p-Index From 2020 - 2025
0.408
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Sari Pediatri
Muhammad Riza
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSUD Dr. Moewardi, Surakarta

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Rasio Neutrofil Limfosit untuk Membedakan Meningitis Bakterial dan Viral pada Anak Ismi Ratnasari; Fadhilah Tia Nur; Muhammad Riza
Sari Pediatri Vol 23, No 4 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp23.4.2021.222-7

Abstract

Latar belakang. Meningitis bakterial merupakan penyakit infeksi yang berat pada meningen (selaput otak) yang menimbulkan mortalitas dan morbiditas yang tinggi di dunia. Gejala dan tanda kinis tidak dapat digunakan untuk membedakan antara meningitis bakterial dan miningitis viral. Apabila pemeriksaan cairan serebrospinal tidak memungkinkan untuk dilakukan, pemeriksaan marker inflamasi serum dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis dari meningitis. Rasio neutrofil limfosit (NLR) adalah parameter sederhana yang dapat digunakan untuk membedakan meningitis bakterial dan viral.Tujuan. Membedakan nilai NLR antara meningitis bakterial dan meningitis viral pada anak.Metode. Penelitian potong lintang dengan pendekatan uji diagnostik. Data didapatkan dari rekam medis pasien dengan meningitis usia 1 bulan - 18 tahun yang dirawat di RSUD Dr. Moewardi Januari 2017 - Desember 2020. Data dianalisis menggunakan uji independent t test dan uji Mann Whitney, tingkat kemaknaan hasil uji ditentukan berdasarkan nilai p<0,05.Hasil. Dari 36 rekam medis, meningitis bakterial dan viral paling banyak terjadi pada usia 1 bulan – 5 tahun. Dari data karakteristik tidak didapatkan perbedaan yang bermakna. Terdapat perbedaan bermakna NLR pada pasien meningitis bakterial dan viral tanpa disertai infeksi di luar sistem saraf pusat (p=0,014). Nilai cut off NLR untuk meningitis bakterial adalah >2,31 dengan sensitivitas 81,8%, spesifisitas 71,4%.Kesimpulan. Rasio neutrofil limfosit dapat digunakan untuk membedakan meningitis bakterial dan viral dengan nilai cut off untuk meningitis bakterial adalah >2,31.
Pengaruh Transfusi Sel Darah Merah Terhadap Perubahan Kadar Kalium pada Pasien Thalassemia Mayor Sacharissa Ardelia Larasati; Muhammad Riza
Sari Pediatri Vol 21, No 4 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp21.4.2019.241-5

Abstract

Latar belakang. Pada sebagian besar penderita thalassemia mayor, diindikasikan transfusi darah seumur hidup karena adanya proses hemolitik yang terjadi terus menerus. Pemberian produk darah mengandung beberapa unsur yang berisiko dan berpotensi menimbulkan efek samping. Metabolisme sel darah merah selama penyimpanan dapat menyebabkan kebocoran pada membran sel darah merah sehingga terjadi peningkatan kadar kalium.Tujuan. Menganalisis pengaruh transfusi sel darah merah terhadap perubahan kadar kalium pada pasien thalassemia mayor.Metode. Penelitian dilakukan di ruang perawatan hematologi anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan April-Mei 2018. Subjek penelitian sebanyak 50 pasien diambil secara konsekutif sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Pasien thalassemia mayor yang mendapatkan transfusi darah terakhir pada saat rawat inap, dilakukan pemeriksaan kadar elektrolit kalium sebelum dan setelah transfusi sel darah merah. Data diolah dengan SPSS 17.0. Analisis untuk menilai hubungan kedua variabel menggunakan uji wilcoxon rank test.Hasil. Didapatkan pengaruh transfusi sel darah merah terhadap perubahan kadar kalium pada pasien thalassemia mayor. Nilai rata-rata kadar kalium sebelum transfusi (pre) adalah 3,83±0,45 dan rata-rata kadar kalium setelah transfusi (post) adalah 3,93+0,47. Ada kecenderungan peningkatan kadar kalium sebesar 2,6% (p =0,064) dan tidak ada yang menimbulkan hiperkalemia (K >5 mmol/L). Kesimpulan. Terdapat pengaruh transfusi sel darah merah terhadap perubahan kadar kalium pada pasien thalassemia mayor, meskipun secara statistik tidak signifikan. 
Perbedaan Kualitas Hidup pada Remaja Talasemia Mayor dengan Gizi Kurang dan Gizi Baik menggunakan Instrumen PedsQL Kurniawan Adi Putranto; Harsono Salimo; Muhammad Riza
Sari Pediatri Vol 23, No 3 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp23.3.2021.171-7

Abstract

Latar belakang. Remaja dengan penyakit kronis sering mengalami penurunan kualitas hidup. Talasemia beta mayor merupakan kelainan herediter autosomal resesif yang disebabkan karena tidak adanya atau berkurangnya sintesis rantai β-globin dan membutuhkan waktu berobat yang lama. Kondisi tersebut dapat memengaruhi kualitas hidup.Tujuan. Menganalisis pengaruh status gizi terhadap kualitas hidup pasien remaja dengan talasemia mayor.Metode. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain studi cross sectional. Remaja talasemia mayor usia 10-18 tahun yang berkunjung ke poliklinik hematologi RS Dr. Moewardi dari bulan Desember 2020 – Januari 2021 dan memenuhi kriteria inklusi diikutsertakan dalam penelitian. Pasien diminta mengisi penilaian kualitas hidup menggunakan PedsQL.Hasil. Sebanyak 34 remaja talasemia dengan usia 10-18 tahun mengikuti penelitian ini, terdiri dari 17 gizi baik dan 17 gizi kurang. Terdapat perbedaan kualitas hidup pada gizi kurang dan gizi baik. Sebanyak 76% pada kelompok gizi kurang mengalami penurunan kualitas hidup dan 47% pada kelompok gizi baik. Sebagian besar remaja talasemia mayor mengalami penurunan kualitas hidup pada domain emosi dan secara total pada penilaian kualitas hidup.Kesimpulan. Terdapat perbedaan kualitas hidup pada remaja talasemia mayor dengan gizi kurang dan gizi baik. Domain emosi merupakan penurunan kualitas hidup yang paling terdapat perbedaan.