Krisnawati Krisnawati
Department of Orthodontics, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Craniofacial morphology of children with complete unilateral cleft lip and palate following labioplasty and palatoplasty Sigit Handoko Utomo; Krisnawati Krisnawati; Benny M. Soegiharto
Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi) Vol. 45 No. 2 (2012): June 2012
Publisher : Faculty of Dental Medicine, Universitas Airlangga https://fkg.unair.ac.id/en

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.223 KB) | DOI: 10.20473/j.djmkg.v45.i2.p107-113

Abstract

Background: A complete unilateral cleft lip and palate generally results in asymmetry of the midface. The lack of continuity in the perilabial musculature through the midline contributes to a malpositioning of the underlying osseus structures which are often underdeveloped. Purpose: The purpose of this study was to determine whether there are differences in the craniofacial morphology among children with complete unilateral cleft lip and palate following labioplasty and palatoplasty as compared with children without cleft lip and palate at the same pubertal age. Methods: A series of 14 consecutively treated subjects with complete unilateral cleft lip and palate following labioplasty and palatoplasty were compared with 14 pubertal stage-matched controls with normal craniofacial structure. Pubertal stage was determined with cervical vertebral maturation (CVM) method improved by Baccetti et al, 2002. Lateral cephalograms were used for comparison. An unpaired t-test was run for 14 subjects with complete unilateral cleft lip and palate and 14 normal subjects. Results: There were significant cephalometric differences in anterior cranial base length (p = .002), cranial base length (p = .001), maxillary length (p = .000), mandibular length (p = .000), mandibular ramus height (p = .000), mandibular body length (p = .002), and upper anterior face height (p = .004). There was no significant cephalometric difference in posterior cranial base length (p = .051), lower anterior face height (p = .206), posterior face height (p = .865), growth pattern/ facial type (p = .202). Conclusion: There were craniofacial morphology differences between children with complete unilateral cleft lip and palate post labioplasty and palatoplasty and children without cleft lip and palate at the age of pubertal. Children with complete unilateral cleft lip and palate post labioplasty and palatoplasty had shorter length of the anterior cranial base, cranial base, maxilla, mandible, mandibular ramus height, mandibular body, and upper anterior face height as compared with children without cleft lip and palate at the age of pubertal.Latar belakang: Celah bibir dan langit-langit unilateral komplit umumnya menghasilkan asimetri wajah bagian tengah. Berkurangnya kontinuitas otot di sekitar bibir yang melewati garis tengah wajah mengakibatkan malposisi struktur tulang di bawahnya yang seringkali kurang berkembang. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan apakah terdapat perbedaan morfologi kraniofasial anak dengan celah bibir dan langit-langit unilateral komplit pasca labioplasti dan palatoplasti dibandingkan anak tanpa celah bibir dan langit-langit pada usia pubertal. Metode Penelitian: Sejumlah subyek penelitian berupa 14 orang anak penderita celah bibir dan langit-langit pasca labioplasti dan palatoplasti dibandingkan dengan 14 orang anak yang normal pada masa pubertal yang sama. Masa pubertal ditentukan menggunakan metode cervical vertebral maturation (CVM) yang dikembangkan oleh Baccetti dkk, 2002. Dilakukan perbandingan hasil pengukuran sefalogram lateral dari kedua kelompok. Uji-t tidak berpasangan dilakukan untuk mengetahui perbedaan gambaran kraniofasial antara kelompok anak dengan celah bibir dan langit-langit unilateral komplit pasca labioplasti dan palatoplasti dan kelompok anak normal. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna pada panjang basis kranium anterior (p = .002), panjang keseluruhan basis kranium (p = .001), panjang maksila (p = .000), panjang mandibula (p = .000), tinggi ramus mandibula (p = .000), panjang badan mandibula (p = .002), tinggi wajah anterior atas (p = .004). Tidak terdapat perbedaan bermakna pada panjang basis kranium posterior (p = .051), tinggi wajah anterior bawah (p = .206), tinggi wajah posterior (p = .865), pola pertumbuhan/tipe wajah (p = .202). Kesimpulan: Terdapat perbedaan morfologi kraniofasial antara anak dengan celah bibir dan langit-langit unilateral komplit pasca labioplasti dan palatoplasti dibandingkan anak tanpa celah bibir dan langit-langit pada masa pubertal. Anak dengan celah bibir dan langit-langit unilateral komplit pasca labioplasti dan palatoplasti memiliki panjang basis kranium anterior, panjang keseluruhan basis kranium, panjang maksila, panjang mandibula, tinggi ramus mandibula, panjang badan mandibula, dan tinggi wajah anterior atas yang lebih pendek dibandingkan anak tanpa celah bibir dan langit-langit pada masa pubertal.
Efficacy of various topical agents to prevent enamel demineralization Priska Lestari Hendrawan; Erwin Siregar; Krisnawati Krisnawati
Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi) Vol. 44 No. 3 (2011): September 2011
Publisher : Faculty of Dental Medicine, Universitas Airlangga https://fkg.unair.ac.id/en

