This Author published in this journals
All Journal ASPIRATOR
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Hubungan keberadaan larva Aedes spp dengan kasus Demam Berdarah Dengue di Kota Bandung Lukman Hakim; Andri Ruliansyah
ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies Vol 7 No 2 (2015): Jurnal Aspirator Volume 7 Nomor 2 2015
Publisher : Loka Litbang Kesehatan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (799.088 KB)

Abstract

Abstrak. Kota Bandung merupakan wilayah dengan kasus demam berdarah dengue (DBD) paling banyak di Jawa Barat dengan 24.491 kasus pada periode tahun 2009-2013. Penularan virus dengue terjadi dari penderita DBD melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus sebagai vektor primer, sedangkan Ae. polynesiensis, Ae. scutellaris dan Ae. (Finlaya) niveus sebagai vektor sekunder. Telah dilakukan penelitian dengan survei larva dan analisis kasus DBD di Kota Bandung dengan tujuan mengetahui hubungan keberadaan larva nyamuk Aedes spp dengan kesakitan DBD, Penelitian dilakukan dengan pencatatan penderita DBD periode tahun 2011-2013, selanjutnya dikunjungi untuk dilakukan wawancara dan survei larva nyamuk Aedes spp pada kontainer air di dalam dan luar rumah. Sampel yang berhasil dikunjungi adalah 402 rumah dari 8 kampung terdiri atas 201 rumah tangga yang ada kasus DBD dan 201 rumah tangga yang tidak ada kasus DBD sebagai pembanding. Hasil penelitian menunjukkan, dari 402 sampel penelitian, didapatkan 75 sampel positif larva nyamuk Aedes spp (House Index/HI 18,7%) terdiri dari 36 rumah tidak ada kasus DBD dan 39 rumah dengan kasus DBD. Di antara 8 kampung lokasi penelitian, HI paling tinggi adalah kampung Cijawura (21,9%) dan paling rendah adalah kampung Manjahlega (11,1%), sedangkan di kampung Cidurian tidak ditemukan larva Aedes spp. Jumlah rumah dengan kontainer air yang positif larva nyamuk Aedes spp, paling banyak adalah kampung Sekejati yaitu 37 rumah dan yang paling sedikit adalah kampung Manjahlega yaitu 2 rumah. Hasil analisis Chi-square dan korelasi, menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara keberadaan larva nyamuk Aedes spp dengan kasus DBD. Disimpulkan, keberadaan larva Aedes spp tidak berhubungan dengan kasus DBD di Kota Bandung Jawa Barat. Untuk terjadinya kasus DBD, selain keberadaan nyamuk Aedes spp, juga dipengaruhi faktor lain seperti vector capacity, virulensi virus dengue, dan status kekebalan pejamu. Selanjutnya disarankan, dalam pengendalian DBD, selain melakukan pengendalian vektor juga perlu dilakukan kegiatan lain yang berkaitan dengan penanggulangan faktor risiko munculnya kasus DBD
Pemanfaatan citra ASTER dalam penentuan dan verifikasi daerah rawan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Banjar Provinsi Jawa Barat Andri Ruliansyah; Yuneu Yuliasih; Setiazy Hasbullah
ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies Vol 6 No 2 (2014): Jurnal Aspirator Volume 6 Nomor 2 2014
Publisher : Loka Litbang Kesehatan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1216.205 KB)

Abstract

Abstrak. Penyebaran virus Demam Berdarah Dengue (DBD) antara lain dapat diketahui dari perspektif informasi keruangan (geospasial), yaitu berdasarkan informasi suhu, curah hujan, kelembaban, dan penggunaan lahan tertentu yang merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya DBD. Usaha mengetahui faktor risiko diperlukan suatu sistem efektif dan efisien yaitu penggunaan penginderaan jauh dan sistem informasi geografis sebagai suatu basis data yang dapat digunakan sebagai penentuan kebijakan pencegahan dan pengendalian DBD. Dikarenakan sistem tersebut dapat melihat trend atau kecenderungan peningkatan kasus, sehingga pihak pemerintah daerah dapat segera melakukan tindakan pencegahan pada daerah yang rawan kasus DBD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat peta penentuan daerah rawan DBD dengan Citra ASTER dan verifikasinya di Kota Banjar, Jawa Barat. Penelitian ini merupakan penelitian observasi dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan di Kota Banjar pada bulan Maret-Oktober tahun 2012 dengan sampel seluruh penduduk yang menderita DBD pada semua umur beserta kondisi lingkungannya. Sample jentik diambil dengan metode single larva. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas zona daerah kerawanan tinggi DBD di Kota Banjar adalah 18,29 %, luas zona daerah kerawanan sedang 63,45% dan luas zona daerah kerawanan rendah 18,27 % dan setelah dilakukan verifikasi terhadap peta kerawanan dan jika dilakukan pengelompokkan antara zona kerawanan tinggi dan zona kerawanan sedang menjadi kelas rawan DBD sedangkan zona kerawanan rendah menjadi zona bebas DBD. Secara umum (dengan ketepatan mencapai 94,74%) kasus DBD tersebar di daerah rawan DBD.
UJI EFEKTIVITAS DAN TINGKAT PENERIMAAN MASYARAKAT TERHADAP SERBUK LADA (PIPER NIGRUM L.) UNTUK MENURUNKAN KEPADATAN LARVA ANOPHELES SPP. (STUDI KASUS DI BLOK KARANGTIRTA, DUSUN CIPARI, DESA SUKARESIK, KECAMATAN SIDAMULIH, KABUPATEN CIAMIS) Fauziani Octoriani S; Andri Ruliansyah
ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies Vol 4 No 1 (2012): Jurnal Aspirator Volume 4 Nomor 1 2012
Publisher : Loka Litbang Kesehatan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.951 KB)

