This Author published in this journals
All Journal Sari Pediatri
Edi Hartoyo
Universitas Lambungmangkurat, Banjarmasin

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Gambaran Klinis dan Karakteristik Genetik Human Enterovirus 71 Penyebab Hand Foot and Mouth Disease di Banjarmasin – Kalimantan Selatan Tahun 2016 Edi Hartoyo
Sari Pediatri Vol 21, No 5 (2020)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp21.5.2020.271-5

Abstract

Latar belakang. Hand foot and mouth desease (HFMD) adalah infeksi virus akut yang biasanya menyerang anak dibawah 10 tahun, sangat menular dan dapat menimbulkan komplikasi fatal. Tujuan. Untuk mengetahui gejala klinis, komplikasi, dan serotipe penyebab HFMD di Banjarmasin. Metode. Penelitian deskriptif, sampel diambil di poliklinik RSUD Ulin dan RS. Islam Banjarmasin periode November 2015 sampai dengan Febuari 2016 yang terdiagnosis HFMD oleh dokter spesialis anak, terdapat 23 sampel.Hasil. Dari 23 pasien secara klinis HFMD terdapat 18 (78%) positif entero virus, 71, 2 (9%) positif campak, dan 3 (13%) negatif. Umur rata rata ±20,77 bulan, laki laki 12 (52%) dan perempuan 11 (48%). Gejala klinis demam 17 (74%), rash/ lesi kulit 23 (100%), susah makan 14(61%), batuk 8(35%), pilek 9(39%), diare 5(22%), konjungtivitis 2(9%), muntah 4(17%), nyeri menelan 14(61%), dan kenjang 2(9%).Kesimpulan. Penyebab HFMD terbanyak adalah EV71, umur tesering kurang dari 3 tahun, gejala klinis terbanyak lesi kulit, demam dan tidak didapatkan komplikasi serius (intakranial).
Difteri Pada Anak Edi Hartoyo
Sari Pediatri Vol 19, No 5 (2018)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.968 KB) | DOI: 10.14238/sp19.5.2018.300-6

Abstract

Difteri adalah infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Corynebacterium diptheriae toksigenik dapat menyerang saluran nafas, kulit, mata dan organ lain. Penyakit ini ditandai dengan demam, malaise, batuk, nyeri menelan dan pada pemeriksaan terdapat pseudomembran kas. Penyakit ini ditularkan melalui kontak atau droplet, dan diagnosis pasti ditegakan berdasarkan gejala klinis dan kultur atau PCR. Terdapat 939 kasus di 30 provinsi di Indonesia dengan angka kematian 44 kasus dan case fatality rate 4,7% selama KLB tahun 2017. Penyakit ini dapat dicegah dengan imunisasi.        
Perubahan Pola Serotipe Pasien Demam Berdarah Dengue pada tahun 2014, 2016, dan 2018 di Area Lahan Basah Edi Hartoyo; Lina Purnamasari
Sari Pediatri Vol 22, No 3 (2020)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.3.2020.160-3

Abstract

Latar belakang. Dengue adalah infeksi virus akut dengan 4 serotipe virus. Penelitian seroprevalensi pada anak di Indonesia menunjukkan terdapat perubahan pola serotipe dengue dari berbagai daerah di Indonesia. Tujuan. Mengetahui apakah ada perubahan pola serotipe pasien DBD pada tahun 2014, 2016, dan 2018 di area lahan basah di Kalimantan Selatan.Metode. Penelitian epidemiologi ini melibatkan 145 pasien anak di bawah 18 tahun yang dirawat di RS Ulin pada tahun 2014, 2016 dan 2018 dan didiagnosis DBD oleh dokter spesialis anak berdasarkan tanda klinis, darah lengkap, dan serologi (IgM, IgG dengue). Sampel darah juga diperiksa untuk jenis serotipe dengan metode RT-PCR.Hasil. Serotipe dengue pada tahun 2014 terbanyak adalah DENV-2 (38%), diikuti oleh DENV-3 (30%), DENV-4 (24%), DENV-1 (8%); pada 2016 DENV-4 (35%), DENV-2 (29%), DENV-3 (21%), DENV-1 (15%); pada 2018 DENV-3 (39%), DENV-4 (29%), DENV-2 (23%), DENV-1 (9%).Kesimpulan. Terdapat perubahan pola dominasi serotipe dengue di area lahan basah dari DENV-2 (2014), DENV-4 (2016) menjadi DENV-3 (2018).
Analisis Komparatif Neutrophil-to-Lymphocyte, Platelet-to-Lymphocyte Ratio, Monocyte-to-Lymphocyte Ratio dan Derived Neutrophil-to-Lymphocyte Ratio Terkait Derajat Keparahan COVID-19 pada Pasien Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin Edi Hartoyo; Debbie Rose Komala Hadi
Sari Pediatri Vol 24, No 6 (2023)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp24.6.2023.359-69

Abstract

Latar belakang. Mayoritas COVID-19 pada anak memiliki luaran klinis yang baik, tetapi angka mortalitas COVID-19 di Indonesia tergolong tinggi. Identifikasi pasien dengan risiko mortalitas penting dilakukan sedini mungkin untuk mencegah luaran klinis yang buruk. Beberapa parameter pemeriksaan darah rutin terbukti pada dewasa, tetapi pada populasi anak masih belum diketahui.Tujuan. Menilai hubungan antara parameter laboratoris dengan derajat keparahan COVID-19 (severe vs non-severe) pada anak usia 0-<18 tahun.Metode. Studi cross-sectional dengan data sekunder retrospektif, diambil dari rekam medis pasien usia 0-<18 tahun yang terkonfirmasi transcription polymerase chain reaction dan dirawat inap di ruang isolasi RSUD Ulin Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dari satu Januari 2020 – 31 Desember 2021. Hasil. Total 77 orang subjek studi, terdiri dari 66 kasus non-severe dan 11 kasus severe. Median usia 10 tahun, perbandingan jenis kelamin laki-laki dan perempuan = (1,48 : 1). Angka mortalitas sebesar 7,79%. Perbedaan nilai neutrophil-to-lymphocyte ratio, platelet-to-lymphocyte ratio, monocyte-to-lymphocyte ratio dan derived neutrophil-to-lymphocyte ratio yang bermakna tidak ditemukan antara kelompok anak dengan COVID-19 non-severe dan severe. Korelasi positif bermakna ditemukan antara neutrophil-to-lymphocyte ratio (p<0,001, r=0,453), monocyte-to-lymphocyte ratio (p<0,001, r=0,456) dan derived neutrophil-to-lymphocyte ratio (p=0,002, r=0,413) dengan kadar CRP; dan adanya korelasi negatif bermakna antara PLR (p=0,027, r= -0,274) dengan kadar LDH.Kesimpulan. Tidak ditemukan perbedaan signifikan antara kelompok non-severe dan severe. Prognosis COVID-19 lebih baik pada populasi anak, jumlah kasus severe lebih jarang dan angka mortalitas lebih rendah dibandingkan populasi dewasa.