This Author published in this journals
All Journal Sari Pediatri
Budi Setiabudiawan
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Kejadian Demam dan Kadar IL-10 Serum Pasca Imunisasi DTwP/HepB Ketiga pada Bayi yang Mendapat dan Tidak Mendapat ASI Eksklusif Andri Firdaus; Alex Chairulfatah; Budi Setiabudiawan
Sari Pediatri Vol 15, No 6 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp15.6.2014.427-32

Abstract

Latar belakang. Dilaporkan bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih jarang mengalami demam pasca imunisasi. Berbagai faktor yang berperan diantaranya adalah IL-10 yang banyak ditemukan dalam ASI.Tujuan. Membandingkan kejadian demam dan kadar IL-10 serum pasca imunisasi DTwP/HepB ketiga antara bayi yang mendapat dan tidak mendapat ASI eksklusif.Metode. Penelitian potong lintang dilaksanakan dari September–Desember 2012 melibatkan 70 bayi usia 4–6 bulan yang menerima imunisasi DTwP/HepB ketiga. Pengukuran suhu tubuh dilakukan sebelum, 30 menit, 6 jam, 12 jam, dan 24 jam pasca imunisasi atau saat demam dilakukan oleh ibu yang telah dilatih. Kadar IL-10 serum diperiksa dengan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Analisis statistik dilakukan dengan uji chi-kuadrat Pearson dan Mann-Whitney.Hasil. Delapan dari 35 bayi yang mendapat ASI eksklusif (23%) dan 32 dari 35 bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif (91%) mengalami demam pasca imunisasi (p<0,001; RP 0,25). Demam pasca imunisasi timbul lebih cepat pada bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif. Dari 24 bayi yang mengalami demam dalam 3 jam pasca imunisasi , 22 bayi (92%) tidak mendapat ASI eksklusif dan 2 bayi (8%) mendapat ASI eksklusif (p<0,001). Rata-rata suhu pada bayi yang mendapat ASI eksklusif 37,8 oC, sedangkan yang tidak mendapat ASI eksklusif 38,1 oC (p=0,033). Kadar IL-10 serum rata-rata bayi yang tidak mengalami demam pasca imunisasi 3,25 pg/mL, sedangkan yang mengalami demam 1,71 pg/mL (p<0,001). Kadar IL-10 serum rata-rata bayi yang mendapat ASI eksklusif 3,6 pg/mL, sedangkan yang tidak mendapat ASI eksklusif 1,1 pg/mL (p<0,001).Kesimpulan. Kemungkinan kejadian demam pasca imunisasi pada bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif adalah 4 kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif. Bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif lebih cepat mengalami demam dengan suhu yang lebih tinggi. Bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif mempunyai kadar IL-10 serum yang rendah daripada bayi yang mendapat ASI eksklusif.
Hubungan antara Kadar Leptin Serum dan Manifestasi Penyakit Atopik pada Anak Obes Dita Lasendra; Harry Raspati; Budi Setiabudiawan
Sari Pediatri Vol 17, No 1 (2015)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp17.1.2015.35-40

Abstract

Latar belakang. Kadar leptin meningkat pada obesitas sehingga diduga ada peran leptin dalam menimbulkan manifestasi penyakitatopik.Tujuan. Mengetahui hubungan antara kadar leptin serum dan manifestasi penyakit atopik pada anak obesitas.Metode. Penelitian cross sectional yang dilaksanakan pada bulan November 2013, melibatkan siswa beberapa Sekolah Dasar di KotaBandung usia 6-11 tahun, terbagi menjadi kelompok anak obesitas dan gizi normal, masing-masing 34 anak. Dilakukan anamnesisuntuk memperoleh data riwayat penyakit atopi di keluarga dan faktor lingkungan yang memengaruhi atopi, pemeriksaan uji tusukkulit untuk mengetahui adanya atopi, pemeriksaan ELISA untuk kadar leptin serum, dan kuesioner ISAAC untuk manifestasi penyakitatopik. Analisis statistik yang digunakan adalah uji chi kuadrat. Kurva ROC digunakan untuk melihat batas kadar leptin yang dapatmenimbulkan manifestasi penyakit atopik.Hasil. Kadar leptin tinggi lebih banyak didapatkan pada anak obes dengan manifestasi penyakit atopik (n=20) dibandingkan dengantanpa manifestasi penyakit atopik (n=10) dan anak gizi normal dengan manifestasi penyakit atopik (n=10) maupun tanpa manifestasipenyakit atopik (n=13) (p=0,04).Keimpulan. Kadar leptin serum tinggi lebih banyak didapatkan pada anak obes dengan manifestasi penyakit atopik dibandingkandengan anak obesitas tanpa manifestasi penyakit atopik.