John Martono
Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesa 10, Bandung 40132

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

APLIKASI ORIGAMI PADA GAUN Ariandini, Nadine; Martono, John
Craft Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Craft

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.174 KB)

Abstract

Perkembangan industri tekstil di dunia tidak terlepas dari permintaan masyarakat akan kebutuhan tekstil. Manusia memiliki keinginan, perasaan, dan kreativitas yang membuatnya unik dan berbeda dari manusia lain. Keunikan manusia ini yang memengaruhi minatnya pada tekstil-tekstil unik selayaknya keunikan masing-masing individu. Origami merupakan salah satu bentuk kesenian yang muncul saat cara pembuatan kertas pertama kali ditemukan dan mulai diproduksi. Teknik melipat kertas yang disebut origami ini berkembang pesat di Jepang. Origami pada awalnya berfungsi sebagai cara melipat bungkus-bungkus botol dan sebagai ornamen dalam upacara-upacara adat. Seiring berjalannya waktu, media origami pun berkembang semakin pesat, semula hanya kertas kemudian berkembang menjadi berbagai bahan lain, seperti clay dan kain. Pemilihan kain yang akan digunakan pada origami harus dilakukan secara teliti. Kain yang digunakan untuk origami kain harus berkarakter keras dan cenderung kuat bentuknya. Sifat-sifat kain tersebut dibutuhkan agar bentuk dan lipatan-lipatan origami kain ini dapat menetap. Eksplorasi dapat dilakukan pada bentuk, warna, dan motif dari hasil origami itu sendiri sehingga busana yang dihasilkan juga akan kaya nilai estetisnya.// //
EKSPLORASI RAGAM HIAS NAVAJO DENGAN TEKNIK OLAH REKA LATAR PADA PRODUK FASHION Vajni, Samina Febriska; Martono, John
Craft Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Craft

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.174 KB)

Abstract

Produk tekstil dengan ragam hias Navajo belakangan ini sangat diminati oleh masyarakat. Banyak teknik yang dapat digunakan untuk mengaplikasikan ragam hias ini, Sayangnya masih banyak desainer yang takut untuk bereksplorasi dalam hal teknik dan komposisi motif. Para desainer seakan masih terpaku dengan teknik umum yang digunakan, seperti tenun dan digital print. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil terbaik dari eksplorasi ragam hias Navajo, dengan menggunakan teknik olah latar, dalam penerapannya sebagai produk fashion. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode survei, eksplorasi, studi literatur, observasi lapangan, serta wawancara dengan narasumber-narasumber yang terkait.// //
APLIKASI TEKNIK ARASHI SHIBORI PADA JENIS-JENIS KAIN SUTRA UNTUK SCARF Maharani, Riesyanita; Martono, John
Craft Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Craft

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.174 KB)

Abstract

Teknik arashi shibori sebagai bagian dari teknik olah latar masih jarang ditemui di industri tekstil Indonesia. Shibori adalah istilah di Jepang untuk berbagai cara untuk menghiasi bahan tekstil dengan cara membuat pola pada kain dan menutup bagian tertentu sebelum dicelup. Shibori mempunyai keistimewaan, dapat menghasilkan unsur warna dan motif yang tidak terduga pada kainnya. Oleh karena itu keistimewaan ini harus dikembangkan dan dipelajari lebih lanjut. Dalam laporan tugas akhir ini, pemilihan material tekstil dibatasi pada kain sutra dan pewarnanya dibatasi pada pewarna sintetis. Hasil dari keseluruhan proses eksplorasi diharapkan dapat menciptakan karya yang estetis dari berbagai motif yang tercipta pada tekstil.// //
SAYAP KUPU-KUPU SEBAGAI INSPIRASI PADA LUKIS SUTRA Triandani, Kharisma; Martono, John
Craft Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : Craft

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.174 KB)

