Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Media Baru dan Potensi Terorisme Virtual Rulli Nasrullah
EMPATI: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol 1, No 1 (2012): Empati Edisi Juni 2012
Publisher : Social Welfare Study Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/empati.v1i1.9768

Abstract

It is interesting to look at the Head of Criminal Investigation statement of the Indonesian National Police Commissioner General Ito Sumardi (Kompas, 22/9/2010), which warns that the crime of terrorism is closely related to ideology. Sociologist Van Dijk (1993) states that ideology is basically a mental system that is exchanged, represented both in the level of discourse and action to achieve certain goals or desires in a groups (defi ned as the system of mental representations and processes of group members). Why (technology) Internet so powerful in spreading the message of terrorism? First, the interaction happens on internet can be done anywhere and anytime. Second, Internet users in Indonesia, which is increasingly growing in number, allows access to the site or content to be easily obtained terrorism. Third, Internet medium provides access not only cheap but free. Fourth, the Internet allows anyone to construct new identity. In a fact proves that the identities of individuals in cyber world are individuals who have two possibilities, it could be the same or different identities as in the real world. Furthermore, the individual does not only have one identity per se on the internet, they could have multiple identities as well as different characteristics from each other. In according to Gilmore (1996), those on the Internet nobody knows you at all, not either knows your race or your sex. This is the opportunities that could be used by the perpetrators of terrorism to spread the ideology of terrorism and violence in the name of religion without worried their identity will be revealed. Key words: cybermedia, virtual terorism, internet, identity.
Strategi Dakwah Islam Berkearifan Lokal di Kalangan Suku Anak Dalam Jambi Sihabudin Noor; Kiky Rizky; Rulli Nasrullah; Lazuardi Lazuardi
Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan Vol 27, No 1 (2023): Dakwah: Jurnal Dakwah dan Kemasyarakatan
Publisher : Faculty of Dakwah and Communication, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/dakwah.v27i1.33327

Abstract

Strategi dakwah adalah salah satu upaya untuk memediasikan Islam sebagai sebuah sistem nilai dan ajaran kepada objek yang didakwahi (mad’u); yaitu suatu cara/metode yang dipakai dai dalam mengaktualisasikan keimanan/kepercayaannya, sehingga memengaruhi cara berkebudayaan mad’u meliputi cara berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak dalam semua aspek kehidupannya. Penelitian ini adalah untuk meneliti strategi dakwah berkearifan lokal di kalangan suku terasing “Orang Rimbo Suku Anak Dalam” Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD) Jambi. Penelitian ini penting untuk dikaji karena akan mengelaborasi: pertama, bagaimana komunikasi antarbudaya dibangun oleh dai dengan Orang Rimbo Suku Anak Dalam; kedua, interaksi antara nilai-nilai Islam yang universal dengan nilai-nilai lokal lewat komunikasi antarbudaya antara dai dan mad’u (dai/orang Islam dan Orang Rimbo Suku Anak Dalam). Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa tantangan dakwah di kalangan SAD bagi para dai adalah kemampuan untuk dapat diterima menjadi bagian dari mereka tanpa kemudian menimbulkan kecurigaan. Yang demikian itu menjadi modal dalam pendekatan dakwah mengingat selama ini keberadaan orang luar dianggap merugikan dan tidak menyelesaikan, bahkan menambah masalah; Selain itu dalam berdakwah dengan memanfaatkan kearifan lokal dilakukan salah satunya dengan pemanfaatan budaya dan kebiasaan setempat.
MENGGAGAS KURIKULUM JURNALISTIK DI PTAI, PENYELARASAN TERHADAP KOMPETENSI WARTAWAN Rulli Nasrullah
Global Komunika : Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol 1 No 1 (2017): Global Komunika
Publisher : FISIP UPNVJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kurikulum Pendidikan Jurnalistik disesuaikan dengan Standar Nasional Pendidikan yang nantinya diturunkan dalam Standar Kompetensi dan Standar Isi. Yang riil dari standar itu dalam bentuk kurikulum adalah apa yang disampaikan pengampu di dalam kelas yang disebut dengan kurikulum terimplementasi. Yang menjadi persoalan adalah apabila insitusi media menampung lulusan bukan dari program studi jurnalistik. Kurangnya pengetahuan dan keahlian jurnalistik tentu akan menjadi kendala utama yang mesti mendapatkan perhatian serius, terlebih dengan masuknya era kebebasan pers di Indonesia setelah tahun 1998 yang berakibat pada banyaknya (institusi) media yang muncul.Dalam banyak kasus, institusi media –dengan pertarungan ideologi di dalamnya- menekankan aspek ekonomi media dibandingkan aspek pelaksanaan fungsi media itu sendiri. Bahwa selain ada pertimbangan-pertimbangan dasar yang menjadi acuan apakah peristiwa dapat diberitakan atau program mata acara dapat disiarkan kepada khalayak, ada pertimbangan lain, yaitu faktor untung-rugi bagi institusi media yang bersangkutan. Persoalan yang muncul lainnya bersinggungan dengan profesionalisme pelaku media. Misalnya, wartawan yang mengabaikan kode etik jurnalistik ketika melakukan praktek jurnalistik. Kasus Majalah Tempo dan pengusaha Tomi Winata berkaitan dengan berita keterlibatan Tomi Winata atas megaproyek Pasar Tanah Abang yang tidak dilakukan proses konfirmasi dan cover both side sehingga berujung pada proses hukum adalah contoh kasus bagaimana wartawan tidak bekerja pada kode etik jurnalistik.