This Author published in this journals
All Journal Sari Pediatri
Djajadiman Gatot
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI, RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Profil Antioksidan dan Oksidan Pasien Anak dengan Leukemia Limfoblastik Akut pada Kemoterapi Fase Induksi ( Studi Pendahuluan) Kirana Kamima; Djajadiman Gatot; Sri Rezeki S. Hadinegoro
Sari Pediatri Vol 11, No 4 (2009)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp11.4.2009.282-88

Abstract

Latar belakang. Telah diketahui bahwa sel kanker dan obat kemoterapi pada leukemia limfoblastik akut(LLA) melepaskan radikal bebas. Berakibat akan terjadi stres oksidatif apabila kadar oksidan meningkat danantioksidan menurun, ditandai dengan peningkatan kadar malondialdehid (MDA).Tujuan. Mengetahui profil antioksidan dan oksidan pasien LLA sebelum dan sesudah mendapat kemoterapifase induksi.Metode. Penelitian uji potong lintang pada pasien LLA yang dirawat di Departemen Ilmu Kesehatan AnakFKUI-RSCM sejak bulan Januari sampai Juni 2009. Kadar antioksidan (􀁅-karoten, vitamin C, dan vitaminE plasma) serta kadar oksidan (MDA plasma) diperiksa sebelum kemoterapi, dan setelah kemoterapi mingguke-3 dan minggu ke-6.Hasil. Empat belas kasus baru LLA diikutsertakan dalam penelitian. Dijumpai kadar MDA pada tiga kalipemeriksaan meningkat. Kadar MDA pada LLA high risk (HR) meningkat setelah kemoterapi dibandingkansebelum kemoterapi. Kadar MDA pada LLA standard risk (SR) menurun setelah kemoterapi dibandingkansebelum kemoterapi. Sebelum kemoterapi kadar rerata vitamin C normal, vitamin E rendah, 􀁅-karoten rendahdan setelah minggu ke-3 kemoterapi kadar vitamin C tetap normal, namun terdapat penurunan kadar vitaminE dan 􀁅-karoten. Pada subjek dengan efek samping kemoterapi yang ditunjukkan dengan peningkatan enzimtransaminase dan neutropenia, terjadi penurunan kadar 􀁅-karoten dan vitamin E serta MDA yang tinggi.Kesimpulan. Stres oksidatif terjadi sebelum kemoterapi karena radikal bebas yang dilepaskan sel kankerdan tetap berlangsung saat pemberian kemoterapi. Stres oksidatif pada LLA HR lebih berat dibandingkanLLA SR. Adanya kadar MDA tinggi dan vitamin antioksidan rendah mempermudah terjadi efek sampingkemoterapi
Hubungan antara Faktor Risiko pada Ibu dan Kondisi Neonatus dengan Jumlah Eritrosit Berinti pada Neonatus Tunggal Cukup Bulan di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Ellya Marliah; Rinawati Rohsiswatmo; Djajadiman Gatot
Sari Pediatri Vol 10, No 5 (2009)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp10.5.2009.345-50

Abstract

Latar belakang. Jumlah eritrosit berinti (EB) pada neonatus berpotensi menjadi prediktor kondisineonatus, seperti perlunya perawatan intensif. Hal tersebut belum pernah diteliti di RSUPN CiptoMangunkusumo.Tujuan. Mengetahui hubungan antara faktor-faktor risiko pada ibu dan kondisi neonatus dengan jumlahEB pada neonatus tunggal cukup bulan.Metode. Studi potong lintang analitik pada neonatus tunggal cukup bulan dan ibunya antara bulan Maretsampai Juni 2008 di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI – RSCM. Penghitungan jumlah EB dilakukanpada sediaan apusan darah tepi yang diambil dari vena tali pusat dan dihitung per 100 leukosit.Hasil. Didapatkan 117 pasang ibu melahirkan dan neonatus tunggal cukup bulan antara bulan April -Mei 2008. Rerata usia ibu saat melahirkan adalah (28,9+6,38) tahun (rentang 17-42 tahun). Rerata usiagestasi 38 minggu dan rerata berat lahir 3,051 g dengan rentang (1,900-4,100) g. Peningkatan jumlahEB didapatkan pada 39,3% neonatus. Rerata jumlah EB (4,7+4,29) (0-22 EB) per 100 leukosit. NilaiEB 4 memberikan sensitivitas dan spesifisitas terbaik, yaitu 73,3% dan 65,7% dengan area under thecurve (AUC) 0,771.Kesimpulan. Terdapat hubungan bermakna antara riwayat ibu perokok pasif, nilai Apgar menit pertamayang rendah, terdapat mekonium pada air ketuban, dan perawatan intensif neonatus dengan jumlah EB.Peningkatan jumlah EB dapat dipakai untuk menentukan kemungkinan bayi akan mendapat perawatandi ruang intensif. Penelitian lanjutan perlu dilakukan terhadap masing-masing faktor risiko kehamilandan persalinan terhadap jumlah EB untuk memahami patogenesis hipoksia pada neonatus sehingga dapatdirencanakan upaya-upaya preventif.