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (174.532 KB) | DOI: 10.20473/j.djmkg.v44.i3.p141-144

Abstract

Background: Enamel demineralization is a common and undesirable side effect of fixed appliance orthodontic treatment. Many sudies showed that the prevalence varied between 2–96%. There are many ways to prevent demineralization and increased remineralization such as oral hygiene instruction and by topical application such as acidulated phosphate fluor (APF) casein phospo peptide-amorphous calcium phosphate (CPP-ACP), casein phospo peptide-amorphous calcium phosphate plus (CPP-ACPF). Purpose: The purpose of this in-vitro study was to evaluate the efficacy of various topical agents to prevent enamel demineralization. Methods: Fourty extracted human premolars were allocated to 1 of 4 groups: 1.23% APF gel; 10% CPP-ACP paste; 10% CPP-ACPF paste; and untreated control. All samples were subjected to pH cycling treatment for 12 days through a daily procedure of demineralization solution with pH 4 for 6 hours and remineralization solution with pH 7 for 18 hours. Microhardness testing were done before and after pH cycling and the delta hardness values were determined. Results: APF, CPP-ACP and CPP-ACPF application significantly prevent lowering of enamel microhardness value compared with untreated control group. Kruskal-Wallis, ANOVA, Mann-Whitney U, Tukey and Bonferroni Post-Hoc multiple comparison test showed significant difference between mean delta microhardness value of CPP-ACPF and CPP-ACP group with APF group, but there is no significant difference between mean delta microhardness value of CPP-ACPF and CPP-ACP group. Conclusion: APF, CPP-ACP and CPP-ACPF prevent enamel demineralization. CPP-ACP and CPP-ACPF prevent demineralization more than APF.Latar belakang: Demineralisasi email merupakan efek samping negatif yang sering dijumpai pada perawatan ortodontik cekat. Beberapa penelitian menyatakan bahwa prevalensinya bervariasi 2–96 persen. Ada beberapa cara untuk mencegah demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi, misalnya dengan instruksi kebersihan mulut dan menggunakan bahan topical aplikasi seperti acidulated phosphate fluor (APF) casein phospo peptide-amorphous calcium phosphate (CPP-ACP), casein phospo peptide-amorphous calcium phosphate plus (CPP-ACPF). Tujuan: Tujuan penelitian in vitro ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas berbagai agen topikal untuk mencegah demineralisi email yang dilihat dengan uji kekerasan mikro permukaan email. Metode: emapat puluh gigi premolar yang sudah di ekstraksi dibagi dalam 4 kelompok: aplikasi gel 1,23% APF; aplikasi psta 10% CPP-ACP; aplikasi pasta 10% CPP-ACPF dan kelompok Kontrol. Semua sampel diberikan perlakuan siklus pH selama 12 hari yang terdiri dari perendaman dalam larutan demineralisasi dengan pH 4 selama 6 jan dilanjutkan dengan perendaman dalam larutan remineralisasi dengan pH 7 selama 18 jam. Uji kekerasan dilaku kan sebelum dan sesudah perlakuan serta diperoleh juga data delta kekerasan. Hasil: Semua aplikasi agen topikal tersebut dapat mencegah demineralisasi email secara signifikan dibandingkan kelompok kontrol. Kesimpulan: APF, CPP, ACP, dan CPD-ACPF mencegah demineralisasi enamel. CPP-ACP dan CPD-ACPF mencegah demineralisasi lebih baik dibanding APF.