Abstract

Abstrak. Buah lada (Piper nigrum L.) merupakan satu pestisida tumbuhan yang bisa digunakan sebagaiinsektisida. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji efektivitas serbuk lada dan mengetahui penerimaanmasyarakat terhadap serbuk lada (Piper nigrum L.) untuk menurunkan kepadatan larva nyamuk Anophelesspp. Jenis penelitian yang dilakukan adalah kuasi-eksperimen dengan pre and post test with control design.Hasil pengujian serbuk lada dengan dosis 0,75 g/lt air dapat membunuh larva rata-rata sebesar 59,91%selama 24 jam perlakuan. Dari hasil uji Wilcoxon didapat bahwa serbuk lada ini efektif dalam menurunkankepadatan larva Anopheles spp. karena terdapat perbedaan yang nyata antara sebelum dan sesudah perlakuan.Berdasarkan analisis statistik uji khi-kuadrat pada tingkat penerimaan masyarakat terhadap serbuk lada ini,tidak semua masyarakat menerima (H0 ditolak, p-value < 0,05). Dari 20 responden, terdapat 15 responden(75%) menerima baik terhadap serbuk lada ini, 3 responden (15%) menerima dengan kriteria cukup baik,dan 2 responden (10%) menerima dengan kriteria tidak baik. Hasil ini menunjukkan potensi serbuk ladasebagai larvasida yang baik dan diterima masyarakat.
Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Daerah Rawan Demam Berdarah Dengue (Studi Kasus di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat) Andri Ruliansyah; Totok Gunawan; Sugeng Juwono M
ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies Vol 3 No 2 (2011): Jurnal Aspirator Volume 3 Nomor 2 2011
Publisher : Loka Litbang Kesehatan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1218.523 KB)

Abstract

Abstract. Dengue hemorrhagic fever (DHF) are acute febrile diseases, found in tropical andsubtropical regions, caused by dengue virus of the genus Flavivirus, family Flaviviridae. Subdistrict Pangandaran is an area that is quite a sharp increase in his case. Ranging from nocases in the period 1998-2002 increased 1 case in 2003, 4 cases in 2004, 22 cases in 2005,35 cases in 2006, 10 cases in 2007, 12 cases in 2008, 14 cases in 2009 and 13 cases in 2010.The purpose of this study was to determine the ability of remote sensing imagery and GIS inthe determination of physical environmental factors for the mapping of areas prone to denguefever, dengue fever spreads are based on the distribution of cases, places, and timesfrom 2005 through to 2010 and determine the level of vulnerability to dengue based on environmentalvariables and incidence of DHF. This study is an observational research withcross sectional analysis approach. The results showed that the integration of remote sensingimagery and GIS to analyze the physical environmental risk factors associated with thespread of dengue include: land use, altitude, rainfall, area mosquito and fly larvae densityarea. Distribution pattern of dengue in the district during the last 6 years Pangandaran concentratedin the southern region of Pangandaran sub-district, the Pangandaran village,Pananjung and Babakan. Distribution of cases based on patient characteristics dominatedin the groups of children and adolescents, while based on gender, women are more exposedcases compared to male. Incidence of dengue fever occur each after a decline in rainfallfrom the previous month and decreased at the back there was an increase of rainfall. Zoninglevel of vulnerability to dengue were in the southern district of Pangandaran, the village ofPangandaran, Babakan, Pananjung, Wonoharjo and Most Sukahurip. Broad zone of highvulnerability areas in the Pangandaran sub-district DHF is 22.76 km2 (30.07%), wide areazone vulnerability is 46.16 km2 (60.99%) and broad zones of high vulnerability area 6.75km2 (8.94%).