Latar belakang. Keterlambatan berbicara dan berbahasa adalah masalah yang cukup umum pada anakanakusia 2-5 tahun. Prevalensi dari keterlambatan berbicara dan berbahasa bervariasi antara 1%-32% padapopulasi normal, dipengaruhi berbagai faktor dan menurut metode yang digunakan untuk mendiagnosis.Keterlambatan dalam gangguan perkembangan berbicara dapat merupakan gejala dari berbagai penyakit,seperti keterbelakangan mental, gangguan pendengaran, gangguan bahasa ekspresif, autisme, selektifmutisme, afasia reseptif dan cerebral palsy, dan penyakit lainnya. Gangguan berbicara mungkin sekunderkarena keterlambatan perkembangan atau disebabkan bilingualisme.Tujuan. Mengetahui karakteristik keterlambatan bicara di Klinik Khusus Tumbuh Kembang (KKTB)RSAB Harapan Kita, Jakarta.Metode. Desain penelitian deskriptif retrospektif dari rekam medik pasien baru berusia 1-5 tahun yangdatang ke KKTK RSAB Harapan Kita pada Januari 2008 sampai dengan Desember 2009.Hasil. Terdapat 260 pasien baru dengan keterlambatan bicara di KKTK RSAB Harapan Kita, 116 (44,6%)anak dengan diagnosis developmental dysphasia. Dijumpai 69,6% kasus, diagnosis ditegakkan pada usiaantara 13-36 bulan, dan lebih banyak anak laki laki 185 (71,2%) anak. Latar belakang pendidikan ibupasien 65,8% berpendidikan tinggi.Kesimpulan. Keterlambatan bicara di KKTK sebagian besar adalah developmental dysphasia. Ibu pasienmembawa ke KKTK pada usia dini sehingga dapat ditindaklanjuti dan diterapi lebih cepat sehingga mendapatluaran yang lebih baik.