Air limbah tekstil mengandung berbagai jenis senyawa polutan yang bersifat racun, dapat terdekomposisi menjadi senyawa karsinogenik dan mutagenik, dan sulit terurai secara alami. Oleh karena itu, pembuangan air limbah tekstil di atas batas maksimal baku mutu ke lingkungan akan menimbulkan banyak dampak negatif terhadap ekosistem di lingkungan. Industri tekstil memanfaatkan sekitar 2/3 total produk pewarna. Dan pada proses produksi tekstil, sekitar 10-15% dari penggunaa zat warna tersebut terbuang sebagai air limbah. Zat warna dispersi merupakan salah satu jenis pewarna sintetik yang relatif luas dimanfaat di industri tekstil, khususnya pada produksi tekstil jenis poliester dan poliamida. Zat warna dispersi tersebut bersifat tidak larut dalam air dan memiliki ketahanan kimia relatif tinggi. Salah satu metode yang sesuai diterapkan untuk mengolah air limbah pewarna tekstil dispersi tersebut adalah elektroflotasi. Elektroflotasi bekerja dengan prinsip dasar sebagai sel elektrolisis. Kinerja elektroflotasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah beda potensial listrik dan lama waktu elektroflotasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh beda potensial listrik dan lama proses terhadap kinerja metode elektroflotasi pada pengolahan air limbah pewarna tekstil dispersi. Pada penelitian ini, kinerja elektroflotasi diukur berdasarkan kemampuan metode tersebut dalam menurunkan nilai COD (Chemical Oxygen Demand) dan tingkat warna dari air limbah tekstil yang diolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi elektroflotasi terbaik dicapai pada penggunaan beda potensial listrik sebesar 12 V dan waktu elektroflotasi selama 60 menit. Pada kondisi elektroflotasi terbaik tersebut, nilai COD dan tingkat warna dari air limbah tekstil dapat diturunkan dengan derajat pembuangan berturut-turut sebesar 88,9% dan 93,3%.