Abstract

Teknik melukis sutra merupakan salah satu teknik surface design yang sudah ada sejak lama. Pelukis sutra yang berasal dari Perancis dan Hungaria mengatakan bahwa guru mereka memperoleh keterampilan dan teknik kerajinan di Perancis dari anggota keluarga Tsar Rusia. Selama Revolusi Bolshevik, anggota keluarga Tsar tersebar, dan banyak yang melarikan diri ke Paris. Hingga pada tahun 1920, desain kain yang unik muncul di Perancis Haute Couture. Kain sutra dari Lyon dikenal dengan kualitasnya yang baik, mewah dan dihiasi dengan desain yang indah, dan dilukis dengan tangan, serta banyak yang mencerminkan pengaruh art deco. Sejak saat itu, teknik melukis pada kain sutra berkembang sangat pesat, dan tidak terbatas pada karya lukisan saja. Lukis sutra mulai diterapkan pada produk fashion seperti selendang, gaun wanita, tas, mukena,dan kerudung. Produk interior pun mulai memakai teknik lukis sutra pada produknya, misalnya pada sarung bantal. Lukis sutra menggunakan pewarna atau cat khusus untuk digunakan di kain sutra. Cat sutra dapat diaplikasikan pada kain selain kain sutra, namun efek dari cat nya akan berbeda dengan efek yang didapatkan jika kita menggunakan kain sutra sebagai material kainnya. Kain sutra dikenal dengan teksturnya yang lembut, mulus namun tidak licin dan bersifat higroskopis atau menyerap air, sehingga cat sutra akan menyebar dengan sempurna dan juga dapat dieksplor dengan material-material tambahan sehingga hasilnya akan lebih baik. Karena itu penulis memilih kain sutra sebagai material utama dalam tugas akhir yang berjudul “Sayap Kupu-Kupu Sebagai Inspirasi Pada Lukis Sutra”. Tema yang diangkat pada karya ini berasal dari rupa sayap kupu-kupu yang berasal dari Indonesia. Bentuk rupa yang terdapat pada sayap kupu-kupu sangatlah menarik untuk diolah dan dikembangkan lebih lanjut, khususnya dalam bidang kriya tekstil. Kupu-kupu memiliki unsur rupa yang beragam contohnya seperti garis yang melengkung yang memberikan kesan lembut namun kokoh dan di dominasi oleh garis berwarna hitam, titik yang tidak beraturan dan juga bidang. Semua unsur-unsur rupa tersebut berulang sehingga membentuk satu komposisi yang unik dan menarik. Hal tersebut yang menjadi alasan dalam pemilihan sayap kupu-kupu sebagai inspirasi dalam lukis sutra. Pemakaian teknik lukis sutra dengan inspirasi sayap kupu-kupu pada pakaian wanita dapat dikatakan belum terlalu banyak dipakai. Cukup banyak desainer-desainer yang memakai kupu-kupu sebagai tema dalam karya-karyanya, namun penerapan tekniknya tidak menggunakan teknik lukis sutra, melainkan teknik bordir, printing atau sablon. Karena itu, diharapkan teknik lukis sutra pada produk fashion dapat terus berkembang di Indonesia.
APLIKASI RAGAM HIAS KERAMIK PERANAKAN CHINA MENGGUNAKAN TEKNIK LUKIS SUTRA PADA KAIN SUTRA Steven, Annette; Martono, John
Craft Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : Craft

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.174 KB)

Abstract

Keramik Peranakan China adalah sebuah bentuk kerajinan gerabah yang muncul atas perpaduan budaya Melayu dan China yang banyak berkembang di daerah Asia Tenggara yang meliputi Singapura, Malaysia dan Indonesia. Kerajinan yang pertama kali muncul di abad 19 ini pertama kali dibawa oleh para pedagang China yang singgah di pelabuhan-pelabuhan Melayu yang kemudian menetap dan menerapkan budaya asal mereka dengan menyesuaikan gaya yang telah ada di Negara-negara Melayu tersebut. Keramik ini biasanya sering ditemukan sebagai peralatan rumah tangga sebagai peralatan masak dan makan yang memiliki ciri khas warna pastel yang cerah dengan motif dominan flora seperti sulur tanaman dan bunga peonies, dan motif burung phoenix.Ragam hias pada keramik Peranakan China ini memiliki arti sebagai pembawa kemakmuran, keseimbangan dan kesuburan. Setelah berkembang selama bertahun-tahun dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Melayu, ragam hias ini akan dicoba diaplikasikan dalam bentuk karya seni lainnya, yang dalam penelitian kali ini berbentuk sebuah lukis sutra.Lukis sutra pada umumnya memiliki gambaran abstrak, pertama kali muncul di China sebagai salah satu bentuk kesenian ekslusif yang digemari kalangan kerajaan. Pengaplikasian ragam hias Keramik Peranakan China ini diharapkan akan membawa kebaruan dalam bidang fashion dan kesenian juga pengenalan lebih luas pada masyarakat terhadap kebudayaan yang terkandung dalam kedua bentuk kesenian ini. Hasil akhir dari penelitian ini akan berupa koleksi pakaian wanita semi formal bergaya oriental modern.
Craft Design Collaboration: Exploring a Locally Inspired Motif for The Tasikmalaya Embroidery Martono, John; Puspita, Eka Arifianty; Batik, Iradaniatri Rejeky
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 14 No. 1 (2025): Gorga: Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v14i1.64493

Abstract

Traditional crafts are important for exposing regional identity. Lack of originality in the way crafts represent regional characteristics will expose them to imitation, trap them in a competitive market, and eventually threaten their sustainability in a creative economy. Consumer trends are certainly important for traditional craft growth, but so is the intangible dimension, which is typically shaped by economic, cultural, and technological factors. The potential economic value of culture-based enterprises is revealed by attempts to commercialize the distinctive intangible creativity, just like in creative industries, by highlighting the distinctiveness of locale. The purpose of this study was to explore the creative potentials that show the distinctiveness of the local Tasikmalayan embroidery craft. Since designers are taught to consider collective factors while making design decisions, design intervention is required for this endeavor. Thus, Tung's craft and design collaboration model will be used for the research, which encourages Tasikmalayan embroidery designers and craftsmen to work together from the beginning to the end. A team of designers will work together with Gallery Kiwari, a Tasikmalayan embroidery craft MSME, to create new embroidery craft motifs that promote local identity. Although the research yielded two prototypes that reflected the location and the character of the artisans, the collaborative method also gave the craftsmen opportunities to learn and create designs that supported local richness. Through the experience, it is anticipated that the craftsmen will be able to develop their future original ideas and elevate the variety of embroidery crafts that symbolize the local value of Tasikmalaya.