dan sebaran spesies Aedes dan Verrallina belum tersedia. Tujuan publikasi ini adalah untuk memperbaharui daftar spesies dan distribusi nyamuk Aedes dan Verrallina di Indonesia. Pembaruan informasi mengenai keanekaragaman dan sebaran spesies dilakukan dengan kajian pustaka. Spesies nyamuk dalam genus Aedes tercatat sebanyak 100 spesies yang dikelompokkan dalam 27 subgenus. Adapun nyamuk genus Verrallina yang merupakan pecahan dari genus Aedes memiliki jumlah spesies sebanyak 32 spesies yang dikelompokkan dalam tiga subgenus. Artikel ini menyampaikan informasi yang terbarukan mengenai keanekaragaman, sebaran dan kunci identifikasi nyamuk betina Aedes dan Verrallina di Indonesia.
GAMBARAN DAERAH RESEPTIF MALARIA DI KECAMATAN SALAMAN KABUPATEN MAGELANG JAWA TENGAH Diana Andriyani Pratamawati; Lulus Susanti; Sidiq Setyo Nugroho; Mujiyono Mujiyono; Ika Martiningsih
SPIRAKEL Vol 10 No 2 (2018)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (741.145 KB)

Abstract

Kasus malaria baru masih ditemukan di Kabupaten Magelang sepanjang tahun 2017. Kabupaten Magelang termasuk kawasan perbukitan Menoreh yang pada tahun 2014 telah menerima sertifikat bebas malaria, namun pada tahun 2015 kasus malaria meningkat hingga ditemukannya kembali kasus indigenous yaitu kasus yang penderitanya tidak pergi keluar desa/keluar pulau sebelum sakit. Sepanjang tahun 2015 hingga 2017 terus menerus ditemukan kasus positif malaria di Kabupaten Magelang baik kasus impor maupun indigenous. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan kendala survailans migrasi dalam peningkatan kasus malaria di Kabupaten Magelang tahun 2017. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional, lokasi penelitian di Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang sebagai wilayah dengan kasus tertinggi malaria. Sampel yang diambil secara purposive dari semua pasien suspek malaria yang diperiksa Juru Malaria Desa pada bulan Januari-November 2017. Sampel terdiri dari kasus positif Plasmodium malaria dan sampel kontrol yang tidak sakit malaria serta sebanding umurnya dengan sampel kasus. Jumlah kasus dan kontrol dalam penelitian ini sebanyak 14 orang. Hasil penelitian menunjukkan kasus malaria di Kabupaten Magelang merupakan perpaduan kasus impor dan kasus indigenous. Sebagian besar penderita malaria berjenis kelamin laki-laki dengan umur < 45 tahun, serta pekerjaan paling banyak sebagai buruh di daerah Kalimantan Tengah. Wilayah Kabupaten Magelang dapat digolongkan sebagai daerah reseptif malaria dengan ditemukan berbagai spesies vektor malaria seperti Anopheles maculatus, An. balabacensis, An. vagus di sekitar kandang ternak di Desa Paripurno dan Desa Kalirejo. Keberadaan Juru malaria desa (JMD) dalam keberhasilan survailans migrasi di Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang sangatlah penting, namun adanya keterbatasan jumlah JMD sementara daerah yang sulit dijangkau cukup luas menyebabkan kegiatan surveilans migrasi menjadi tidak optimal.