Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENCAPAIAN INDONESIA SEHAT MELALUI PENDEKATAN INDEKS PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN INDEKS KELUARGA SEHAT Dwi Hapsari Tjandra; Rofingatul Mubasyiroh; Ika Dharmayanti
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 2 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.611 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i2.314

Abstract

The success of Healthy Indonesia Program with Family Approach is well measured by Healthy Family Index (HFI). The numbers of twelve indicators of HFI were decided as the marker of family health status. National Institute of Health Research and Development Ministry of Health has created Public Health Development Index (PHDI) which purpose to measure individual health status in certain area before the HFI is formed. To resolve health problems in both indices should be through joining program interventions. This analysis aims to determine what indicators are expected to provide leverage on both indices, thus more targeted indicators can be obtained as a program priority. Basic Health Research 2013 data is used as the compilers of PHDI and HFI in 497 districts/cities. The data has been processed to be an indicator per district/city and then analyzed using linear regression test. There are fi ve priority indicators that have a leverage on both indices that is access to clean water, access to sanitation, health care insurance ownership, family planning program, and birth delivery by health worker in health facility. The model for adjusting HFI has a correlation value of 0.932, while the correlation for PHDI is 0.796. It is expected that intervention on these fi ve indicators will increase the HFI and PHDI, therefore the goal for becoming a healthy Indonesia can be achieved. It needs a cross-sector collaboration to build health care facilities that support health of the community. Abstrak Keberhasilan Program Indonesia Sehat (PIS) dengan Pendekatan Keluarga (PK) diukur dengan Indeks Keluarga Sehat (IKS). Jumlah IKS yang telah disepakati terdiri dari 12 indikator sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Balitbangkes) telah menyusun Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) yang berfungsi mengukur status kesehatan individu pada suatu wilayah sebelum IKS terbentuk. Penyelesaian masalah kesehatan pada kedua indeks tersebut harus dilakukan intervensi program yang sejalan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui indikator apa saja yang dapat memberikan daya ungkit pada kedua indeks, sehingga dapat diperoleh indikator yang lebih mengerucut untuk dijadikan prioritas program. Data yang digunakan adalah data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 sebagai penyusun IPKM dan IKS pada 497 kabupaten/kota. Uji statistik menggunakan data yang sudah dianalisis menjadi indikator per kabupaten/kota. Berdasarkan uji regresi linier, terdapat lima indikator yang dapat menjadi prioritas untuk memberikan daya ungkit pada kedua indeks yaitu akses air,akses sanitasi, kepemilikan jaminan kesehatan, program keluarga berencana, dan persalinan oleh nakes di faskes. Model untuk perubahan IKS mempunyai nilai korelasi sebesar 0,932, sedangkan nilai korelasi perubahan IPKM sebesar 0,796. Diharapkan jika dilakukan intervensi pada lima indikator tersebut akan meningkatkan IKS dan IPKM, sehingga tujuan menjadi Indonesia sehat dapat tercapai. Kerja sama lintas sektor untuk penyediaan pembangunan fasilitas kesehatan yang mendukung kesehatan masyarakat.
Hubungan antara Perilaku Merokok Anggota Rumah Tangga dengan Perilaku Merokok Remaja di Indonesia olwin nainggolan; Ika Dharmayanti; A Yudi Kristanto
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 23 No 2 (2020): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/hsr.v23i2.3104

Abstract

This study aimed to know the association and risk levels of household other members and adolescent smoking behaviors in Indonesia. As confounding variables of study involving Alcohol Consumption Behavior, Lived Area, and Social-Economics Status Variables. A study hypothesis declared that there was a signifi cant correlation between smoking behavior of household other members as a smoker with the smoking behavior of 15 to 18 years old after being controlled by other variables. Furthermore, this study using a Basic Health Research Secondary Data of 2018 aged 15 until 18 years and a multivariable analyzed uses logistic regression. The results showed a signifi cant correlation (p-value 0,000) between Household Other Members as a Smoker with smoking behavior of 15 to 18 years old after being controlled by confounding variables with OR 1,449 (95% CI 1,346-1,56-0). Smoker Variable not as a Head of Household was signifi cantly correlated (p-value 0,007) with OR 2,002 (95% CI 1,211-3,377), Alcohol Consumption Behavior was signifi cantly correlated (P-value 0,000) with OR 20,602 (95% CI 17,611-24,101), Lived Area with OR 1,129 (95% CI 1,051-1,212), also Social Economic Status with OR 1,098 (95%CI 1,024-1,178). An Alcohol Consumption Behavior Variable was the most dominant variable in determining Adolescent Smoking Behavior. We should focalize on areas identity is driven by health service providers, stakeholders, and policymakers. Accordingly, formulate awareness programs and education, particularly adolescents, to eliminate smoking initiation. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan besaran risiko perilaku merokok anggota rumah tangga lain dengan perilaku merokok remaja berusia 15 sampai dengan 18 tahun di Indonesia. Variable perancu pada penelitian ini meliputi perilaku konsumsi alkohol, wilayah tempat tinggal, serta status sosial ekonomi responden. Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan yang bermakna antara perilaku merokok anggota rumah tangga lain sebagai perokok, dengan perilaku merokok remaja usia 15 sampai dengan 18 tahun setelah dikontrol oleh variabel lain. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 dengan rentang usia 15-18 tahun dan data di analisis secara multivariabel menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan yang bermakna (p value 0,000) antara anggota rumah tangga lain sebagai perokok dengan dengan perilaku merokok pada remaja usia 15 sampai dengan 18 tahun setelah dikontrol oleh variabel perancu dengan OR 1,449 (95% CI 1,346-1,56-0). Variabel perokok bukan sebagai kepala rumah tangga berhubungan bermakna (p value 0,007) dengan OR 2,002 (95% CI 1,2113,377), perilaku minum alkohol berhubungan bermakna (p value 0,000) dengan OR 20,602 (95% CI 17,611-24,101), wilayah tempat tinggal responden dengan OR 1,129 (95% CI 1,051-1,212), serta status sosial ekonomi dengan OR 1,098 (95%CI 1,024-1,178). Variabel perilaku minum alkohol adalah variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap perilaku merokok pada remaja. Perlu fokus identifi kasi area oleh penyedia layanan kesehatan serta para stake holder pembuat kebijakan dalam merumuskan program kesadaran dan pendidikan khususnya pada remaja untuk eliminasi inisiasi merokok.